Anak Kera di Sangeh Bali Jadi Korban Tabrak Lari, Warga: Sakral Itu

Kasihan, mimin gak tega lihatnya

Badung, IDN Times – Postingan yang diunggah akun facebook Svarakaka pada Kamis (25/3/2021) menuai perhatian publik. Informasi yang ditulis oleh Gus Alit Saskara tersebut menceritakan ada seekor anak kera (wanara) di Sangeh, Kabupaten Badung, yang menjadi korban tabrak lari. 

Anak kera tersebut ditemukan mati bersimbah darah di jalan beraspal. Bagi penduduk setempat, wilayah tersebut termasuk kawasan yang disucikan.

1. Melewati wilayah Sangeh disarankan untuk membunyikan klakson

Anak Kera  di Sangeh Bali Jadi Korban Tabrak Lari, Warga: Sakral ItuSeekor kera di hutan Sangeh jadi korban tabrak lari (Dok.IDN Times/Gustu Pujawan)

Dalam postingan tersebut diungkapkan juga bahwa ada tiga kelompok kera yang mendiami hutan di Sangeh, yakni kelompok barat, tengah, dan timur. Kelompok paling timur inilah yang paling dekat dengan Jalan Raya Denpasar-Plaga. Banyak kera yang berkeliaran dan kadang menyeberang jalan.

“Kami selaku warga Sangeh sangat menjaga kesucian Hutan Pala dan kera di sana. Orang tua kami dari dulu memperingati agar lewat di sana selalu hati-hati dan membunyikan klakson,” tulisnya.

2. Ada hal mistis yang terjadi di luar nalar

Anak Kera  di Sangeh Bali Jadi Korban Tabrak Lari, Warga: Sakral ItuSeekor kera di hutan Sangeh jadi korban tabrak lari (Dok.IDN Times/Gustu Pujawan)

Diceritakan pula dalam postingan tersebut bahwa ada orang tanpa sengaja menabrak kera tersebut sampai meninggal. Gus Alit Saskara menuliskan bahwa bagi yang percaya akan kekuatan alam, mereka akan bertanya apa yang dilakukan jika ada masalah seperti di atas. Namun ada juga yang pura-pura tidak percaya, dan akhirnya membawa bencana.

“Akhirnya menghaturkan permohonan maaf melalui upacara peneduh dan mecaru. Sampai saat ini saya masih percaya monyet tersebut akan membawa temannya yang meninggal. Kadang membawanya ke mana-mana sambil menunggu hari baik. Percaya atau tidak, banyak hal mistis yang kadang di luar nalar kita. Jadi tetaplah berhati-hati jika melewati area hutan Sangeh,” tulisnya.

IDN Times mencoba menghubungi akun tersebut untuk konfirmasi. Hanya saja sampai berita ini diturunkan, belum ada respons.

3. Begini respons masyarakat akan peristiwa ini

Anak Kera  di Sangeh Bali Jadi Korban Tabrak Lari, Warga: Sakral ItuIDN Times/Irma Yudistirani

Postingan tersebut kemudian mendapatkan banyak komentar, di antaranya:

  • Barboul Maco

“Harus ngaturan guru piduka niki tiyang (saya) sangat percaya dulu paman tiyang pernah menabrak due kera driki ring sangeh keranya meninggal entah dari mana datangnya kera mengambil temannya yang mati nike. Ada dagang di samping disuruh pergi paman tiyang kalau diam di sana mungkin akan di serbu kera yang lain. Terus sandikala ngaturan banten/mecaru di pura alas sari wihhh keranya ganas sekali tidak seperti biasanya. Amor ing acintya duwe ring alas pala sane tertabrak."

  • Dewi Agasth Kusuma

“Pengalaman tiyang yang kerja di hutan monyet di Ubud, siapapun yang menabrak monyet secara sengaja atau tidak sengaja, percaya tidak percaya malamnya/ beberapa hari ke depan akan terus di hantui bayang-bayang monyet yang ditabrak sampai si penabrak ini kembali lagi meminta maaf (ngaturang banten permintamaafan), kebetulan di tempat saya ada staff yang mengurusi monyet jika ada yng mati/luka tapi sekalipun mayat monyet sudah dikubur jika si penabrak belum minta maaf hidup dia tidak akan tenang, begitu kira-kira. Dan banyak lagi kejadian di luar nalar, jangankan sampai menabrak berani memukul monyet pun akan mendapat hal-hal yang tidak kita inginkan."

  • Zulink Mundam

“Dulu orang tua tiyang pernah nabrak merah di sana. Sontak banyak saudara-saudara kerajaan datang menyerang mobil ortu tiyang. Lama saya nunggu, terus tiyang bertanya kepada pemangku di sana. Akhirnya kami membuat semacam upacara."

  • Sagung Dyah

“Wenara nike sakral juga sebagai peneduh jagat. Jangankan nabrak. Pernah pengalaman, teman tiyang misuh karena pada waktu itu mobil dideketi wenara. Eh kebawa sampai di rumah, mobil masuk garasi. Secara nyata mobil digoyang keras, seakan wenara yang melakukan, langsung bilang nunas sinampure (meminta maaf), eh mobil diam. Niki nyata.”

Topik:

  • Ni Ketut Sudiani

Berita Terkini Lainnya