Makna Kain Adat Sumba Pada Prosesi Kuru Kudu Umbu Landu Paranggi

Diyakini sebagai jalan menuju ke surga

Badung, IDN Times - Jenazah penyair Umbu Landu Paranggi (ULP) dimakamkan dengan prosesi Kuru Kudu pada Senin (12/4/2021) di Taman Makam Mumbul, Nusa Dua, Kabupaten Badung. Upacara Kuru Kudu berintikan mengantarkan ULP ke ruang sunyi untuk beristirahat sementara, sebelum nantinya pemakaman dilakukan di tanah Sumba. 

Makam ULP tampak diselimuti dengan sejumlah kain adat Sumba. Salah satu lambang pada kain tersebut diyakini sebagai jalan menuju ke surga. Disebutkan pula, bahwa kain dengan lambang seperti itu hanya ada dua di dunia, yakni di Sumba dan di Gujarat, India.

Baca Juga: Mengenang Umbu Landu Paranggi, Cak Nun: Satu-satunya Melebihi Sufi

1. Kain tenun untuk Kuru Kudu bermotif Patola Ratu

Makna Kain Adat Sumba Pada Prosesi Kuru Kudu Umbu Landu ParanggiKuru Kudu Umbu Landu Paranggi (IDN Times/Ayu Afria)

Menantu ULP, Umbu Rihimeha Anggung Praing, kepada IDN Times mengungkapkan bahwa kain tenun adat Sumba yang digunakan untuk mengelilingi Kuru Kudu ULP, ada yang menyimbolkan keduniawian atau kekayaan, di antaranya simbol ayam, kuda, buaya, penyu, bebek, dan lainnya.

Selain itu, ada pula lambang surga atau Patola Ratu, bahwa manusia, siapapun itu, akan kembali ke surga. Dalam bahasa adat Sumba disebut sebagai Kaheli Manda Mbata Uma Manda Mobu atau lambang kekekalan. 

“Lambang surga ya macam tadi itu. Yang macam balok-balok itu, ada motif-motif. Itu namanya Patola Ratu,” jelasnya pada Senin (12/4/2021) malam.

Baca Juga: Melihat Prosesi Kuru Kudu Penyair Umbu Landu, Pemakaman Adat Sumba NTT

2. Kain tenun berlambang kebangsawanan Sumba

Makna Kain Adat Sumba Pada Prosesi Kuru Kudu Umbu Landu ParanggiKuru Kudu Umbu Landu Paranggi (IDN Times/Ayu Afria)

Selain kain tenun bermotif Patola Ratu, ada pula motif beberapa hewan yang melambangkan kebangsawanan atau aristokrasi Sumba, di antaranya buaya merah yang bermakna keberanian. Sementara lambang penyu menggambarkan sosok pemimpin yang memiliki hati tenang. Begitu juga Ina Rendi Amamanu (ayam/bebek) yang menjadi motif kain adat Sumba.

“Bahwa orang Sumba di manapun tempat itu harus sembahyang. Macam ini orang Bali. Orang Sumba itu ketika duduk, harus berkomitmen pada kebenaran, kejujuran, ketulusan, integritas. Karena apa? Hidup ini tidak akan pernah berakhir,” jelas Umbu Rihimeha Anggung Praing.

Kain tenun berlambangkan aristokrasi ini biasanya digunakan oleh bangsawan Sumba.

3. Kain dan simbol kesederhanaan Umbu dibawa dari Sumba

Makna Kain Adat Sumba Pada Prosesi Kuru Kudu Umbu Landu ParanggiKuru Kudu Umbu Landu Paranggi (IDN Times/Ayu Afria)

Kain yang digunakan untuk mengelilingi Kuru Kudu penyair Umbu Landu Paranggi dibawa langsung dari Sumba. Beberapa benda yang mewakili kesederhanaan Umbu juga dipersembahkan, yakni alang, daun beringin, batu-batu, tikar pandan, dan tanah dari Sumba.

“Semua kebiasaan-kebiasaan Pak Umbu itu ditaruh di dalam situ (Kuru Kudu). Kesehariannya, dia selalu sederhana,” ungkap Umbu Rihimeha Anggung Praing.

Topik:

  • Ni Ketut Sudiani

Berita Terkini Lainnya