Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
Tulisan ini dibuat berdasarkan kisah nyata yang dialamioleh penulis. Ia menjalin hubungan dengan pasangan yang berprofesi sebagai pelaut. Melalui tulisan ini, penulis berharap pembaca tidak bimbang lagi, apakah bersedia memiliki kekasih seorang pelaut atau tidak. Simak uraiannya berikut ini.
Baca Juga: Cara Membaca Karakter Seseorang Dilihat dari Meja Kerjanya
1. Kamu harus punya kuping yang tebal
Gak bisa dipungkiri kita seringkali mendengar prejudice (Prasangka) mengenai profesi pelaut.
"Eh, kenapa sih pengin punya pacar pelaut? Pelaut itu setiap kali kapalnya sandar pasti dapat gandengan baru.”
Atau:
"Eh, kenapa sih mau sama dia? Pelaut itu suka mabuk-mabukan, main perempuan.”
Mereka tidak mengerti. Masih ada pelaut yang kelakuannya tidak seperti itu. Ada pelaut baik, bahkan malah dikhianati kekasihnya di darat. Miris.
Inilah kenapa penulis mengatakan kalau kalian harus punya kuping yang tebal. Tentu kepercayaan pada pasanganlah yang paling penting.
2. Iri dengan kehidupan orang lain
Setiap hari mungkin kamu bakalan melihat pemandangan yang menohok hati. Setiap hari kamu bakalan melihat orang lain jalan bersama pasangannya, di saat kekasihmu sedang melaut. Terlebih lagi kalau malam Minggu tiba. Pokoknya kalau gak punya hati yang kuat, mending di rumah saja.
Jangankan malam Mingguan. Anniversary yang diadakan setahun sekali belum tentu bisa dirayain berdua. Hiks.
3. Sinyal bisa ngilang tiba-tiba. Cling!
Pexels.com/Tirachard Kumtanom Tahulah bagaimana kehidupan seorang pelaut. Dijamin, intensitas komunikasi kalian bakalan berkurang. Kebayang kan, kalau lagi enak-enaknya cerita lewat telepon, tiba-tiba “tuut tuut tuut”.
Tapi bersyukurlah kalian jika doi dapat sinyal, ia langsung menghubungi kamu.
4. Kalau ada masalah, kalian gak bisa menyelesaikan sambl menatap mata secara langsung
Instagram.com/kdrama.official Namanya pacaran, pasti selalu identik dengan masalah. Mulai masalah ringan hingga berat. Nah, yang gak LDR-an enak ya. Tiap ada masalah, bisa diomongin secara baik-baik sambil dinner atau apa gitu. Kalau yang LDR gimana? Boro-boro ketemuan. Ada sinyal buat video call saja, bersyukur banget.
Kebayang kan menyelesaikan masalah hanya melalui telepon? Dijamin, yang ada bakalan tambah panjang masalahnya. Apalagi kalau sudah sama-sama emosi, ditambah rindu yang menambah sesaknya dada.
Gak usah dibayangin deh. Sakit pokoknya!
