Budi Nilai Warga Lihat Sisi Negatif Wolbachia Tanpa Ilmiah

Menteri Kesehatan klaim Nyamuk Wolbachia turunkan kasus DBD

Denpasar, IDN TimesBali kembali menjadi tuan rumah diskusi Arbovirus Summit yang diselenggarakan oleh Kementerian Kesehatan RI bersama Global Initiative on Sharing Avian Influenza Data (GISAID) di Kampus UID, Kura-Kura Bali, Serangan, Kecamatan Denpasar Selatan, Senin (22/4/2024) lalu. Dalam kesempatan itu Menteri Kesehatan Republik Indonesia Periode 2020-2024, Budi Gunadi Sadikin, mengatakan keharmonisan interaksi antara manusia dan alam menjadi hal yang penting dalam menekan penularan penyakit arbovirus, atau penyakit yang ditularkan melalui perantara serangga seperti nyamuk.

“Karena ketika perubahan iklim terjadi, maka interaksi antara manusia dan hewan akan mengalami perubahan karena pola hidup makhluk juga berubah," ujarnya.

1. Satu upaya penanganan Arbovirus di Indonesia adalah menyebarkan nyamuk ber-wolbachia

Budi Nilai Warga Lihat Sisi Negatif Wolbachia Tanpa IlmiahMenteri Kesehatan Republik Indonesia Periode 2020-2024, Budi Gunadi Sadikin (IDN Times/Ayu Afria)

Budi mengatakan, dalam upaya mengontrol vektor atau hewan pembawa penyakit, Pemerintah Indonesia telah melakukan upaya menyebarkan nyamuk ber-wolbachia untuk menurunkan replikasi virus dengue di tubuh nyamuk. Menurutnya, program nyamuk ber-wolbachia yang dilaksanakan di Yogyakarta telah menurunkan prevalensi kasus DBD di Yogyakarta saat kasus DBD di provinsi lain meningkat.

“Jadi, saat sekarang insiden dengue meningkat di banyak kota, hal tersebut tidak terjadi di Yogyakarta. Karena Yogyakarta telah mengimplementasikan Wolbachia," ujarnya.

2. Menkes minta masyarakat Indonesia sadar penanganan penyakit secara ilmiah

Budi Nilai Warga Lihat Sisi Negatif Wolbachia Tanpa IlmiahArbovirus Summit di Bali (IDN Times/Ayu Afria)

Proyek Wolbachia pertama kali di dunia ia akui diterapkan di Yogyakarta 15 tahun yang lalu. Kemudian metode ini juga diterapkan besar-besaran di Brazil yang memiliki angka kasus dengue terbanyak di dunia. Budi justru menyayangkan masyarakat Indonesia yang memandang penanganan dengan Wolbachia dari sisi negatif.

“Pertama kali (Wolbachia) di dunia di Yogyakarta. Jadi sedih kan kita sebagai orang Indonesia melihatnya negatifnya terus, jeleknya terus, hoaks-nya terus, gosipnya terus. Sedangkan negara lain sudah memakai,” ungkapnya.

Seperti halnya penolakan yang terjadi di Bali terhadap metode Wolbachia. Namun demikian, penanganan dengue dengan Wolbachia ini tetap dijalankan di daerah lainnya seperti Bandung dan Kupang.

“Saya berharap masyarakat (Bali) bisa disadarkan kembali. Yuk kita berbicaranya berbasis bukti ilmiah. Bukan berbasis opini,” katanya.

3. Ada lima langkah upaya penanganan Arbovirus

Budi Nilai Warga Lihat Sisi Negatif Wolbachia Tanpa Ilmiahgambar nyamuk Aedes aegypti (unsplash.com/National Institute of Allergy and Infectious Diseases)

Arbovirus merupakan virus yang ditularkan kepada manusia melalui vektor artropoda. Beberapa virus yang termasuk ke dalam kelompok Arbovirus antara lain dengue, zika, dan chikungunya. Menkes menyatakan, setidaknya ada 5 hal yang menjadi fokus dalam menangani penyakit infeksi Arbovirus, diantaranya:

  1. Mengajari, mengedukasi, dan melatih masyarakat untuk mencegah penyakit infeksi.
  2. Mengontrol vektor atau hewan pembawa penyakit
  3. Memiliki surveilans atau pengawasan yang kuat
  4. Melakukan penelitian dan pengembangan vaksin
  5. Upaya terapeutik atau hal-hal yang berkaitan dengan perawatan atau treatment terhadap penderita penyakit arbovirus.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya