Ini Dia Gubernur Bali Pertama, Sutedja yang Hilang Jadi Korban Politik

Sampai saat ini tidak pernah diketahui keberadaannya

Hari Ini, 14 Agustus 2021, Provinsi Bali genap berusia 76 tahun. Dalam perjalanannya, Bali telah dipimpin oleh 10 orang Gubernur. Namun mungkin millenials saat ini banyak yang belum mengenal sosok Gubernur Pertama Provinsi Bali, Anak Agung Bagus Sutedja (1923-1966). 

Anak Agung Bagus Sutedja merupakan Gubernur Bali pertama yang menjabat selama dua periode yakni antara tahun 1959 hingga 1965. Anak Agung Bagus Sutedja dikenal sebagai tokoh yang sangat nasionalis. Sikapnya itu pula yang membuat perjalanan hidupnya sangat tragis. Berikut perjalanan kepemimpinan Anak Agung Bagus Sutedja.

Baca Juga: Mengenal Yayasan Kebaktian Proklamasi Bali, Ikon Pahlawan Ngurah Rai 

1. Menjabat sebagai gubernur pada era transisi sistem pemerintahan

Ini Dia Gubernur Bali Pertama, Sutedja yang Hilang Jadi Korban PolitikGubernur Anak Agung Bagus Sutedja menyalami Perdana Menteri Republik Rakyat Cina Chou En Laj, Denpasar, tahun 1965. (dok. IDN Times/Kisah Penculikan Gubernur Bali, Sutedja, 1966, 2015)

Anak Agung Bagus Sutedja merupakan tokoh dari Puri Agung Negara Jembrana. Ia mengawali karier politik dan birokrasi pada era transisi sistem pemerintahan yakni dari era aristokrasi-kerajaan menuju integrasi dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) pasca proklamasi dan Revolusi Kemerdekaan Indonesia.

Ia diangkat sebagai Gubernur Bali saat masih berusia 27 tahun dan merintis karir sebagai PNS pada tahun 1950. Anak Agung Bagus Sutedja dipilih berdasarkan keputusan Dewan Pemerintahan Daerah sebagai pemimpin badan eksekutif Bali.

Sementara dari sisi legislatif, didirikan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sementara (DPRDS) Bali dibentuk, menggantikan Dewan Paruman Agung yang merepresentasikan persekutuan delapan kerajaan di Bali. Pada periode pertama, Sutedja menjabat sampai 1958 dan digantikan I Gusti Bagus Oka sebagai Pejabat Sementara Kepala Daerah Bali.

Lalu baru tahun 1958, Bali memperoleh status provinsi otonom. Dewan Perwakilan Rakyat-Gotong Royong (DPR-GR) Daerah Tingkat I (Dati I) Bali dibentuk sebagai lembaga representasi rakyat tingkat provinsi. 

Presiden Soekarno lalu kembali menunjuk Anak Agung Bagus Sutedja, putra dari Puri Agung Jembrana sebagai Gubernur Provinsi Bali pada tahun 1959.

2. Dikenal sebagai Soekarnois, sehingga terseret ke kisruh politik internal di Bali

Ini Dia Gubernur Bali Pertama, Sutedja yang Hilang Jadi Korban PolitikBadan Pemerintahan Harian Provinsi Bali tahun 1965. Gubernur Anak Agung Bagus Sutedja (tengah). (dok. IDN Times/Kisah Penculikan Gubernur Bali, Sutedja, 1966, 2015)

Anak Agung Bagus Sutedja dikenal sebagai sosok yang Soekarnois atau orang yang sangat dekat dengan Presiden Soekarno. Pemikiran-pemikirannya pun sangat terpengaruh oleh Soekarno.

Faktor kedekatan politik ini, membuat Soekarno memilih Anak Agung Bagus Sutedja sebagai Gubernur Bali. Selain itu, kemampuan Sutedja menjalankan tugas pemerintahan dianggap sesuai dengan kebijakan pemerintahan pusat. Hal ini pula yang diduga membuat Sutedja terlibat perselisihan politik dengan sesama kader Partai Nasional Indonesia (PNI), I Nyoman Mantik.

Dalam buku Sisi Gelap Pulau Dewata: Sejarah Kekerasan Politik, sejarawan Geoffrey Robinson menyebutkan pada tahun 1958, Nyoman Mantik sempat berupaya untuk menjadi Gubernur Bali. Namun Soekarno justru memilih Sutedja dan hal ini menyebabkan ketidakpuasan dari pihak Mantik. Mantik juga dikenal sangat anti komunis dan ia mulai menuduh Sutedja sebagai simpatisan komunis.

3. Sutedja diculik oleh orang tak dikenal, sampai saat ini keberadaannya tidak pernah ditemukan

Ini Dia Gubernur Bali Pertama, Sutedja yang Hilang Jadi Korban PolitikProsesi ngaben Gubernur Bali Anak Agung Bagus Sutedja secara simbolik di Jembrana tahun 2006 . (dok. IDN Times/Kisah Penculikan Gubernur Bali, Sutedja, 1966, 2015)

Pasca Gerakan 30 September PKI, Sutedja menjadi sasaran empuk bagi lawan politiknya. Sutedja yang merupakan simpatisan Soekarno, dituduh dekat juga dengan Komunis. Seperti dikisahkan dalam buku "Kisah Penculikan Gubernur Bali, Sutedja 1966" yang ditulis oleh wartawan senior harian Sinar Harapan, Aju, Sutedja ditugaskan di Jakarta sejak 1 Desember 1965 karena dipanggil oleh Presiden Soekarno berdasarkan SK Nomor 380/1965. Dia berkantor di Kementerian Dalam Negeri dan Dewan Pertimbangan Agung.

Pada bulan Juli 1966, Mobil Jeep Nissan Patrol berhenti di depan rumah Sutedja di Kompleks Senayan Nomor 261/262, Jakarta pada 29 Juli 1966, pukul 09.00 WIB. Saat itu ada tiga orang tentara yang menjemput Sutedja. Satu orang sebagai komandan bersenjata pistol, sementara dua anggotanya memegang laras panjang.

Karena yang menjemputnya bertingkah sopan dan hormat, Sutedja tidak menaruh curiga. Sutedja seketika berpakaian rapi dengan berkemeja lengan panjang biru muda dipadu celana panjang dan sepatu hitam. Sutedja mengikuti orang yang menjemputnya dan lupa berpamitan dengan sang istri, Anak Agung Istri Ngurah Sunitri.

Namun itulah hari terakhir sang istri melihat Sutedja. Setelah hari itu, Sutedja tidak pernah kembali dan tidak pernah diketahui keberadaanya sampai saat ini.

Topik:

  • Ni Ketut Sudiani

Berita Terkini Lainnya