Mengintip Urban Farming KWT Kota Pala di Tengah Kota Tabanan

Usaha mereka sempat dipandang sebelah mata

Tabanan, IDN Times - Berawal dari hobi berkebun, ibu-ibu yang tergabung dalam Kelompok Wanita Tani (KWT) Kota Pala, Desa Dauh Peken, Kecamatan Tabanan, Kabupaten Tabanan melakukan urban farming dengan metode hidroponik. Usaha mereka sempat dipandang tidak mungkin berhasil menghasilkan tanaman yang baik karena berkebun di tengah kota. Namun ibu-ibu KWT ini justru menuai kesuksesan karena berhasil menerapkan perkebunan hidroponik.

Bahkan hasilnya digunakan untuk memenuhi pemberian makanan tambahan (PMT) dan makanan pengganti ASI (MPASI) ketika ada kegiatan posyandu di desa.

Baca Juga: TPA Mandung Tabanan Hanya Terima Sampah Terpilah Awal Maret

Baca Juga: Resep Bubur Singkong Kukuruyuk Saus Jeruk untuk Balita

1. Tertarik melakukan hidroponik karena mengikuti workshop

Mengintip Urban Farming KWT Kota Pala di Tengah Kota TabananUrban Farming KWT Kota Pala di Desa Dauh Peken Tabanan (Dok.IDN Times/KWT Kota Pala)

Ketua KWT Kota Pala, Deonesia Whidi Handayani, didampingi Ketua Tim Produksi, Ni Kadek Yuliawati, mengatakan awal minat menerapkan perkebunan hidroponik ketika 25 anggota KWT Kota Pala mengikuti workshop hidpronik sekitar tahun 2021. Setiap anggota kemudian menerapkan hidroponik di rumahnya masing-masing. Ada yang menggunakan ember karena instalasi hidroponik ini mahal.

Pihak Desa Dauh Peken melihat keseriusan para ibu-ibu ini dan akhirnya menganggarkan dana untuk membuat instalasi hudroponik yang ditempatkan di kantor desa.

"Program kami juga kemudian dilirik BRI dan mendapatkan program urban farming. Awalnya hanya satu rak, sekarang dengan adanya program urban farming dari BRI ada 200 lubang dan 20 dutch bucket," terang Whidi.

2. Hasil kebun hidroponiknya tak cukup untuk dijual. Mereka lalu mengolahnya menjadi PMT dan MPASI

Mengintip Urban Farming KWT Kota Pala di Tengah Kota TabananNungget berbahan dasar bayam dan ayam produk unggulan KWT Kota Pala (Dok.IDN Times/KWT Kota Pala)

KWT Kota Pala menanam sayur-sayuran seperti pakcoy, bayam merah, bayam hijau, bayam batik, dan tomat. Menurut Whidi, hasil panen ini tidak cukup banyak untuk dijual, namun sangat berlebih jika dikonsumsi sendiri.

"Untuk itu kami mulai membuat turunan produk dari hasil panen ini. Diputuskan untuk membuat PMT dan MPASI yang menyasar balita di kegiatan posyandu desa," jelasnya.

Mereka melakukan hal ini karena setiap ada kegiatan posyandu melihat anak-anak tampak bosan dengan menu yang itu-itu saja, yaitu kacang hijau dan telur. KWT Kota Pala kemudian membuat nugget berbahan dasar bayam dan ayam, stik keju bayam, spageti, bubur tim, dan makanan lain berbahan dasar sayur yang dihasilkan dari kebun hidroponik.

"Selama ini anak-anak kan susah makan sayur. Jadi kami buatkan makanan berbahan dasar sayur namun tetap disukai anak-anak," jelas Whidi.

Ternyata langkah ini berhasil karena anak-anak yang hadir dalam kegiatan posyandu selalu menghabiskan makanan dari KTW Kota Pala. Ibu-ibu lalu banyak yang memesan secara pribadi untuk dihidangkan ke anak-anak di rumah.

3. Menjadi vendor resmi untuk desa

Mengintip Urban Farming KWT Kota Pala di Tengah Kota TabananUrban Farming KWT Kota Pala di Desa Dauh Peken Tabanan (Dok.IDN Times/KWT Kota Pala)

Melihat potensi ini, pihak KWT Kota Pala kemudian mengurus izin agar bisa menjadi vendor resmi desa dalam menyediakan PMT dan MPASI di kegiatan posyandu. Setiap bulan, KWT Kota Pala akan menyiapkan 380 paket menu di kegiatan posyandu.

"Bisa sampai 400 lebih jika memasuki bulan vitamin," kata Whidi.

KWT Kota Pala menerima Rp5 juta setiap bulan dari desa. Masing-masing Rp2,5 juta dipakai untuk biaya produksi dan Rp1,5 juta untuk jasa ibu yang bekerja menyiapkan makanan.

"Sisanya disisihkan untuk kegiatan arisan KWT Kota Pala setiap bulannya," ujarnya.

Selain menyiapkan menu untuk posyandu, ternyata olahan makanan dari KWT Kota Pala juga banya dipesan secara pribadi. Rata-rata harga olahan makanannya sebesar Rp15.000 untuk ukuran 200 gram.

"Makanan kami juga bebas MSG dan sudah ada prosedur cara masaknya sehingga cita rasanya sama," terang Whidi.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya