Indonesia Bakal Punya Peta Canggih Untuk Melihat Laut

Makanya diminta serahkan data hasil survei bawah laut

Kuta, IDN Times – Indonesia kembali menjadi tuan rumah pertemuan ke-14 Hydrographic Services and Standards Committee (HSSC) International Hydrographic Organization. Kegiatan ini dilakukan selama 4 hari sejak 16 sampai 19 Mei 2022 di Anvaya Beach Resort, Kabupaten Badung.

HSSC merupakan komite utama teknis organisasi hidrografi internasional, yang bertugas mengimplementasikan arah strategis, di antaranya:

  • Mengembangkan, meningkatkan, menyebarluaskan dan mempromosikan standar hidrografi yang bersifat global, dan seragam
  • Meningkatkan keselamatan navigasi di laut
  • Meningkatkan perlindungan lingkungan laut
  • Meningkatkan keamanan maritim
  • Pembangunan ekonomi.

Apa saja yang dibahas dalam pertemuan tersebut? Berikut penjelasan Komandan Pushidrosal, Laksdya TNI Nurhidayat.

Baca Juga: Kodim 1610 Buka Akses Jalan di Dusun Antapan Untuk Anak SD

1. Diikuti secara hybrid dan juga tatap muka oleh banyak perwakilan negara

Indonesia Bakal Punya Peta Canggih Untuk Melihat LautPertemuan ke-14 Hydrographic Services and Standards Committee (HSSC) International Hydrographic Organisation di Bali. (Dok.IDN Times/Fikri Yusuf)

Komandan Pushidrosal, Laksdya TNI Nurhidayat, mengatakan pertemuan ini diikuti oleh 36 negara, di mana 14 negara di antaranya hadir secara langsung ke Bali.

Awalnya, rencana pertemuan itu akan digelar di Jakarta. Namun atas pertimbangan kasus COVID-19 yang melandai di Bali dan supaya bisa mengeksplor laut sengan baik, maka pertemuannya digeser.

Tidak sekadar melihat peta dan petunjuk, ilmu hydrographic juga menyangkut laut serta komunikasi antar negara seperti aktivitas kapal-kapal di dunia.

“Ada dua organiasai besar seperti IMO (International Maritime Organization) yang mengoordinasikan tentang kapal-kapalnya, dan IHO (International Hydrographic Organization) yang di sini kami mengomunikasikan bagaimana laut itu dieksplor. Laut itu dibuat survei. Supaya bagaimana sih sebenarnya laut itu bisa dipakai untuk pelayaran, dipakai untuk ekonomi, dipakai untuk eksplorasi sumber daya alamnya,” jelasnya, Selasa (17/5/2022).

Selain dihadiri anggota, pertemuan ini juga dihadiri oleh para ahli dari industri pemetaan laut, dan organisasi internasional terkait kabel bawah laut, pemilik kapal dimensi besar, organisasi geospasial, radio maritime, dan standar internasional.

“Seluruhnya berjumlah 123 orang secara hybrid, dan 40 orang yang hadir secara tatap muka dari Amerika Serikat, Australia, Bangladesh, Brazil, Finlandia, Indonesia, India, Inggris, Jerman, Kanada, Korea Selatan, Peru, Perancis, Norwegia, Romania, Singapura, Spanyol, Dan Swedia,” sebutnya.

2. Perlunya data-data untuk kelengkapan peta elektronik kelautan

Indonesia Bakal Punya Peta Canggih Untuk Melihat LautKRI I Gusti Ngurah Rai 332. (IDN Times/Ayu Afria)

Dalam pertemuan tersebut disepakati, bahwa kapal-kapal dari seluruh dunia harus mematuhi aturan di dalam peta. Termasuk Indonesia diminta untuk menyerahkan data hasil survei bawah laut ke organisasi sebagai data implementasi standar baru peta laut masa depan, yaitu S-100.

Data tersebut akan digunakan untuk mengakomodasi perkembangan teknologi dan industri digital seperti Artificial Intelligence, Geo-Bigdata, Cybersecurity, serta Autonomous Ship yang merupakan demand dari dunia maritim.

“Menjadi S-100 itu, peta laut masa depan akan sangat mudah diambil. Detail gitu. Kelihatan bagus. S-100 itu demikian majunya,” jelasnya.

S-100 rencananya diimplementasikan mulai 2025 secara global dan akan berdampak pada produk peta yang diproduksi oleh Pushidrosal, sebagai lembaga hidrografi nasional. Sehingga indonesia, dalam hal ini Pushidrosal, dapat segera mengambil langkah-langkah yang positif, dan adaptif sesuai dengan keadaan dinamika pembangunan maritim di Indonesia.

“Kita ke depan tidak lagi menggunakan peta kertas, tetapi kita menggunakan peta elektronik karena kemajuan zaman. Sudah zaman 4.0, kemudian 5.0 ini yang membutuhkan data-data elektronik. Sehingga kalaupun kita sudah tidak memakai kertas, kita sudah menggunakan alat-alat elektronik,” terangnya.

Laksdya TNI Nurhidayat menceritakan, TNI selalu mengalami kesulitan melihat kondisi dalam laut. Terutama dasar laut yang memiliki kedalaman di atas 1000 meter hingga 5000 meter. Kondisi ini berbeda dengan di darat. Pencitraan satelitnya mudah diketahui.

Pihaknya berharap, dari hasil diskusi ini, penggunaan data-datanya memiliki standar yang sama dan memudahkan pengguna laut.

3. Pushidrosal memiliki dua kapal canggih untuk melakukan survei di dalam laut

Indonesia Bakal Punya Peta Canggih Untuk Melihat LautKomandan Pushidrosal, Laksdya TNI Nurhidayat. (IDN Times/Ayu Afria)

Laksdya TNI Nurhidayat menyatakan dalam melakukan survei bawah laut, Pushidrosal menghadapi beberapa kendala dalam hal kelengkapan peralatan utama sebagai penunjangnya. Sejauh ini pihaknya memiliki 2 kapal dengan kelengkapan khusus, di antaranya KRI Rigel-933 dan KRI Spica-934.

“Kita sampai 10 persen (laut Indonesia yang telah didata) mulai tahun 1951 sejak ada Pushidrosal. Jadi kami tetap update. Saya bersyukur diberi 2 kapal canggih,” jelasnya.

Meskipun hanya mendapatkan bantuan dua kapal canggih tersebut, pihaknya berhasil mendata laut Indonesia dari yang awalnya 10 persen menjadi 16 persen. Ia menargetkan akan menuntaskan survei ini sampai di angka 100 persen.

Survei bawah laut ini tidak akan berhenti, karena dipengaruhi oleh kegempaan dan perubahan kondisi bawah laut.

Pihaknya akan melaksanakan ekspedisi tahunan pada 16 Juni 2022 di Perairan Indonesia Timur, yakni Laut Banda, Maluku Selatan. Karena kondisi laut di sana memiliki kedalaman yang cukup tinggi sampai 5000 meter, sehingga pendataan memerlukan peralatan canggih.

4. Indonesia memerlukan belasan kapal survei bawah laut

Indonesia Bakal Punya Peta Canggih Untuk Melihat LautPertemuan ke-14 Hydrographic Services and Standards Committee (HSSC) International Hydrographic Organisation di Bali. (Dok.IDN Times/Fikri Yusuf)

Untuk mencapai 100 persen survei kondisi laut di Indonesia, setidaknya membutuhkan 12 kapal untuk menyurvei setiap bulan. Namun karena hanya ada 2 kapal canggih yang dimiliki, maka surveinya dilakukan berdasarkan kapal-kapal yang bergerak melalui perairan Indonesia. Misalnya pada jalur-jalur kapal-kapal dunia yang melewati Indonesia. Sehingga terhadap jalur-jalur tersebut dilakukan survei untuk mendapatkan data yang lebih lengkap.

“Jadi sebenarnya kalau kita ingin coverage 100 persen segera, ya kita paling tidak satu bulan punya 12 kapal bergerak bersama-sama. Tapi karena kita ini punya dua, sehingga kita agak lama. Tapi nggak apa-apa terus lanjut,” ujarnya.

Ia memastikan, dalam waktu dekat Indonesia akan memiliki kapal lebih besar yang difungsikan di perbatasan, dan digadang-gadang dapat melakukan survei bawah laut hingga meng-cover Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE).

Sekadar informasi, untuk membuat kapal dengan kecanggihan dan fungsi survei bawah laut seperti ini diperlukan dana mencapai Rp350 miliar per unit. Juga ada spesifikasi khusus kapal yang akan digunakan untuk survei bawah laut ini. Beberapa syaratnya adalah:

  • Kapal harus dilengkapi khusus dengan tranducer, peralatan di bawah air yang bekerja berdasarkan gelombang suara atau lebih dikenal dengan nama multibeam echosounder
  • Memiliki sonar yang bisa mencitrakan kondisi bawah laut
  • Memiliki magnetometer.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya