Studi Menemukan Rasa Bahagia Punya Peran pada Hubungan yang Langgeng

Rasa senang pada hidup akan menguatkan chemistry

Setiap orang punya kesempatan hidup bersama dengan orang yang dicintai. Namun, tidak setiap dari mereka bisa mempertahankan hubungannya. Tak hanya pada tahap pacaran, pasangan yang telah bertahun-tahun menikah, pun belum tentu bisa bersama selamanya.

Sementara itu, ada pula kisah manis dari sepasang kekasih yang mampu bertahan hingga maut memisahkan. Sejalan dengan topik ini, kami mencari tahu apa saja indikator yang membuat hubungan bertahan lama. Berikut ulasan dari beberapa ahli dan hasil studi tentang hubungan. 

1. Peneliti menemukan 12 analisis faktor yang menjadi penguat hubungan

Studi Menemukan Rasa Bahagia Punya Peran pada Hubungan yang LanggengIDN Times/Alfisyahrin Zulfahri Akbar

Menurut jurnal Social Psychological and Personality Science (2012), psikolog Stony Brook University, K. Daniel O'Leary dan timnya, menyebutkan bahwa tak banyak orang yang masih saling mencintai dalam kurun waktu 10 tahun pernikahan. Namun O'Leary dan tim justru menemukan analisis faktor yang dapat menguatkan pernikahan pada mereka yang hubungannya langgeng.

Faktor penguat hubungan itu dibagi menjadi 12 dimensi, yang mana beberapa di antaranya adalah berpikir positif terhadap pasangan (baik saat bersama atau tidak), menunjukkan perhatian dan minat pada hubungan seksual, berbagi judul novel dan aktivitas menantang, hingga perasaan bahagia secara umum dalam diri seseorang. 

2. Salah satu hasil studi dari O'Leary menekankan pada passion for life, di mana emosi kuat berperan penting pada hubungan

Studi Menemukan Rasa Bahagia Punya Peran pada Hubungan yang LanggengIDN Times/Alfisyahrin Zulfahri Akbar

Siapa sangka bahwa sedikit pemikiran obsesif terhadap pasangan, akan berdampak positif pada hubungan? Setidaknya, prinsip ini berlaku bagi perempuan.

Menurut penelitian O'Leary, dimensi lain dari indikator hubungan yang berjalan lama, menunjukkan adanya pemikiran obsesif pada pasangan. Perempuan tak begitu peduli di mana pasangannya berada saat itu. Mereka justru mengembangkan pemikiran obsesif yang masih dalam batas wajar.

O'Leary dan timnya juga menekankan passion for life, di mana emosi kuat memengaruhi hubungan percintaan individu. Hubungan yang berlandaskan passion, sering kali berkolaborasi bersama passion dari hobi, karier, bahkan aktivitas politik secara personal.

Otak kita dirancang sedemikian rupa untuk menerima respons yang sama kuatnya antara frekuensi hubungan asmara dengan hal-hal yang menarik bagi kita. 

3. Sementara itu, ada hal lain yang justru bisa menghambat hubungan pernikahan. Misalnya, bersikap needy

Studi Menemukan Rasa Bahagia Punya Peran pada Hubungan yang LanggengIDN Times/Alfisyahrin Zulfahri Akbar

Dilansir Huffington Post, psikolog dan penulis Esther Perel, menyebutkan bahwa bersikap terlalu membutuhkan pasangan adalah musuh dari hubungan romantis jangka panjang.

dm-player

"Ketika aku melihat pasanganku melakukan apa yang menarik menurutnya, aku melihat dan memahami beberapa pemahaman baru, bahwa kita masih bisa saling terbuka dan berada di sisi satu sama lain. Jika kalian ingin mempertahankan hubungan, beri kesempatan pasangan melakukan apa yang mereka suka," terang Perel.

Terlalu membutuhkan pasangan, yang dapat diartikan ketika kita mencari rasa aman dan stabilitas darinya, sikap ini akan menghalangi keberlangsungan hubungan itu sendiri. Namun saat kita tahu kapan waktunya bersikap independen, ini akan berdampak baik pada hubungan. 

Baca Juga: 6 Tanda Hubungan Cinta Bakal Langgeng dan Kompak di Masa Depan

4. Jeli memilih topik yang penting untuk dibahas, menjadi salah satu rahasia pernikahan yang langgeng

Studi Menemukan Rasa Bahagia Punya Peran pada Hubungan yang LanggengIDN Times/Alfisyahrin Zulfahri Akbar

Setelah menikah atau ketika dua orang hidup bersama, pasangan memang menemukan persamaan dalam beberapa hal. Namun pada satu waktu, tak bisa ditampik bahwa keduanya merupakan orang dengan karakter berbeda. Meski bukan perkara mudah, usaha untuk menyesuaikan itu, sebenarnya berlangsung melalui proses dari waktu ke waktu.

Melansir dari Psychcentral, Psikolog dan Ahli Kesehatan Mental, John Grahol, membagikan lima aspek rahasia dalam hubungan pernikahan. Ia menyarankan supaya lebih jeli dalam memilih topik bahasan yang perlu dibicarakan bersama pasangan. 

Grahol memisalkan, apakah seseorang sungguh-sungguh ingin bertengkar karena hal kecil seperti siapa yang harus membersihkan kamar mandi, atau menyimpan energi untuk topik penting seperti kondisi keuangan, karier, atau pendidikan anak.

Begitu banyak pasangan bertengkar karena sesuatu yang tak perlu. Termasuk, ketika hal itu di luar dari konteks isu penting dalam hubungan. 

5. Lantas, apa saja faktor yang memengaruhi kepuasan pada hubungan yang langgeng dan bahagia?

Studi Menemukan Rasa Bahagia Punya Peran pada Hubungan yang LanggengIDN Times/Alfisyahrin Zulfahri Akbar

Dilansir Time, Antropolog Biologi dan Peneliti Senior dari The Kinsey Institute, Helen Fisher, memberikan temuan mengenai tiga elemen esensial neuro-kimia pada pada orang dengan kepuasan hubungan tinggi. Fisher melakukan scan otak dan hasil komponen itu terdiri dari empati, mengendalikan perasaan dan stres, serta mengembangkan pandangan positif terhadap pasangan. 

Pada hubungan bahagia, individu mencoba memahami perspektif dari pasangan, alih-alih selalu bersikap membenarkan diri. Mengendalikan diri dalam hal ini, menurut Fisher, juga tentang mengontrol kata-kata yang keluar ketika kita marah, hingga aktivitas coping seperti pergi olahraga, membaca buku, atau bermain dengan hewan peliharaan.

Mencoba melihat pandangan positif dari pasangan, mungkin terdengar seperti ilusi positif. Namun pada saat tertentu, ini dibutuhkan untuk mengurangi pemikiran negatif.

Tidak ada pasangan yang sempurna di dunia. Meski demikian, hubungan yang sempurna dapat terwujud apabila kita bersedia fokus pada hal yang penting. Latihan mempraktikkan mindset ini, bukan hanya baik untuk pikiran, melainkan juga untuk hubungan.

Baca Juga: 5 Alasan Hubungan Asmara Tak Pernah Langgeng, Cari Tahu Apa yang Salah

Topik:

  • Febriyanti Revitasari

Berita Terkini Lainnya