[CEK FAKTA] Benarkah Ada Warga Denpasar Meninggal Akibat Vaksinasi?
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Denpasar, IDN Times – Masih ingat kasus kematian warga Denpasar, Abdullah Malanua? Laki-laki berusia 44 tahun tersebut ditemukan meninggal dunia pada Senin (24/5/2021), di kamar kosnya di Jalan Pulau Sebatik Nomor 35. Kematian korban ramai diberitakan meninggal karena vaksin COVID-19 yang diterimanya beberapa hari sebelumnya.
Apakah benar korban meninggal karena vaksinasi COVID-19? Berikut penjelasan dari Dinas Kesehatan Provinsi Bali dan Dinas Komunikasi, Informatika dan Statistik Provinsi Bali.
1. Korban diketahui memiliki riwayat penyakit tekanan darah tinggi, diabetes, dan kolestrol
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali, Ketut Suarjaya, pada Senin (24/5/2021) malam, kepada IDN Times menyampaikan bahwa kematian korban bukanlah karena vaksinasi COVID-19 yang diterimanya. Suarjaya juga menanggapi beredarnya pemberitaan yang mengatakan korban meninggal akibat vaksinasi COVID-19. Lalu apa sebenarnya yang menyebabkan korban meninggal?
Suarjaya pun menjelaskan Autopsi Verbal kronologis meninggalnya korban Abdullah Malanua. Korban yang sehari-hari bekerja sebagai tukang jahit tersebut sudah sakit sejak seminggu sebelum ditemukan meninggal dunia. Korban diketahui hanya beristirahat di dalam kamarnya saja dan jarang keluar, apalagi bekerja.
“Sakit yang dikeluhkan adalah sakit kepala yang terus-menerus, bahkan kadang-kadang almarhum sampai muntah-muntah dan keluar keringat dingin. Korban diketahui memiliki riwayat penyakit tekanan darah tinggi, diabetes, dan kolestrol,” jelasnya.
2. Saat tahap screening, kondisi korban dinilai memungkinkan untuk mendapatkan vaksin
Selanjutnya, Suarjaya menyampaikan bahwa saat korban mengikuti vaksinasi yakni dua hari sebelum ditemukan meninggal dunia, korban sudah melalui tahap screening dan lainnya. Saat itu kondisinya dinilai memungkinkan untuk mendapatkan vaksin.
“Kami tidak bisa menyimpulkan kalau beliau meninggal karena vaksin. Setelah vaksin ada observasi dan beliau baik-baik saja. Jadi jangan sedikit-sedikit ada orang meninggal, dikaitkan dengan COVID-19. Atau ada yang meninggal setelah beberapa harinya mendapatkan vaksin, dikaitkan meninggal karena vaksin. Mari kita cari dulu data yang akurat dari orang yang kompeten sebelum kita memberitakan ke tengah masyarakat. Dengan demikian, informasi tidak bias dan timbul rasa khawatir dari masyarakat untuk vaksin,“ tegas Suarjaya.
3. Tetangga sempat melarang korban ikut vaksinasi
Menurut tetangga korban, Rendi, ia sempat melarang korban untuk ikut vaksinasi COVID-19, lantaran korban memiliki penyakit diabetes yang sering kambuh-kambuhan. Sebelum meninggal, saksi terakhir kali mengobrol dengan korban pada Sabtu (22/5/2021) malam. Korban saat itu menyapu lantai kamar kosnya dan bercerita sedang sakit darah tinggi. Ia tinggal sendiri karena istri dan anak korban sudah pulang kampung.
Pada Minggu (23/5/2021), saksi mendengar korban mendengkur sangat keras. Kemudian pada Senin (24/5/2021) pagi, saksi mencoba menggedor pintu kamar korban. Namun tidak mendapatkan jawaban. Setelah itu, korban berusaha membuka pintu kamar korban dan menemukan korban telah meninggal dunia.
“Sempat saya larang untuk tidak vaksin karena punya gejala darah tinggi. Kalau berangkatnya, saya kurang tahu pasti. Dari situ saya sempat ngomong, om jangan ikut vaksin. Itu aja, karena ada sakit,” ungkap Rendi.
4. Diharapkan mengedukasi masyarakat dengan penjelasan resmi dari pihak yang berkompeten
Terkait beredarnya isu korban meninggal akibat vaksinasi, Kepala Dinas Komunikasi, Informatika dan Statistik Provinsi Bali, Gede Pramana, meminta agar media lebih cermat menyajikan pemberitaan sehingga tidak menimbulkan keresahan di kalangan masyarakat.
“Sangat disayangkan banyak sekali pemberitaan yang mengatakan bahwa ada korban meninggal akibat vaksin. Padahal belum ada penjelasan resmi dari pihak yang berkompeten tentang itu. Namun sudah diberitakan orang tersebut meninggal karena vaksin. Untuk itu saya meminta agar awak media lebih cermat dalam pemberitaan dan membantu mengedukasi masyarakat melalui berita yang berasal dari sumber dan data yang dapat dipercaya,“ tegasnya.