Layanan Kesehatan Gigi di Bali Bidik Turis Australia

Jumlah dokter gigi di Bali lebih banyak dari daerah lain

Badung, IDN Times – Provinsi Bali fokus mengembangkan pariwisata kesehatan yang diharapkan sebagai potensi wisata baru. Wisata kesehatan ini juga disoroti oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif sejak tahun 2020.

Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati, yang kerap disapa Cok Ace, sempat menyampaikan bahwa satu di antara beberapa upaya yang dilakukan adalah layanan kesehatan gigi dengan membidik pasar wisatawan Australia. Ia berharap Bali bisa menjawab kebutuhan wisatawan Australia untuk berobat gigi di Bali sambil rekreasi. Bagaimana dukungan Persatuan Dokter Gigi Indonesia saat ini?

Baca Juga: Masalah Gigi Naik saat Pandemik, Warga Bali Belum Sadar Preventif

1. Indonesia kekurangan dokter gigi dan spesialis

Layanan Kesehatan Gigi di Bali Bidik Turis AustraliaKetua Pengurus Besar PDGI, drg Usman Sumantri. (IDN Times/Ayu Afria)

Ketua Pengurus Besar PDGI, drg Usman Sumantri, mengungkap bahwa saat ini Indonesia kekurangan dokter gigi. Ia menyampaikan jumlah dokter gigi saat ini hanya 14 orang per 100.000. Apa saja yang menjadi permasalahan saat ini?

Ia mengungkap bahwa masalah utamanya yaitu distribusi dokter gigi yang belum merata di Indonesia. Misalnya saja di daerah Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Ambon, Maluku, hingga Papua yang mengalami kekurangan SDM.

“Karena di Bali, khusus Pulau Bali ya, sangat cukup ya. Dokter giginya banyak,” ungkapnya.

Pada faktanya Indonesia juga lebih banyak mencetak dokter umum daripada dokter gigi dan spesialis. Oleh karenanya, dianggap perlu mendorong pemerintah agar mencetak bukan hanya dokter gigi spesialis. Tetapi dokter spesialis karena hal ini berpengaruh ke pelayanan kesehatan.

2. Penyebaran dokter gigi tidak merata dan susah diakses

Layanan Kesehatan Gigi di Bali Bidik Turis AustraliaBulan Kesehatan Gigi Nasional (BKGN) 2022. (Dok.IDN Times/istimewa)

Selanjutnya ia mengungkapkan data riset kesehatan daerah tahun 2018 menunjukkan bahwa 94,7 persen masyarakat Indonesia menyikat gigi. Dari angka tersebut hanya 2,8 persen yang menyikat gigi dengan mengikuti aturan yang baik sehingga diperlukan perbaikan perilaku cara menyikat gigi.

Sebanyak 57,6 persen masyarakat Indonesia mengeluh sakit gigi. Tetapi yang ke dokter gigi hanya 10,2 persen saja. Kenapa? Usman mengatakan hal ini karena tidak ada dokter gigi.

“Yang ada di Jakarta, di Bali, dan kota-kota besar. Tapi bicara Indonesia secara keseluruhan memang sangat tidak merata. Dokter gigi sangat susah diakses,” jelasnya.

Terkait kebutuhan dokter gigi ini, ia menilai produksi pendidikan yang dianggap kurang banyak. Jumlah dokter gigi di Indonesia menurutnya cukup memprihatinkan, yakni hanya ada 14 dokter gigi per 100 ribu.

Melihat kondisi tersebut, ia menilai pemerintah belum berani membuat kebijakan yang menentukan jumlah dokter gigi pada suatu wilayah sehingga terjadi pemerataan penyebaran dokter gigi di Indonesia. Sejauh ini penyebaran hanya terpusat di kota-kota besar.

“Jadi memang saya mengusulkan ke Menteri Pendidikan agar mencetak dokter gigi lebih banyak, terutama spesialis,” ungkapnya.

3. Berharap banyak klinik kesehatan gigi di Bali untuk pariwisata kesehatan

Layanan Kesehatan Gigi di Bali Bidik Turis AustraliaBulan Kesehatan Gigi Nasional (BKGN) 2022. (Dok.IDN Times/istimewa)

Sementara itu, kaitannya dengan fokus pemerintah Bali pada pariwisata kesehatan, Usman Sumantri mengungkapkan bahwa Bali memiliki banyak potensi luar biasa, tidak hanya kesehatan gigi namun juga medis secara umum. Wisata medis ini memiliki konsep bagaimana orang berwisata ke Bali dan sekaligus untuk berobat.

Dengan potensi ini, diungkap keberadaan dokter gigi di Bali sudah memadai, tanpa perlu mendatangkan dari luar. Begitu juga dengan perawat gigi. Ia berharap ke depannya dapat berkolaborasi dengan baik membentuk klinik perawatan kesehatan gigi.

“Apa yang diharapkan? Satu kompetensi dokter kita kan memadai, secara standar internasional terpenuhi, dokter maupun dokter gigi. Kedua lebih murah. Ketiga, nyamanlah. Keempat, saya berharap praktek di Bali didukung inter professional collaboration,” jelasnya.

Topik:

  • Ni Ketut Sudiani

Berita Terkini Lainnya