Kisah Lika-Liku Crossdresser di Bali, Pernah Sakit Hati Disebut Waria

Sebut saja namanya Jubaidah

Denpasar, IDN Times – Menyeruaknya fenomena crosshijaber akhir-akhir ini yang ramai diperbincangkan di media sosial (Medsos) tak selamanya membawa kesan negatif. Fenomena crosshijaber memang identik dengan pria yang suka dandan, memakai baju perempuan yakni hijab, gamis, kerudung dan sebagainya. Pun disebut mereka memang memiliki komunitas sendiri dan memilih terrtutup.

Memang agak susah menemukan crosshijaber di Bali, namun diduga mereka sebenarnya juga ada. Sedikit berbeda dengan crosshijaber, seorang pria dengan nama samaran Jubaidah (29) ini merupakan crossdresser. Ia bersedia berbagi ceritanya kepada IDN Times soal fenomena crossdresser dan crosshijaber. Berikut ini pengakuannya saat diwawancara, Senin (21/10):

Baca Juga: Deretan Fakta Crosshijaber, Fenomena Baru yang Resahkan Masyarakat

1. Sejak kecil sudah biasa melambai dan suka makeup. Pernah sakit hati dipanggil waria

Kisah Lika-Liku Crossdresser di Bali, Pernah Sakit Hati Disebut WariaDok.IDN Times/Istimewa

Jubaidah (Bukan nama sebenarnya) mengaku sejak kecil sedikit melambai. Kebiasaan tersebut terbawa hingga dewasa. Tidak menampik jika pernah sakit hati saat dipanggil bencong atau waria, sekarang justru suka diperhatikan dari atas sampai bawah.

Meski terlahir sebagai seorang pria, namun dia belum mengidentifikasi gendernya. Jubaidah secara tegas mengaku dirinya adalah Queer (Istilah untuk minoritas seksual yang bukan heteroseksual, heteronormatif, maupun biner gender). Maksudnya adalah belum bisa mengidentifikasi gendernya hingga saat ini. Apakah pria atau cenderung ke perempuan.

Dia pun tidak merombak tubuhnya layaknya dragqueen atau transgender umumnya. Ia mengaku lebih menyukai merombak dirinya dengan memakai gaun indah, makeup dan heels yang menyala.

Baca Juga: Fenomena Crosshijaber & Crossdress Mencuat di Medsos, Apa Pemicunya?

2. Kerap menemui jalan buntu, lebih suka tampil menjadi perempuan

Kisah Lika-Liku Crossdresser di Bali, Pernah Sakit Hati Disebut WariaDok.IDN Times/Istimewa

Tidak serta merta menerima dirinya melambai begitu saja. Saat dirinya masih duduk di bangku sekolah, semua usaha untuk meluruskan gaya melambainya gagal. Berbagai cara telah ia coba, namun buntu. Ia justru merasa nyaman ketika tampil sebagai perempuan ketimbang sebagai seorang pria.

"Gagal, karena mencoba untuk menjadi laki itu nggak bisa. Tetap aja udah bentukannya meliak-liuk, melambai, jalan pun melambai," jelasnya.

3. Lebih merasa dihargai sebagai perempuan daripada pria

Kisah Lika-Liku Crossdresser di Bali, Pernah Sakit Hati Disebut WariaDok.IDN Times/Istimewa

Jubaidah mengaku merasa nyaman dan lebih percaya diri jika banyak yang mengaguminya sebagai perempuan. Bahkan penampilannya tersebut menjadi ladang mata pencahariannya. Kebiasaannya memakai pakaian perempuan tetap ia lakoni. Sebab ia memainkan peran sebagai dragqueen dan striptease. Jubaidah mengaku mengenal dunia dragqueen tahun 2011 lalu.

4. Jubaidah sudah menikah dan memiliki anak. Sang istri. tahu tapi tak mempermasalahkannya

Kisah Lika-Liku Crossdresser di Bali, Pernah Sakit Hati Disebut WariaDok.IDN Times/Istimewa

Pria kelahiran tahun 1990 ini selalu menjelma menjadi perempuan yang bisa menggoda para pria. Tetapi di balik gaya kemayunya, Jubaidah telah menikah dan dikaruniai seorang anak. Dia mengaku sangat kesulitan harus memerankan sosok pria sekaligus ayah jika dia tidak sedang dandan dan berada di depan anaknya.

Sang istri juga tidak mempermasalahkan kondisinya tersebut. Hanya saja ketika keluar bersama-sama, Jubaidah harus mengunci kuat-kuat sikap perempuannya tersebut. Pun hingga saat ini, rahasia siapa dirinya tersimpan secara rapi di depan keluarga dan mertuanya.

"Istriku kan sukanya cowok-cowok ala Korea gitu. Aku kan seperti itu. Cowok Korea kan gitu, cantik-cantik. Nggak masalah aku tampil feminim," ungkapnya.

5. Belanja makeup untuk dirinya sendiri. Sang istri justru tak suka dandan

Kisah Lika-Liku Crossdresser di Bali, Pernah Sakit Hati Disebut WariaUnsplash.com/Element5 Digital

Jubaidah tak segan menguras isi dompetnya hanya untuk membeli peralatan makeup. Lantaran suka crossdressing, dia tak malu membawa sederet list belanjaan kosmetiknya. Kondisi ini justru berbalik dengan sang istri. Ia cenderung tidak suka dandan, lebih memilih memakai baju longgar dan simple.

"Istriku kan nggak makeup. Kalau kondangan aku yang makeup-in. Makanya kalau aku belikan makeup utuh, nggak dipakai. Akhirnya aku yang pakai," ungkapnya.

Untuk mengantisipasi beratnya biaya makeup, Jubaidah harus pandai-pandai memprioritaskan kebutuhannya. Sementara untuk kostum manggungnya, dia mengaku mendesain sendiri dan membawa ke tukang jahit langganannya. Ia mengoleksi lebih dari 300 gaun di lemarinya. Belum lagi ditambah jumlah wig untuk menunjang penampilannya, dan ukuran sepatunya sekitar 42 untuk ukuran pria atau 44 untuk ukuran perempuan.

“Pokoknya kalau diukuran bule 11 dan 12 masuk. Ya ampun kakiku gede (Besar) banget," jelasnya.

6. Apa tanggapannya soal crosshijaber yang lagi viral di medsos?

Kisah Lika-Liku Crossdresser di Bali, Pernah Sakit Hati Disebut WariaDok.IDN Times/Istimewa

Tak malu-malu, Jubaidah secara jelas menyatakan dirinya sebagai crossdresser kepada IDN Times. Jubaidah menegaskan bahwa tampil crossdresser merupakan caranya untuk mengekspresikan siapa sesungguhnya dia.

Ketika ditanya soal crosshijaber, Jubaidah menjelaskan sejauh ini memang belum pernah bertemu secara langsung dengan komunitas tersebut. Hanya saja crosshijaber tersebut diakuinya ada, dan memungkinkan ada juga di Bali.

“Dia Bali ada kayaknya, tapi aku nggak pernah ketemu langsung. Fenomena itu sudah lama sih hanya saat itu belum besar. Beberapa orang doang yang mengetahuinya. Udah lama, mereka juga tertutup,” katanya.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya