TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

10 Inspirasi Desain Busana dari Kain Endek Versi Anak Muda Bali

Ini karya para pemenang Denpasar Fashion Competition lho

IDN Times/Ni Ketut Sudiani

Bali memiliki sejumlah kain tradisional yang sangat cantik dan indah untuk dipadupadankan menjadi busana. Kain endek termasuk satu di antaranya yang paling banyak diminati, termasuk anak-anak muda. Belakangan ini mereka berani untuk melakukan eksplorasi dengan mendesain dari kain endek.

Belum lama ini, tepatnya pada tanggal 16 hingga 18 September 2021, 10 desain busana karya para pemenang Denpasar Fashion Competition 2021 ditampilkan dalam Exhibition Booth di Dharma Negara Alaya (DNA Art & Creative Hub) Kota Denpasar.

Mereka memadupadankan beberapa jenis kain tradisional Bali, terutama kain endek. Desain yang mereka buat juga kuat landasan filosofinya. Seperti apa desain busana dari karya para pemenang tersebut?

1. Clove wrap with traditional fabric dan Flower bud dry

Desain Busana dari Kain Tradisonal Bali. (IDN Times/Ni Ketut Sudiani)

Konsep clove wrap with traditional fabric untuk fashion perempuan didesain oleh Desak Putu Ratna Dewi. Konsepnya mengacu pada pakaian ready to wear, yang mengambil sumber ide dari rempah-rempah Indonesia berbentuk seperti kuncup bunga, yaitu cengkih (syzygium aromaticum).

Terdapat teknik patchwork di bagian busana atasannya, dan mengambil siluet yang menyerupai cengkih. Warnanya mengikuti warna kuning dengan paduan warna cokelat.  Busana atasannya menggunakan model outer tanpa lengan, dan bagian bawahannya menggunakan model celana 7/8 atau di bawah lutut (Jogger).

Terdapat tali yang digunakan untuk mengerutkan lingkar bawah celana dari bahan endek motif dan polos.

Sementara Ni Wayan Kirana Saraswati menampilkan fashion pria memakai konsep F.B.D atau Flower bud dry, yang berarti kuncup bunga kering. Konsep ini terinspirasi dari kuncup bunga kering yang memiliki aroma khusus, yaitu cengkih. Selama ini cengkih banyak digunakan sebagai bumbu masakan pedas.

Busana berkonsep F.B.D ini terdiri dari tiga potongan busana yaitu bagian top, jaket hoodie, dan celana pendek. Bagian top menggunakan kain katun dengan potongan garis leher berbentuk bulat.

Sementara bagian luaran busana menggunakan jaket model hoodie dari kain tenun endek dengan motif tumbuhan yang menyerupai cengkih warna cokelat, kuning, dan hijau. Kain tenun endek itu kemudian dikombinasikan bersama kain katun polos berwarna cokelat, sesuai dengan warna yang dominan pada kain endek.

Senada, celananya menggunakan bahan yang sama dengan bagian top. Hanya saja di bagian pinggangnya memakai pinggir kain tenun endek berwarna hijau.

Baca Juga: Endek Bali Dipinang Perancang Christian Dior, Begini Awal Mulanya

2. Sagaris Sadara dan Titik Temu

Desain Busana dari Kain Tradisonal Bali. (IDN Times/Ni Ketut Sudiani)

Konsep Sagaris Sadara karya Andika Kurniawan Pakki, terinspirasi dari kain bergaris vertikal, yang diyakini sebagai lambang kesederhanaan dan kesopansantunan. Pakem yang digunakan adalah turun-naik, yang mengibaratkan sebuah keterikatan dengan Tuhan.

Busana ini menggunakan kain lurik dan penambahan kain endek dengan motif seseh (Bagian dari pohon kelapa). Desain ini mengambarkan, bahwa manusia semestinya bisa seperti pohon kelapa. Baik daun, buah, dan batangnya bisa berguna.

Berikutnya, I Made Toni Megantara menampilkan konsep Titik Temu. Konsep ini menggambarkan momen pertemuan dua atau lebih pandangan yang berbeda, sehingga bisa terjalin kata sepakat.

