Lahan Budidaya Rumput Laut di Serangan Bali Rusak akibat Bangkai Kapal

Solusinya apa nih semeton?

Denpasar, IDN Times – Tiga bangkai kapal ikan yang terdampar di area tenggara Pantai Serangan, Denpasar Selatan merusak areal budidaya rumput laut milik petani. Hal ini diungkapkan oleh petani rumput laut yang juga Kepala Lingkungan Banjar Peken, Pulau Serangan, I Wayan Budiarta pada Rabu (21/10/2020). 

Diketahui bahwa bangkai kapal tersebut sudah terlihat sejak lima hari yang lalu. Para petani sudah melaporkan peristiwa tersebut ke pihak terkait, namun belum mendapatkan solusi.

1. Awalnya bangkai kapal berada di area pecahan ombak

Lahan Budidaya Rumput Laut di Serangan Bali Rusak akibat Bangkai KapalKondisi areal budidaya rumput laut petani Pantai Serangan rusak karena bangkai kapal (Dok.IDN Times/Wayan Budiarta)

Menurut keterangan Wayan Budiarta, lokasi tempat terdamparnya kapal tanpa nomor lambung tersebut merupakan area mata pencaharian dan dimanfaatkan untuk budidaya rumput laut oleh lebih dari 60 petani di Pulau Serangan, Denpasar Selatan. Luasnya diperkirakan lebih dari 1 hektare.

Ia menceritakan saat akan melakukan penanaman rumput laut pada Sabtu (17/10/2020), terlihat bangkai kapal ikan terbuat dari fiber berada di areal pecahan ombak. Namun ketika itu belum masuk ke area budibaya rumput laut.

Saat itu ia sudah mewanti-wanti dan memikirkan solusinya. Namun karena belum ada bukti bahwa bangkai kapal merusak area budidaya rumput laut, para petani belum berani melapor.

“Nah mungkin kemarinnya dia dilepas dari sana. Nah apakah dia dilepas, apakah itu hanyut sendiri. Kalau itu saya ndak punya bukti. Yang saya tahu, tanggal 17 itu posisi sudah berada di dalam areal pecahan ombak atau karang yang menuju pantai,” jelasnya pada Rabu (21/10/2020).

2. Ada 15 areal budidaya rumput laut yang rusak

Lahan Budidaya Rumput Laut di Serangan Bali Rusak akibat Bangkai KapalKondisi areal budidaya rumput laut petani Pantai Serangan rusak karena bangkai kapal (Dok.IDN Times/Wayan Budiarta)

Wayan Budiarta menjelaskan bahwa kondisi pasang yang terjadi malam hari membuat ketinggian air lebih tinggi. Pada Minggu (18/10/2020) pagi, para petani rumput laut menemukan kapal tersebut sudah berada di atas lahan budidaya petani.

“Di atasnya rumput-rumputnya petani itu. Rumput laut petani itu. Sudah merusak. Kan karena kapal lumayan besar jadi menggerus semua dari area, baik itu tali, patok, ataupun rumputnya itu dibikin hancur. Dua kapal, dua kapal yang masuk dulu itu,” ungkapnya.

Ia menyaksikan dua bangkai kapal yang merusak lebih dulu. Lalu satu bangkai kapal masih berada di tengah laut jauh dari lokasi budidaya petani. Hingga akhirnya tiga bangkai kapal diketahui merusak 15 areal budidaya rumput laut milik petani.

“Ya kami gak berani melaporkan selama itu betul-betul belum merusak areal kami. Ya kami kan tidak tahu pergerakan malam. Namanya kapal tanpa mesin yang kondisi rusak. Dia dihantam aja dia sama angin dan ombak. Kebetulan menuju arealnya petani. Rumput laut petani,” jelasnya.

3. Bangkai kapal terbuat dari fiber tanpa nomor lambung

Lahan Budidaya Rumput Laut di Serangan Bali Rusak akibat Bangkai KapalKondisi areal budidaya rumput laut petani Pantai Serangan rusak karena bangkai kapal (Dok.IDN Times/Wayan Budiarta)

Ia menegaskan bahwa empat bangkai kapal yang terbuat dari fiber tersebut dalam kondisi yang sama yakni tanpa mesin dan rusak. Tidak ditemukan identitas apapun pada kapal tersebut.

“Inilah makanya kami berpikir apakah ini disengaja atau ndak (tidak). Saya mencari nomor lambungnya. Apa namanya itu. Tidak ada sama sekali. Itu kesannya sudah kayak dihapus,” ujarnya.

Ia mengaku telah melaporkan hal ini ke pihak Kelurahan dan melanjutkan ke Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Denpasar dan Provinsi Bali. Pertemuan untuk membahas persoalan ini juga telah dilakukan, hanya saja belum ditemukan solusi cara untuk memindahkan kapal.

4. Bangkai kapal tidak mungkin ditarik

Lahan Budidaya Rumput Laut di Serangan Bali Rusak akibat Bangkai KapalKondisi areal budidaya rumput laut petani Pantai Serangan rusak karena bangkai kapal (Dok.IDN Times/Wayan Budiarta)

Sementara itu Kepala Kantor Syahbandar dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kelas II Benoa, Agustinus Maun saat dihubungi melalui sambungan telepon membenarkan memang telah mengadakan rapat terkait persoalan ini. 

Kepala Sub Bagian (Kasubag) Humas KSOP Benoa, Putu Didik Permanan Putra menyampaikan bahwa bangkai kapal eks-asing tersebut tidak mungkin ditarik. KSOP masih mencari lokasi pembuangan bangkai kapal ikan eks-asing.

“Terkait kompensasi terhadap petani rumput laut yang terkena dampak, masih dikoordinasikan dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan,” jawabnya.

Topik:

  • Ni Ketut Sudiani

Berita Terkini Lainnya