BNN Bali: Edukasi Soal Narkoba Harus dengan Gaya Anak Muda

Ayo bersama-sama berantas penggunaan narkoba

Badung, IDN Times - Badan Narkotika Nasional (BNN) mengungkapkan tantangan persoalan narkoba kini semakin berat sehingga perlu upaya lebih keras untuk menyatukan pandangan bersama. Selain itu, mengingat banyaknya anak muda yang terlibat dalam penyalahgunaan narkoba, ke depannya edukasi soal narkoba harus menggunakan gaya yang lebih bisa diterima anak muda. 

Persoalan itu dibahas dalam Rapat Kerja Teknis (Rakernis) Pencegahan dan Pemberdayaan Masyarakat yang diselenggarakan di Kuta, Kabupaten Badung, pada Rabu (9/3/2022) hingga Jumat (11/3/2022). Para penyuluh narkoba dari 173 kabupaten dan 34 provinsi hadir dalam acara itu.

1. Harus ada perubahan mengedukasi generasi muda terkait narkotika

BNN Bali: Edukasi Soal Narkoba Harus dengan Gaya Anak MudaIlustrasi Narkoba (IDN Times/Sukma Shakti)

Kepala BNN Provinsi Bali, Brigjen Pol Gde Sugianyar Dwi Putra, menyampaikan sekitar 90 persen penyalahgunaan narkotika di Provinsi Bali adalah jenis sabu. BNNP Bali pun berupaya untuk menekankan peredaran narkotika dari sisi demand.

Berdasarkan data, dominasi penyalahgunaan narkotika saat ini adalah generasi muda. Karenanya diperlukan strategi yang disesuaikan dengan gaya anak-anak muda ini.

“Cara-cara yang kami lakukan harus dengan cara gayanya mereka. Apa? Ya salah satunya lewat media sosial. Salah satunya adalah konten-konten yang bisa diterima oleh mereka. Kita sekarang sudah mau memasuki era 5G, era big data, dan ada lagi sekarang namanya metaverse,” ungkapnya.

Kabid Pemberantasan (Brantas) BNN Provinsi Bali, Putu Agus Arjaya, menambahkan bahwa penyalahgunaan narkoba di masa pandemik meningkat karena banyaknya pengangguran. Apalagi Bali merupakan area pariwisata yang menyebabkan meningkatnya permintaan.

“Kami memang berusaha untuk menurunkan supply. Jangan sampai terlalu banyak di Bali. Kami akan melakukan pengungkapan-pengungkapan. Kami akan berantas,” terangnya.

Baca Juga: BNPT Minta Pemerintah Daerah Aktif Cegah Radikalisme dan Terorisme  

2. Ada pengaruh invasi Rusia-Ukraina terhadap peredaran narkotika

BNN Bali: Edukasi Soal Narkoba Harus dengan Gaya Anak MudaPolresta Denpasar tangkap 2 orang tersangka Tindak Pidana Narkotika dengan bukti 18 kilogram sabu. (IDN Times / Ayu Afria)

Sementara itu, Kepala Badan Narkotika Nasional,  Dr Petrus Reinhard Golose, mengungkapkan bahwa dilihat dari geopolitik dan geostrategik, akan ada masalah-masalah lain di bidang perekonomian yang timbul akibat invasi Rusia ke Ukraina. Persoalan ekonomi tersebut kemudian akan menimbulkan masalah sosial, termasuk meningkatnya jobless atau pengangguran.

"Ya kami mengantisipasi ini jangan sampai dimanfaatkan oleh bandar narkoba. Oleh para kurir dan sebagainya, termasuk oleh para penyalahguna. Sehingga perlu untuk menekan permintaan (narkoba)," ungkap pada Kamis (10/3/2022).

Golose menilai saat ini ada negara yang sedang bermasalah di Golden Triangle sehingga akan berpengaruh terhadap masuknya narkotika ke Indonesia. Begitu juga permasalahan yang terjadi di Golden Crecent, yakni di Afganistan, Pakistan, dan Iran. 

3. BNN mengambil kebijakan soft power approach dalam pencegahan narkotika

BNN Bali: Edukasi Soal Narkoba Harus dengan Gaya Anak MudaIlustrasi Badan Narkotika Nasional (IDN Times/Mardya Shakti)

Golose mengungkapkan bahwa BNN mengambil kebijakan soft power approach untuk pencegahan, pemberdayaan masyarakat, dan rehabilitasi. Peran Kedeputian Pencegahan dan Pemberdayaan Masyarakat dalam hal ini dinilai sangat penting. Terutama peran penyuluh dalam menekan peredaran narkoba di lingkungan pedesaan.

"Kemampuan-kemampuan yang mereka (penyuluh) miliki untuk pendekatan lunak sangat bagus dan kami melakukan terobosan-terobosan positif untuk meminimalisir dan menekan peredaran narkoba," jelasnya.

Terlebih menjelang pelaksanaan KTT G20, BNN berupaya memutus jaringan narkotika yang akan masuk ke Bali, baik jaringan nasional maupun internasional.

"Potensinya ada. Kita ingat bahwa selama dua tahun, walaupun dalam situasi pandemik COVID-19, tapi tingkat prevalensi itu naik. Hal yang menonjol adalah di pedesaan," jelasnya.

Topik:

  • Ni Ketut Sudiani

Berita Terkini Lainnya