Konsep ini dianggap lebih cocok untuk anak muda yang lebih kasual dengan materi tenun tradisional Bali, yaitu endek. Motif endek yang digunakan adalah motif anyaman atau bedeg, yang terinspirasi dari material bangunan tradisional Indonesia. Yaitu anyaman bambu secara vertikal dan horizontal hingga membentuk anyaman yang kokoh.

Kemudian tenun seseh digunakan untuk mempertegas antara tenun dengan kain polos. Konsep ini menegaskan keindahan atau estetika justru bisa tercipta dari perbedaan.

3. Lawar Kuwir dan Keelokan Bunga Telang

Desain Busana dari Kain Tradisonal Bali. (IDN Times/Ni Ketut Sudiani)

Galuh Salsabela Putri menampilkan desain busana dengan konsep Lawar Kuwir. Sebagaimana namanya, desain ini terinspirasi dari kuliner khas Bali, Lawar Kuwir. Kuliner ini biasanya dibuat dari campuran daging bebek dan sayuran cincang yang dibumbui dengan rempah-rempah. Kemudian warna-warni rempah yang dipakai, diaplikasikan pada bagian atasan dari set desain yang menggunakan meterial endek Bali. 

Selain itu, konsep Lawar Kuwir juga menyiratkan keseimbangan dualitas semesta Rwa Bhineda. Keseimbangan antara daging dan sayuran pada sebuah sajian makanan, dinilai bisa mendukung keseimbangan dalam diri manusia.

Dualitas ini diperjelas dengan aksen midi skirt dari karya yang terbagi atas warna hitam dan putih dengan akses asimetris. Aksara dengan tulisan Lawar Kuwir begitu kental mencerminkan kearifan lokal. 

Berikutnya adalah desain busana dengan konsep Keelokan Bunga Telang, karya Ni Wayan Hanisya Devi. Bentuk serta warnanya terinspirasi dari bunga telang. Yaitu tumbuhan yang merambat dan biasa ditemukan di pekarangan rumah atau tepi hutan.

Bunga Telang berasal dari Asia Tropis, namun sekarang sudah tersebar di seluruh daerah tropika. Bunga ini juga dikenal biasa dimanfaatkan sebagai rempah-rempah pewarna makanan maupun sebagai obat tradisional. 

Bentuk yang digunakan pada desain ini adalah asimetris, ada perbedaan antara sisi kanan dan kirinya. Seakan mewakili anak muda yang dinamis, anti mainstream, dan berani mencoba hal-hal baru. Meskipun asimetris, namun tetap berpegang pada norma-norma. Yakni terlihat dari aksen garis yang memegang pola kemeja di sebelah kanan.

Desain ini mencoba ke luar dari pakem pada umumnya. Diibaratkan seperti bunga telang yang indah, bersanding dengan warna-warna bunga hias, tapi memilih tumbuh merambat secara liar.

4. Sagaris Sadara dan Taksuning Wastra

Desain Busana dari Kain Tradisonal Bali. (IDN Times/Ni Ketut Sudiani)

Tak jauh berbeda dari konsep sebelumnya, Andika Kurniawan Pakki, ternyata menampilkan dua karya berkonsep Sagaris Sadara. Ia tetap menggunakan kain lurik dan menambahkan kain endek bermotif seseh.

Berbeda dengan Andika, Desak Ketut Devi Suprapti menyajikan desain berkonsep Taksuning Wastra. Taksu berarti daya, kekuatan, dan kharisma. Sementara wastra artinya kain. Konsep ini terinspirasi dari kekuatan kain tradisional Bali, yaitu kain endek.

Desain ini juga menampilkan unsur rempah-rempah Indonesia yang dituangkan dalam warnanya. Warna yang dipakai yaitu merah, diambil dari warna kayu secang, buah pinang, dan daun sirih. Warna merah melambangkan kekuatan, keberanian. Bahan yang digunakan pada desain ini adalah perpaduan antara endek polosan dengan endek bermotif warna merah.

Berita Terkini Lainnya