Kisah Haru Guru dan Murid, 5 Quote Inspiratif Buku Twenty Four Eyes

Kamu sudah membaca perjalanan Miss Oishi?

Novel terjemahan dari Jepang, Twenty-Four Eyes, menceritakan tentang kehidupan seorang guru dengan murid-muridnya di masa perang. Ditulis oleh Sakae Tsuboi dengan tebal 248 halaman, novel ini cocok dibaca untuk memaknai kehidupan, apalagi sebagai seorang pendidik.

Kisah Miss Oishi sebagai guru yang mengajar di SD Tanjung, tentunya akan membawamu kepada kehangatan tersendiri. Kamu bakal merasakan ketulusan dari Miss Oishi dalam mendidik para muridnya yang memiliki karakter berbeda. Muridnya pun sangat menyayangi dan menghormati gurunya. Yuk, simak lima quote dalam buku Twenty Four Eyes di bawah ini, ya!

Baca Juga: Mudah Diterapkan, 5 Cara Efektif Belajar Bahasa Inggris dari Internet

1. Menangislah agar lega

Kisah Haru Guru dan Murid, 5 Quote Inspiratif Buku Twenty Four EyesIlustrasi anak perempuan menangis (pexels.com/Gustavo Fring)

"Aku menyerah. Perempuan dan anak-anak memang susah ditangani. Silakan menangis sampai puas. Menangislah sesuka hati kalian." (Halaman 96)

Menangis selalu identik dengan perempuan atau anak kecil, tapi bukan pertanda lemah, melainkan bisa juga untuk melegakan hati. Kutipan tersebut diberikan ketika Pak Guru menyarankan para muridnya untuk menangis saja karena tak mau kehilangan Miss Oishi. Lucu juga ya disuruh menangis.

Hal tersebut terjadi karena Miss Oishi mengucapkan salam perpisahan karena tak lagi mengajar di Desa Nelayan. Anak-anak pun jadi sedih dan menangis. Lalu, apakah mereka bisa bertemu lagi Miss Oishi?

2. Tenang nasib dan takdir

Kisah Haru Guru dan Murid, 5 Quote Inspiratif Buku Twenty Four EyesIlustrasi anak perempuan (pexels.com/Pavel Danilyuk)

"Kelihatannya dia sudah memantapkan pikiran untuk berpasrah pada nasibnya, sebab hal itu tak bisa diubah. Tampaknya dia siap untuk menerima dengan rela, nasib apapun yang akan menimpanya." (Halaman 155)

Membaca kutipan tersebut menyadarkan bahwa setiap kita memiliki nasib berbeda, tak bisa disama ratakan. Tetapi nasib juga ada yang bisa diubah dan ada yang tak bisa diubah. Seperti lahir sebagai perempuan atau dilahirkan di keluarga tertentu, tentu merupakan nasib yang tak akan bisa kita ubah.

Begitupula dengan anak-anak perempuan di masa perang, mereka menganggap lahir sebagai perempuan hanya menimbulkan beban bagi keluarganya. Miss Oishi pun ingin sekali menyemangati para murid perempuannya agar tak berpasrah pada nasibnya.

3. Berpamitan dengan sekitar

Kisah Haru Guru dan Murid, 5 Quote Inspiratif Buku Twenty Four EyesIlustrasi berpamitan (pexels.com/Ketut Subiyanto)

"Kalian baik sekali padaku selama bertahun-tahun ini. Sekarang aku mesti berpamitan." (Halaman 170)

Kutipan di atas merupakan salah satu dialog dari Miss Oishi ketika ingin berpamitan dengan Desa Nelayan yang telah memberinya kenangan indah. Terkesan sangat sederhana ya. Tapi menyimpan arti yang mendalam. Ia meniru dialog dari muridnya yaitu Isikichi ketika muridnya tersebut berpamitan karena dipanggil dinas militer.

Hal tersebut membuat Miss Oishi mengingat kembali momen-momen membahagiakan hingga hal yang menyakitkan di desa tersebut. Namun, karena perang membuatnya tak bisa berpamitan atau bertemu kembali dengan anak didiknya yang lain.

4. Bersyukur lewat hal sederhana

Kisah Haru Guru dan Murid, 5 Quote Inspiratif Buku Twenty Four EyesIlustrasi sinar matahari (pexels.com/Garon Piceli)

"Cuma sinar matahari yang masih dinikmati dengan gratis." (Halaman 172)

Ketika perang dunia meletus, semua kebutuhan serba susah. Maka dari itu, perang hanya akan membuat rakyat biasa hingga pejabat mengalami kesusahan.

Karena segalanya serba sulit, sinar matahari adalah yang paling mudah didapatkan. So, terkadang kita mesti merasakan kesusahan dulu baru bisa mengerti makna syukur dari hal-hal sederhana seperti cahaya matahari. Jangan lupa bersyukur, ya!

5. Memaknai keberadaan seseorang

Kisah Haru Guru dan Murid, 5 Quote Inspiratif Buku Twenty Four EyesIlustrasi nisan (pexels.com/RODNAE Productions)

"Kita masih bisa bertemu orang-orang yang hidup, tapi tidak orang-orang yang sudah mati." (Halaman 224)

Quote terakhir yang mengena adalah tentang mensyukuri keberadaan orang-orang di sekitar kita. Miss Oishi yang masa perang kehilangan 3 orang anggota keluarga dan bahkan anak didiknya, membuat dirinya lebih memaknai kehidupan.

Apalagi jika orang yang kita sayang sudah beda alam, hanya batu nisan yang menjadi tempat kita untuk melepas rindu. Selagi orang yang kita sayang masih hidup, sayangi ia dan perlakukan dengan baik, ya.

Kutipan-kutipan di atas tentunya mengingatkan kita untuk terus berbuat baik untuk orang di sekitar kita. Tentunya masih banyak kutipan maupun kisah haru dari Bu Guru Oishi dan para muridnya di buku tersebut. Nah, dari kelima quote tersebut, mana yang menurutmu paling relate?

sarah aisyah Photo Community Writer sarah aisyah

Books, Poem, and Blue

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Ni Ketut Sudiani

Berita Terkini Lainnya