Kisah Wayan Darti, Bertahun-tahun Hidupi 2 Anak dari Mesin Jahit Usang

Perempuan asal Klungkung ini akhirnya mendapat bantuan

Klungkung, IDN Times - Menjadi orangtua tunggal, tidak membuat Ni Wayan Darti menyerah dengan keadaan. Terlebih ia juga harus menjadi tulang punggung keluarga dan menghidupi anak-anaknya. Selama ini, bertahun-tahun Darti berjuang hanya dengan mengandalkan mesin jahitnya yang sudah using.

Perempuan warga Desa Nyalian, Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung tersebut termasuk dalam Data Terpadu Kesejateraan Sosial (DTKS). Ia juga menjadi satu di antara 29 warga di Klungkung yang menerima bantuan Pahlawan Ekonomi Nasional (PENA) dan Rumah Sejahtera Terpadu (RST).

Baca Juga: Penerima Hibah di Klungkung: Semua Dipermudah Lewat Anggota Dewan

1. Darti juga bekerja dengan pengepul konveksi yang rutin membawakan kain

Kisah Wayan Darti, Bertahun-tahun Hidupi 2 Anak dari Mesin Jahit Usangilustrasi mesin jahit (Unsplash/Annie Spratt)

Darti merupakan ibu dari dua orang anak. Sejak sang suami meninggal, ia menjadi orangtua tunggal bagi anaknya. Selain itu, ia juga merawat mertuanya yang sudah uzur.

Berbekal mesin jahit usang, Wayan Darti bertahun-tahun menjadi tulang punggung untuk keluarganya.

"Saya sebelumnya membeli mesin jahit bekas. Mesin bekas itu yang saya gunakan untuk bekerja," ujar Darti, Selasa (20/12/2022) lalu.

Ia juga bekerja dengan pengepul konveksi yang rutin membawakan kain untuk dijahit. Dari pekerjaaannya itulah, ia bertahan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya.

2. Dari menjahit mendapat upah Rp50 ribu per hari

Kisah Wayan Darti, Bertahun-tahun Hidupi 2 Anak dari Mesin Jahit UsangNi Wayan Darti, Penerima bantuan Kemensos di Klungkung. (IDN Times/Wayan Antara)

Setiap harinya, Darti bangun pukul 04.00 Wita. Sebelum memulai pekerjaannya, ia terlebih dahulu menyiapkan sarapan dan keperluan sekolah untuk anak-anaknya.

Sayang, mesin jahit usang yang digunakan Darti tidak bisa menyelesaikan terlalu banyak orderan. Per kain, Darti hanya mendapatkan upah Rp2.000. Belum lagi mesin jahit yang usang, membuatnya bekerja agak lambat.

"Mesin jahit yang sebelumnya hidupnya lama, mesin agak lambat. Sehari paling bisa menjahit 25 kain per hari," ujar Darti.

Dengan demikian, Darti dalam sehari hanya mendapatkan penghasilan Rp50 ribu. Uang itu digunakan untuk kebutuhan sehari-hari dan biaya sekolah kedua anaknya. 

"Mau tidak mau harus saya cukupkan. Untuk sekolah anak dan membeli kebutuhan pokok," terang Darti.

3. Mendapatkan bantuan mesin jahit baru dari Kemensos

Kisah Wayan Darti, Bertahun-tahun Hidupi 2 Anak dari Mesin Jahit UsangNi Wayan Darti, Penerima bantuan Kemensos di Klungkung. (IDN Times/Wayan Antara)

Melalui program PENA, Darti akhirnya mendapat bantuan mesin jahit baru untuk berusaha. Termasuk biaya tambah daya listrik, kursi mesin jahit, set peralatan menjahit, dan benang jahit 1 rol. Darti juga selama ini telah tercatat sebagai penerima manfaat Program Keluarga Harapan (PKH) dan Program Sembako/BPNT.

Selain itu, Kementerian Sosial memberikan bantuan RST senilai Rp20 juta kepada Darti. Rumah Darti dianggap kurang layak dan perlu mendapat perbaikan. Saat ini rumah Darti sedang dalam pengerjaan. Setelah rampung, diharapkan Darti bisa lebih nyaman melakukan pekerjaannya.

"Semoga dengan bantuan ini produksi jahitan makin banyak dan modal untuk membuka usaha konveksi sendiri cepat terkumpul,” harap Darti. 

Topik:

  • Ni Ketut Sudiani

Berita Terkini Lainnya