Serba-serbi Millennials di Klungkung Bali Cari Pasangan di Medsos

Media sosial tentu ada kelebihan dan kekurangannya ya

Menjamurnya berbagai platfom media sosial, selain dimanfaatkan sebagai tempat bersosialisasi, juga menjadi media yang populer untuk mencari jodoh. Bisa dikata bahwa saat ini hampir sebagian besar millennials memanfaatkan media sosial untuk berinteraksi. Mulai dari menggunakannya sebatas untuk berkenalan, ataupun sebagai media yang memang sengaja dimanfaatkan mencari jodoh.

Baca Juga: Kisah Pasangan Millenials di Bali, Ketemu Sekali dan Kenalan di Medsos

1. Gede P memanfaatkan media Facebook untuk bertemu dambaan hati

Serba-serbi Millennials di Klungkung Bali Cari Pasangan di MedsosIlustrasi Facebook (IDN Times/Arief Rahmat)

Media sosial facebook masih menjadi hal yang lumrah untuk menjadi media berkenalan dengan orang baru. Hal itu pula yang dilakukan oleh Gede P (29), asal Klungkung, Bali. Berawal dari media facebook ia memulai kisah cintanya dengan Ni Komang YD (26) yang saat ini menjadi istrinya. Mereka saat ini telah dengan dikaruniai dua orang anak.

Gede P mengakui bahwa sebelumnya ia sama sekali tidak saling kenal dengan istrinya, walau mereka tinggal di dalam satu kota. Keduanya dipertemukan melalui facebook sekitar tahun 2013 silam. Saat itu media sosial facebook sedang sangat populer, dibandingkan dengan twitter ataupun instagram.

"Saat itu facebook masih sangat populer, hampir semua remaja saat itu menggandrungi facebook, " jelasnya.

Awalnya Gede P mengaku melihat postingan foto temannya, yang juga menandai Komang YD. Saat itu pula Gede P mengaku tertarik dan menambahkan YD sebagai temannya.

"Setelah dikonfirmasi itu, kami tidak langsung saling kenalan. Tapi saya mulai aktif mengomentari postingan istri saya," ungkapnya.

Berawal dari saling komentar di beranda, keduanya pun lantas intens menjalin komunikasi via direct message. Hingga akhirnya mereka mencoba untuk bertemu langsung.

"Kebetulan kami satu kota, jadi tidak ribet ketemunya. Apalagi beberapa teman saya juga mengenalnya. Ketemu lah kami saat itu di Balai Budaya Klungkung," ungkapnya.

Saat bertemu, tidak ada kejanggalan apapun. Ia bertemu dengan Komang YP seperti sosok apa adanya yang ada di foto media sosialnya. Mengingat saat itu juga belum banyak aplikasi filter yang membuat foto orang terlihat berbeda dengan aslinya.

"Saat pertama kali bertemu, mungkin yang berbeda itu sikapnya. Saat itu istri saya lebih pendiam dari pada saat di facebook. Saya sempat berpikir, apa dia memandang saya di luar ekspetasinya? Tapi sifat canggung mungkin alami, jika pertama kali bertemu setelah akrab di Medsos," ungkapnya.

Setelah bertemu itu, mereka pun menjadi lebih akrab di dunia nyata dari pada di media sosial. Hingga akhirnya mereka memutuskan berpacaran.

"Semenjak saat itu, kami jarang bermedia sosial. Kalau negatifnya Medsos terkait hal ini, terkadang walau sudah mencantumkan status berpacaran, masih sering ada orang yang mengirim pesan untuk kenalan dengan istri saya. Walau tidak jelas itu orang dari mana, karena sudah komitmen biasanya dicuekan oleh istri saya," jelasnya.

Selang sekitar 2 tahun berpacaran, keduanya menikah. "Jadi kalau kami berdua, medsos itu jadi media berkenalan. Setelah bertemu dan akrab, justru medsos jarang kami manfaatkan. Positif atau negatifnya medsos tergantung kita saja. Kalau menurut saya tentu positif, karena bisa dipertemukan dengan istri. Bisa dikatakan facebook juga menentukan arah hidup saya," ungkapnya.

2. Ada yang berbeda antara di media sosial dengan yang sesungguhnya

Serba-serbi Millennials di Klungkung Bali Cari Pasangan di MedsosIlustrasi Pasangan (IDN Times/Mardya Shakti)

Berbeda dengan kisah yang dialami Ketut YB. Ia mengaku pernah merasa tertipu dengan seorang wanita di instagram. "Kejadiannya tahun 2018 lalu. Saya akrab dengan seorang wanita yang saya pertama ketahui dari instagram," ujar Ketut YB.

Seperti pada umumnya, perkenalan awalnya ia lakukan melalui direct message, dengan seorang wanita. Karena saking akrabnya, Ketut YB bahkan mengaku kerap membicarakan hal-hal yang bersifat intim, walaupun mengaku belum bertemu.

"Saya sebenarnya sudah ingin bertemu, tapi wanita tersebut selalu menunda. Ada saja alasannya," ungkap Ketut YB.

Setelah sekitar dua bulan, akhirnya mereka bertemu. Pertemuan dilakukan di sebuah restoran cepat saji di Denpasar. "Ternyata memang secara fisik di luar ekspektasi saya. Jauh berbeda dengan di media sosialnya. Saat itu saya tentu tidak bahas itu, kami mengobrol aja seperti biasanya," terang Ketut YB.

Menurut Ketut YB, hal ini lumrah terjadi saat memilih dekat dengan orang di media sosial, tanpa mengetahui bagaimana sebenarnya orang tersebut.

"Saat itu kami biasa saja, ada kecanggungan. Lalu seiring berjalannya waktu, kami tidak lagi kontak" jelasnya.

3. Media sosial sering disalahgunakan untuk selingkuh

Serba-serbi Millennials di Klungkung Bali Cari Pasangan di MedsosIlustrasi Selingkuh (IDN Times/Mardya Shakti)

Ketut YB juga menceritakan, saat ini media sosial, khususnya Facebook juga kerap disalahgunakan menjadi media beberapa orang untuk berselingkuh.

"Faktanya ini terjadi di beberapa orang lingkungan saya. Orang-orang sudah beristri, nekat cari kenalan di Facebook," ujar Ketut YB.

Karena media sosial juga, rumah tangga seseorang bisa retak. Selain itu, adapula aplikasi chat yang memang kerap menyediakan kontak untuk open Booking Order (BO).

"Ada aplikasi yang dasarnya menggunakan radius. Jadi bisa mendeteksi orang-orang yang tidak dikenal, tapi jarak keberadaannya tidak jauh dari kita. Bahkan sampai jadi media untuk mencari penjaja prostitusi," terangnya.

Sementara saat ini menurutnya di lingkungannya kebanyakan masih menggunakan media facebook ataupun instagram untuk berkenalan dibandingkan aplikasi seperti tinder dan sebagainya. "Media sosial itu relatif, kalau kita gunakan positif, ya sangat bermanfaat. Tapi jika disalahgunakan, bisa menjerumuskan," terangnya.

Topik:

  • Ni Ketut Sudiani

Berita Terkini Lainnya