FAO Soroti Masalah Kesenjangan Data Statistik Pertanian dan Kelaparan

Semoga segera teratasi

Badung, IND TimesFood and Agriculture Organization (FAO) atau Badan Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) meminta percepatan perbaikan pengumpulan pemantauan data statistik pertanian, untuk mencapai 17 tujuan Sustainable Development Goals (SDGS) tahun 2030 mendatang.

Hal tersebut disampaikan oleh Sekretaris Asian and Pasific Commision on Agricultural Statistic (APCAS), Sangita Dubey, di Kuta, Senin (10/2). Berikut penjelasannya:

1. Data statistik di negara Asia Pasifik masih banyak yang tidak sesuai. Karena beberapa faktor yang digunakan berbeda

FAO Soroti Masalah Kesenjangan Data Statistik Pertanian dan Kelaparanunsplash.com/William Iven

Menuju tahun 2030, 17 tujuan SDGS tersebut harus tercapai. Negara-negara di kawasan regional bekerja untuk meningkatkan sistem pendataan statistik dan analisis. Sehingga perencanaan di sektor pertanian, peternakan, perikanan, dan kehutanan menjadi lebih baik. Sangita menyampaikan, kapasitas untuk mengumpulkan dan menganalisis data statistik pertanian sangatlah bervariasi di masing-masing negara, terlebih Asia Pasifik.

“Itu sangat-sangat bervariasi. Dan kesenjangan variasi itu paling besar terjadi di kawasan Asia Pasifik,” ungkap Sangita.

Kepala Statistik FAO, Pietro Gennari, menjelaskan kondisi ini disebabkan oleh perbedaan teknologi software yang digunakan berbeda. Dengan dengan perbedaan data ini, tantangan terbesarnya adalah bagaimana menyatukan data-data tersebut menjadi sesuatu yang bisa dibaca secara umum. Komisi Khusus FAO ini menggelar sidangnya di Bali untuk mengatasi kesenjangan data tersebut.

“Bagaimana setiap negara bisa menggunakan teknologi dan software yang sama untuk membaca data dari satelit bumi. Tantangan itu yang sekarang dikerjakan FAO,” terang Pietro.

2. Urgensi statistik ini diperlukan untuk mengakhiri kelaparan

FAO Soroti Masalah Kesenjangan Data Statistik Pertanian dan KelaparanESSA AHMED/AFP

Dari 17 tujuan SDGS tersebut, hal yang paling sulit dicapai adalah menghapuskan kelaparan, yang jadi goal urutan kedua SDGS. Karena data statistik seharusnya bisa memudahkan untuk mengidentifikasi kelaparan. Ketahanan pangan diketahui berperan penting dalam berbagai permasalahan kelaparan dan kekurangan gizi (stunting), yang terjadi di wilayah Asia Pasifik.

FAO menyebutkan, masalah ekonomi yang disebabkan oleh konflik dan permasalahan iklim, sangat menyumbang keparahan krisis pangan di berbagai negara. Ini ditandai dengan meningkatnya kasus kelaparan di negara-negara ekonomi menengah.

“Kerja sama FAO dan pemerintah, termasuk pemerintah sendiri, BPS dan Kementerian Pertanian, Kementerian atau Lembaga lain terkait perlu dilakukan. Supaya menghasilkan statistik pertanian yang akurat, tepat waktu, dan relevan untuk pencapaian indikator SDGS,” terang Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Suhariyanto.

Perwakilan FAO untuk Indonesia, Stephen Rudgard, menjelaskan dalam agenda SDGS 2030 ini telah mengidentifikasi 17 tujuan, 169 target, dan 232 indikator.

“Ini tugas yang sangat besar untuk ahli statistik nasional. Dengan waktu kurang dari 15 tahun lagi dan hampir setengah miliar orang kelaparan masih berjuang untuk bertahan hidup di wilayah kami. Kami harus memperkuat kemitraan di antara pemerintah, organisasi internasional, dan sektor swasta untuk memenuhi kebutuhan data ini. FAO siap mendukung upaya nasional melalui program bantuan teknis," uiarnya.

3. Penggunaan TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) dan big data dalam statistik pertanian masih direncanakan

FAO Soroti Masalah Kesenjangan Data Statistik Pertanian dan Kelaparandigitaltrends.com

Guna mempermudah pencapaian SDGS 2030 mendatang, FAO menggandeng Asia Development Bank (ADB) untuk meluncurkan kursus dan manual online terbuka terkait pengumpulan data berbasis tablet. Yaitu wawancara dengan bantuan komputer. Tablet ini dirancang menggantikan ratusan ribu lembaran kuisioner,. Sehingga menghemat waktu, uang, transportasi, dan penebangan pohon.

FAO juga menggandeng Institut Teknologi Asia (AIT) untuk membantu negara dalam menggunakan data satelit, untuk menghasilkan pertanian. Sumber data baru inilah yang menjadi bagian dari big data, dengan pengembangannya dilakukan oleh sektor swasta.

“Bermitra dengan sektor swasta memungkinkan kami berinovasi, mengubah cara pemerintah menghasilkan statistik resmi. Beberapa perusahaan swasta akan bergabung dalam pertemuan kelompok pakar untuk mengeksplorasi bagaimana kita dapat bekerja lebih baik. Untuk memungkinkan statistik resmi dalam mengeksploitasi sumber data baru non-tradisional, kuat dan real-time ini," jelas Sangita Dubey.

APCAS juga meninjau pendekatan baru dalam mengintegrasikan Sistem Sensus Pertanian dan Survei. Kemudian meningkatkan jaminan kualitas data, menghasilkan, dan berbagi data mikro yang dilindungi privasi, serta menyediakan statistik perkebunan, peternakan, dan perikanan dengan cara yang hemat biaya. Rekomendasi APCAS nantinya digunakan menjadi panduan dan penetapan prioritas FAO dalam dua tahun ke depan.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya