[FOTO] Nasi Wong-wongan Penolak Bala di Bali, Upaya Mencegah COVID-19

Inilah kearifan lokal sesungguhnya

Denpasar, IDN Times – Wabah COVID-19 atau virus corona telah melanda Pulau Bali. Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali bahkan telah menetapkan status Tanggap Darurat COVID-19, seperti yang diungkapkan oleh Ketua Satuan Tugas (Kasatgas) Penanggulangan COVID-19, Dewa Made Indra, dalam live streaming YouTube Humas Provinsi Bali pukul 17.30 Wita, Rabu (1/4) lalu.

Ditetapkannya Tanggap Darurat ini, maka Pemprov Bali memperkecil ruang gerak masyarakat agar tidak ada lagi korban-korban lagi. Pihaknya mengakui, bahwa virus ini sudah ada di depan mata dan nyata terjadi.

[FOTO] Nasi Wong-wongan Penolak Bala di Bali, Upaya Mencegah COVID-19Dok.IDN Times/Istimewa

Beberapa hari lalu, tepatnya Selasa (31/3), masyarakat Hindu di Bali melaksanakan rangkaian Upacara Nunas Ica, sebagai bentuk upaya niskala (Gaib) pencegahan COVID-19. Seluruh desa adat di Bali harus melaksanakannya, dan meminta kepada Ida Bhatara sasuhunan untuk keharmonisan alam, krama serta budaya Bali.

Satu di antara haturan (Persembahan) yang dibuat oleh krama adat Bali adalah segehan wong-wongan (Nasi yang ditata dalam bentuk manusia). Segehan ini juga dilengkapi oleh ulam (Daging) bawang, jahe, dan uyah (Garam) kemudian diletakkan di atas daun pisang dengan ketentuan tertentu.

Dengan patokan aturan tersebut, lihat yuk bagaimana krama adat Bali membuat nasi wong-wongan tersebut:

1. Nasi wong-wongan satu ini tampak seperti seorang perempuan ya?

[FOTO] Nasi Wong-wongan Penolak Bala di Bali, Upaya Mencegah COVID-19Dok.IDN Times/istimewa

Dalam surat edaran Dinas Pemajuan Masyarakat Adat Nomor 427/1640/PPDA/DPMA dijelaskan, bahwa aturan segehan wong-wongan adalah:

  • Bagian kepala berwarna putih
  • Bagian tangan kanan berwarna merah
  • Bagian tangan kiri berwarna kuning
  • Bagian badan mancawarna (Campuran dari keempat warna tersebut)
  • Bagian kaki berwarna hitam.

Mengutip dari hasil penelitian tentang "Filosofi Segehan Pada Upcara Bhuta Yadnya di Pura Agung Kentelgumi Klungkung", yang dilakukan oleh I Gede Suka Adnyana dan I Wayan Watra dari Fakultas Ilmu Agama dan Kebudayaan Universitas Hindu Indonesia (UNHI) Denpasar tahun 2017, ini merupakan segehan mancawarna. Yaitu segehan yang terdiri dari lima warna:

  1. Daun pisang atau janur sebagai alasnya
  2. Menggunakan nasi lima warna yaitu nasi putih, nasi
    merah, nasi kuning, nasi hitam, nasi brumbun (Campuran dari keempat warna tadi)
  3. Bawang
  4. Jahe
  5. Garam.

Secara umum, segehan ini dihaturkan di halaman atau pekarangan tempat suci, yang ditujukan kepada sang bhuta bhucari di halaman rumah, dipersembahkan pada sang kala bhucari, dipersembahkan untuk sang durga bhucari, dan dihaturkan setiap 15 hari sekali yaitu ketika kajeng kliwon.

2. Kalau nasi wong-wongan ini nampaknya mengikuti aturan, seperti pada foto yang digambarkan dalam surat Dinas Pemajuan Masyarakat Adat Provinsi Bali

[FOTO] Nasi Wong-wongan Penolak Bala di Bali, Upaya Mencegah COVID-19Dok.IDN Times/istimewa

Berdasarkan surat edaran tersebut, nasi wong-wongan dihaturkan pada tanggal 2 April 2020, di pekarangan rumah.

Baca Juga: 7 Doa Agama Hindu Agar Mendapat Kedamaian Hidup

3. Ukuran nasi wong-wongan ini lebih besar

[FOTO] Nasi Wong-wongan Penolak Bala di Bali, Upaya Mencegah COVID-19Dok.IDN Times/istimewa

Foto-foto nasi wong-wongan ini beredar luas di media sosial (Medsos) Facebook lokal masyarakat Bali.

4. Meski bentuk tidak sama seperti yang dianjurkan, namun nasi wong-wongan ini tetap mengikuti aturan pewarnaannya

[FOTO] Nasi Wong-wongan Penolak Bala di Bali, Upaya Mencegah COVID-19Dok.IDN Times/istimewa

Dilansir dari berbagai sumber, segehan merupakan wujud ritual masyarakat Hindu di Bali yang memiliki bentuk beraneka ragam, sesuai keperluannya. Segehan ini memiliki empat fungsi. Yaitu sebagai sarana permohonan, persembahan, penghormatan, dan membayar utang (Bhuta Rnam, Tri Rna).

Baca Juga: 6 Doa Memulai Aktivitas Menurut Agama Hindu Bali

5. Segehan yang dilengkapi oleh bawang, jahe, dan garam ini ada maknanya lho

[FOTO] Nasi Wong-wongan Penolak Bala di Bali, Upaya Mencegah COVID-19Facebook.com/Tutde Partajaya

Segehan wong-wongan juga dilengkapi oleh ulam (Daging) bawang, jahe, dan uyah (Garam). Pemilihan ketiga bumbu dapur tersebut juga tidak asal-asalan. Karena masing-masing memiliki makna yang berbeda-beda. Dilansir dari berbagai sumber, bawang merupakan simbol tamas, yaitu sifat kemalasan. Jahe merupakan simbol rajas, yaitu sifat keserakahan. dan garam adalah simbol satwam, yaitu sifat kebijaksanaan.

Ketiga bahan tersebut sebagai simbolis untuk mengembalikan Tri Guna (Satwam-Rajas-Tamas) kepada asalnya.

6. Umumnya, segehan ini dibuat ketika ada kejadian yang ganjil terjadi

[FOTO] Nasi Wong-wongan Penolak Bala di Bali, Upaya Mencegah COVID-19Dok.IDN Times/istimewa

Masih mengutip dari hasil penelitian I Gede Suka Adnyana dan I Wayan Watra, segehan ini biasanya dibuat ketika terjadi sesuatu yang bersifat ganjil. Misalnya terdapat binatang aneh, pura disambar petir, dan lainnya. Segehan berfungsi untuk menetralisir kekuatan bhuta bhucari, kala bhucari, durga bhucari supaya menjadi bhuta hita, kala hita, dan durga hita.

Kalau menurut jero mangku di Pura Kentelgumi dari hasil penelitian tersebut, nasi wong-wongan memiliki banyak bentuk berupa rangda, manusia, naga dan lainnya.

Apapun bentuk dari nasi wong-wongan tersebut, yang penting makna dan doanya harus sama ya. Yaitu agar masyarakat Hindu di Bali, termasuk masyarakat Indonesia pada umumnya, terhindar dari COVID-19. Bagi yang positif COVID-19 supaya segera disembuhkan. Rahayu.

Baca Juga: Panduan Pelaksanaan Yadnya Umat Hindu di Bali Selama Pandemik COVID-19

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya