Bali Terima 2 Unit Sensor Pendeteksi Gempa Kurang dari Lima Menit

Kata BMKG, Bali berpotensi mengalami gempa bermagnitudo 8,5

Denpasar, IDN Times – Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) rupanya memiliki sistem peringatan dini tsunami Indonesia, yang mampu mengeluarkan informasi gempa dalam waktu kurang dari lima menit setelah gempa terjadi. Semoga alat ini bisa membantu ya.

1. Kecepatan dan akurasi informasi gempa terwujud dengan menambah jumlah sensor seismik

Bali Terima 2 Unit Sensor Pendeteksi Gempa Kurang dari Lima MenitDok.IDN Times/Istimewa

Dilansir dari situs resmi BMKG, meski Sistem Peringatan Dini Tsunami Indonesia bisa mengeluarkan informasi gempa kurang dari lima menit setelah kejadian, namun masih tetap memerlukan peningkatan agar respon kemungkinan terjadinya bencana gempa segera diketahui.

Kecepatan dan akurasi informasi gempa akan dapat terwujud dengan adanya tambahan seismik, untuk merapatkan jaringan monitoring gempa.

2. BMKG menambah 194 unit sensor gempa

Bali Terima 2 Unit Sensor Pendeteksi Gempa Kurang dari Lima MenitDok.IDN Times/Istimewa

Tahun 2019 lalu, BMKG menambah 194 unit sensor seismik dari jumlah semula 176 unit sensor. Sehingga total sekarang sensor seismiknya menjadi 370 unit.

Sebanyak 100 unit sensor baru (Broadband) diprioritaskan untuk mempercepat dan meningkatkan akurasi info gempa. Sedangkan 94 unit sensor lainnya (Minireg), difungsikan untuk mendeteksi keberadaan sesar lokal di wilayah Indonesia, di samping juga meningkatkan kecepatan info gempa.

3. Bali terima dua sensor tambahan. Bali berpotensi mengalami gempa bermagnitudo 8,5

Bali Terima 2 Unit Sensor Pendeteksi Gempa Kurang dari Lima MenitDok.IDN Times/Istimewa

Kepala Bidang Data dan Informasi BMKG Wilayah III Denpasar, Iman Fatchurochman, kepada IDN Times menyampaikan bahwa ada dua jenis sensor yang dipasang di Bali. Pertama, sensor intensity untuk mengetahui dampak guncangan gempa, yang dipasang di 50 lokasi di wilayah Bali.

Kedua, sensor seismik yang digunakan untuk mengetahui lokasi gempanya. Tujuh sensor tersebut dipasang di Kintamani Kabupaten Bangli, Nusa Penida di Kabupaten Klungkung, Kabupaten Tabanan, Kabupaten Karangasem, Sanglah di Kota Denpasar, Kota Negara, dan Kota Singaraja di Kabupaten Buleleng.

“Iya dua lokasi itu di Kintamani dan Nusa Penida. Saya dapat dua,” terangnya.

Semua sensor ini bisa mencatat situasi kegempaan, baik di wilayah Bali maupun yang terjadi di sekitar Bali. Dalam catatan empat hari terakhir ini, kondisi kegempaan di wilayah Bali sendiri terekam dalam sensor terjadi di laut Nusa Tenggara Barat (NTB) pada Selasa (7/1) pukul 22.00 Wita.

Sementara hari Senin (6/1) lalu terjadi di wilayah Bali bagian selatan dengan kekuatan 3,3 magnitudo sekitar pukul 15.35 Wita.

“Sudah delapan gempa untuk tanggal delapan saja (Januari 2020) yang tercatat sensor. Namun bukan di Bali. Artinya itu yang tercatat oleh sistem kami saja. Mulai dari magnitudo 2,3 sampai 5,2. Cukup banyak juga untuk hari ini,” ungkapnya.

Menurut studi pusat gempa nasional, Bali memiliki potensi gempa hingga magnitude 6,5. Namun bisa terjadi sampai magnitude 7. Catatan teranyar dengan melihat luasan lempeng yang bertumpukan, Bali kini memiliki potensi gempa bermagnitudo 8,5. Sementara potensi bagian selatan Pulau Jawa mencapai magnitude 8,9.

“Ini merupakan potensi, bukan prediksi BMKG. Menurut para expert, para ahli kegempaan potensinya seperti itu, potensi maksimum,” ucapnya.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya