Istri Gubernur Bali OTG COVID-19, Ia Sarankan Tidak Panik dan Stres

COVID-19 bukan biang keroknya, tetapi stres

Denpasar, IDN Times - Gubernur Bali, I Wayan Koster, mulai terbuka bahwa lebih dari 20 orang di rumah dinasnya Jalan Surapati, Denpasar, positif COVID-19. Koster mengungkapkan kabar tersebut pada acara Digitalisasi Pembayaran Kawasan Wisata dan Soft Launching Website Pasar se-Bali yang diselenggarakan oleh BRI di Kebun Raya Bedugul, Tabanan, Kamis (24/9/2020) lalu.

Beberapa hari kemudian istri Gubernur Bali, Ni Putu Putri Suastini, memosting video berdurasi 13.52 menit di akun media sosialnya seperti Facebook dan Instagram, bahwa dirinya menjadi Orang Tanpa Gejala (OTG) COVID-19. Video itu diposting Jumat (25/9/2020) kemarin, sehari sebelum Hari Raya Kuningan.

Suastini mengaku sedang dalam karantina di Balai Diklat BPK Pering, Kabupaten Gianyar. Tak lupa ia menyampaikan ucapan Selamat Hari Raya Kuningan

"Sementara titiyang (Saya) masih berada di sini, di tempat karantina bagi yang OTG, orang tanpa gejala. Karena setelah melakukan swab ada virus di dalam tubuh saya. Walaupun sesungguhnya kita merasa sehat," ungkapnya.

Berikut selengkapnya.

Baca Juga: Kisah Mantan Pasien COVID-19 di Bali, Sempat Stres dan Susah Makan

1. Ia menjalani isolasi terpisah dari orang-orang dekatnya

Istri Gubernur Bali OTG COVID-19, Ia Sarankan Tidak Panik dan StresInstagram.com/niputuputrisuastini

Dari keterangan videonya, sejak didiagnosa positif COVID-19 tanpa gejala, Suastini menjalani karantina, dan itu membuatnya terpisah dari orang-orang terdekat.

"Untungnya menurut dokter ketika tiyang (Saya) sudah kena virus sekarang imunnya akan bangkit. Akan ada imun yang menjaga kita selama tiga bulan ke depan. Kalau terpapar lagi satu kali 24 jam, itu sudah bisa diatasi oleh tubuh itu sendiri," jelasnya dalam video tersebut.

Berdasarkan pemeriksaan dokter kondisinya dalam keadaan baik, termasuk oksigen dalam darahnya.

Titiyang niki (Saya ini) kondisi dalam keadaan sehat,” katanya.

Baca Juga: Cerita 2 Remaja OTG di Bali, Sembuh Karena Terapi Arak Bali dan Madu

2. Bukan COVID-19 yang jadi biang keroknya, melainkan stres

Istri Gubernur Bali OTG COVID-19, Ia Sarankan Tidak Panik dan StresIlustrasi virus corona (IDN Times/Arief Rahmat)

Ia lantas membagikan tips begitu COVID-19 telah menginfeksi tubuhnya. Suastini berpesan agar penderita bersikap tenang. Karena rasa tenang membuat imunitas tubuh tetap terjaga.

"Justru kalau kita berpikiran panik, itu yang akan memicu. Misalnya kita punya darah tinggi, dia naik tekanan darah. Kalau dia punya gula darah, dia naik. Kolesterolnya naik dan lain sebagainya. Nah pikiran yang tidak tenang itulah menurut pengalaman tiyang sekarang yang membuat semua penyakit bawaan kita itu muncul satu per satu. Nah akhirnya apa? Bukan biang keroknya corona, tetapi karena stres pikiran. Nike (Itu) menurut tiyang pribadi,” ungkapnya.

Baca Juga: Kesaksian Perawat di Bali, Kamar Isolasi Kosong Tidak Lebih dari 3 Jam

3. Ia bersyukur banyak mendapatkan hadiah, termasuk puisi

Istri Gubernur Bali OTG COVID-19, Ia Sarankan Tidak Panik dan StresPutri Suastini Koster meminta agar penderita COVID-19 bersikap tenang (Dok.IDN Times/istimewa))

Suastini menyampaikan banyak terima kasih atas support yang diterimanya dari berbagai pihak. Di antaranya ada yang mengirim karangan bunga, baju, hingga puisi. Dalam video itu, Suastini membacakan puisi dari hadiah. Katanya dengan membaca puisi itu, pertanda ia masih sehat.

“Jadi tiyang baca ya. Ini pertanda titiyang masih sehat,” terangnya.

Baca Juga: Gubernur Bali Blak-blakan, 20 Orang Positif COVID-19 di Rumah Dinasnya

4. Keluarga sudah menjalani swab

Istri Gubernur Bali OTG COVID-19, Ia Sarankan Tidak Panik dan Stresunsplash.com/Mufid Majnun

Sementara itu ditanya terkait kondisi keluarga Gubernur Bali, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Bali, I Made Rentin, menyampaikan keluarga Gubernur Bali sudah menjalani swab semuanya.

“Sudah,” jawabnya singkat.

Rentin telah dikonfirmasi oleh IDN Times sejak 24 September 2020. Saat itu hendak menanyakan kondisi terbaru 20 orang di rumah dinas Gubernur Bali yang positif COVID-19. Namun ia hanya menjawab secara ringkas.

“Belum tahu. Itu personal,” ungkapnya.

5. OTG kini jadi perhatian khusus di Bali

Istri Gubernur Bali OTG COVID-19, Ia Sarankan Tidak Panik dan StresTenaga kesehatan memakai Alat Pelindung Diri (APD) mengambil tes swab dari pekerja pabrik tepung, di tengah penyebaran penyakit virus korona (COVID-19) di desa Moriya pinggiran kota Ahmedabad, India, Senin (14/9/2020) (ANTARA FOTO/REUTERS/Amit Dave)

Status OTG, pasien positif COVID-19 yang tidak memiliki gejala, kini menjadi perhatian di Bali. Mereka yang statusnya OTG harus menjalani isolasi mandiri di rumah, hotel atau fasilitas lain yang disediakan oleh pemerintah daerah (Pemda) setempat.

Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali telah menyiapkan tiga tempat karantina para OTG. Yaitu Balai Pelatihan Kesehatan dan Masyarakat (Bapelkesmas) Denpasar, Balai Diklat Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Pering-Kabupaten Gianyar, dan Wisma Bima Kuta.

Dokter Spesialis Mikrobiologi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tabanan, dr I Wayan Duta Krisna SpMK, yang juga sebagai Penanggung Jawab Lab PCR dan Mikrobiologi RSUD Tabanan, mengungkapkan pasien OTG lebih berbahaya menularkan ke orang lain dibandingkan pasien yang sudah ada gejala.

Namanya tanpa gejala, kebanyakan OTG merasa dirinya sehat meski COVID-19 sudah ada di dalam dirinya. Jika jumlah di tubuhnya tinggi, maka virus tersebut akan mudah menyebar ke orang lain. Khusus untuk pasien OTG, tidak mudah untuk mendiagnosis COVID-19 di tubuhnya.

"Sebab dalam menegakkan diagnosis awal harus ada gejala yang mengarah ke COVID-19. Ini yang tidak didapatkan pada OTG. Sehingga pasien OTG tidak merasa bahwa dirinya sudah terjangkit virus SARS-CoV, abai terhadap dirinya dan lingkungannya. Sehingga lebih mudah dapat menularkan virus ke lingkungan sekitarnya," ujar Krisna.

Sebagai catatan, saat ini status OTG diberikan kepada orang yang kontak erat dengan pasien terkonfirmasi COVID-19 tetapi tidak memiliki gejala. Kontak erat artinya ia berinteraksi lama dengan pasien positif, berjarak kurang dari satu meter, dan tidak memakai masker. Sehingga kebanyakan kasus OTG ditemukan dalam lingkungan keluarga atau lingkungan kerja pasien terkonfirmasi positif COVID-19.

6. Alasan OTG tidak menunjukkan gejala COVID-19

Istri Gubernur Bali OTG COVID-19, Ia Sarankan Tidak Panik dan StresIlustrasi Swab Test (ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat)

Krisna menjelaskan, setiap organisme asing seperti virus, bakteri atau jamur yang masuk ke dalam tubuh akan dilawan oleh sistem kekebalan tubuh. Sistem kekebalan tubuh ada yang bersifat alami (Inate) dan dapatan (Adaptif). Jika kedua sistem kekebalan itu kalah, maka saat itulah organisme tersebut menyerang dan menimbulkan penyakit pada tubuh. Sementara pasien OTG memiliki sistem kekebalan tubuh yang bisa melawan SARS-CoV penyebab COVID-19.

"Virus SARS-CoV dapat bertahan hidup dalam kondisi aktif, tergantung daya tahan tubuh tiap individu. Rata-rata masa inkubasi virus ini sekitar 7-14 hari. Sehingga dalam protokol kesehatan ada istilah isolasi mandiri selama 7-14 hari bagi pasien dengan gejala ringan maupun OTG," jelasnya.

Lalu bagaimana pasien OTG dapat dinyatakan sembuh atau terbebas dari virus SARS-CoV? Menurut Krisna, setelah sistem imun individu tersebut terbentuk dan tidak ada gejala infeksi COVID-19 selama masa inkubasi virus (7-14 hari), maka pasien OTG dapat dikatakan sembuh.

"Indikator yang dipakai patokan kesembuhan adalah bila setelah lewat masa inkubasi tidak didapatkan lagi gejala infeksi COVID-19 atau dari hasil swab konfirmasinya negatif," kata Krisna.

7. Apakah pasien yang terinfeksi bisa mengalami reinfeksi lagi setelah sembuh?

Istri Gubernur Bali OTG COVID-19, Ia Sarankan Tidak Panik dan StresIlustrasi masker yang digunakan oleh lanjut usia (IDN Times/Vanny El-Rahman)

Meski mekanisme reinfeksi COVID-19 sedang dipelajari, namun kata Krisna berdasarkan jurnal terbaru dan laporan kasus di berbagai tempat, sudah ada laporan seseorang yang bisa reinfeksi lagi. Hal ini disebabkan karena kemungkinan antibodi yang terbentuk tidak adekuat atau cukup untuk melawan infeksi baru, dan bisa juga karena terinfeksi virus yang memiliki strain berbeda (Bermutasi).

Jadi meski sudah sembuh atau daya tahan tubuhnya kuat, tetap disarankan untuk tidak lengah. Tetap jaga kualitas hidup dengan menerapkan pola hidup bersih dan sehat, jaga jarak, cuci tangan dengan sabun dan hindari kerumunan.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya