5 Fakta Kain Pinawetengan, Kain Khas Minahasa yang Sudah Punah

Resmi hadir kembali di Rumah Kain Pinawetengan

Kain pinawatengan merupakan kain tradisional dengan corak khas Minahasa yang pada dasarnya sudah mengalami kepunahan. Namun, di tangan Benny Mamoto, kain tersebut dibangkitkan kembali dengan corak dan teknik baru.

Dalam acara Peresmian Rumah Kain Pinawetengan yang diselenggarakan di Humble House pada (12/3), Benny mengungkapkan beberapa fakta menarik mengenai kain pinawetengan yang ia hadirkan kembali. Nah, daripada penasaran, simak langsung ulasannya berikut ini.

1. Kain khas Minahasa ini memiliki identitas corak-corak dan guratan batu yang tertera di situs budaya Watu Pinawetengan

5 Fakta Kain Pinawetengan, Kain Khas Minahasa yang Sudah PunahBenny Mamoto dalam Konferensi Pers Peresmian Rumah Kain Pinawetengan di Humble House, Jakarta. 12 Maret 2020. IDN Times/Anjani Eka Lestari

Kain pinawetengan yang hadir kembali berkat tangan terampil Benny Mamoto mengangkat corak dan guratan yang tertera di situs budaya Watu Pinawetengan, di Desa Pinabetengan, Kecamatan Tompaso, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara.

"Ketika melihat situs itu, saya melihat guratan yang ada di batu tersebut sangat menarik. Ada orang yang memakai mahkota, anak-anak, wanita, dan sebagainya. Setelah itu saya baca sejarahnya, dan akhirnya saya putuskan untuk mengangkatnya dalam seni kain.  Salah satu alasannya adalah karena saya ingin mengembalikan kejayaan kain di Minahasa," cerita Benny.

2. Kain pinawetengan telah dipatenkan dan tercatat dalam Guiness Book of Record

5 Fakta Kain Pinawetengan, Kain Khas Minahasa yang Sudah PunahBenny Mamoto dalam Konferensi Pers Peresmian Rumah Kain Pinawetengan di Humble House, Jakarta. 12 Maret 2020. IDN Times/Anjani Eka Lestari

Selain itu, Benny juga mengatakan jika kain pinawetengan sudah resmi dipatenkan dan tercatat dalam Guiness Book of Record. Artinya, kain ini sudah diakui sebagai tenun songket terpanjang di dunia dengan panjang kain mencapai 101 meter tanpa sambungan. 

"Ketika kita mengembangkan salah satu kekayaan Indonesia yang sudah punah, saat sudah kita buat satu, langsung kita patenkan. Itu juga jadi cara promosi, seperti dengan mencetak rekor. Nah, kain pinawetengan ini tidak hanya mendapat rekor muri, tetapi juga sudah dapat Guiness Book of Record sebagai tenun songket terpanjang di dunia, 101 meter tanpa sambungan," ungkapnya.

3. Kain pinawetengan yang asli hanya ada 1 di Indonesia, dan 2 di Belanda

5 Fakta Kain Pinawetengan, Kain Khas Minahasa yang Sudah PunahBenny Mamoto, Iyarita Mamoto, dan Denny Malik dalam Konferensi Pers Peresmian Rumah Kain Pinawetengan di Humble House, Jakarta. 12 Maret 2020. IDN Times/Anjani Eka Lestari

Dalam konferensi pers, Benny juga mengungkapkan bahwa kain pinawetengan yang sudah punah tersebut sebenarnya masih tersisa 3 di dunia. Dari yang ia ketahui, satu di antaranya terdapat di Indonesia, tepatnya di Museum Nasional. Sementara itu, dua lembar kain lainnya ada di Tropen Museum, Amsterdam, Belanda.

dm-player

"Kain pinawetengan yang asli hanya ada satu di Indonesia. Itu ada di Museum Nasional. Sisanya ada di Belanda, di Museum Tropen. Kita sendiri punya koleksi foto-foto kain yang ada di Belanda tersebut. Ada 2 kain. Sebenarnya, mungkin banyak kekayaan kita tersimpan di sana. Tetapi nanti ada tim kita yang ke sana untuk melakukan riset," katanya.

Baca Juga: 9 Gaya Busana Etnik Prisia Nasution, Bangga Pakai Kain Nusantara

4. Saat ini, kain pinawetengan sudah dikembangkan dengan mencampurkan beragam motif

5 Fakta Kain Pinawetengan, Kain Khas Minahasa yang Sudah PunahIyarita Mamoto dalam Konferensi Pers Peresmian Rumah Kain Pinawetengan di Humble House, Jakarta. 12 Maret 2020. IDN Times/Anjani Eka Lestari

Meski pada awalnya hadir dengan memanfaatkan corak dan guratan yang ada di situs Watu Pinawetengan, akan tetapi seiring perkembangan zaman dan banyaknya permintaan, kain pinawetengan pun dikembangkan lagi dalam berbagai motif.

Beberapa di antaranya, yakni corak bunga cengkeh, dan motif aneka binatang bahari. Selain itu, kain pinawetengan juga dikembangkan menjadi beberapa jenis, seperti tenun ikat, tenun songket, dan kain yang menggunakan teknik print

"Saya ingin buat kain sekalian mengangkat budaya Indonesia. Jadi, dari Minahasa untuk Minahasa. Salah satu caranya dengan mengadakan pelatihan tenun, sehingga saat ini kain pinawetengan ada dalam beberapa jenis seperti tenun ikat, tenun songket, dan digital print," ujar Iyarita Mamoto, pemilik Rumah Kain Pinawetengan.

5. Kain pinawetengan bisa kamu dapatkan di Rumah Kain Pinawetengan yang resmi dibuka sejak 12 Maret 2020 di Humble House

5 Fakta Kain Pinawetengan, Kain Khas Minahasa yang Sudah PunahPeresmian Rumah Kain Pinawetengan di Humble House, Jakarta. 12 Maret 2020. IDN Times/Anjani Eka Lestari

Nah, jika kamu tertarik untuk memiliki kain pinawetengan, kamu bisa mendapatkannya di Rumah Kain Pinawetengan yang terletak di Humble House, Jl. Wijaya II No. 123, Jakarta Selatan. Toko milik Iyarita Mamoto ini telah resmi dibuka pada 12 Maret 2020. 

Selain bisa membeli kain pinawetengan, kamu juga bisa membeli pakaian ready to wear yang dirancang oleh Denny Malik dengan bahan dasar kain pinawetengan. Bahkan, Iyarita mengatakan jika kamu bisa membeli jenis kain dengan custom motif, sesuai dengan apa yang kamu inginkan.

"Meski ada toko lain di Mall of Indonesia, Kelapa Gading, akan tetapi bagi masyarakat yang tinggal di daerah Jakarta Selatan, kini kamu bisa membelinya langsung di Rumah Kain Pinawetengan milik aku (Iyarita Mamoto). Selain itu, kami juga bisa membuatkan motif sesuai dengan pesanan, karena nantinya kain pinawetengan akan dikembangkan lagi dengan motif nusantara," terangnya.

Menarik banget kan kain pinawetengan ini. Jadi, untuk kamu yang ingin membelinya, silahkan langsung datang ke Rumah Kain Pinawetengan atau ke tokonya yang berada di Mall of Indonesia, ya!

Baca Juga: Lebih Kalem! Ini Cara Bikin Kain Jumputan Palembang dari Pewarna Alami

Topik:

  • Muhammad Tarmizi Murdianto
  • Pinka Wima

Berita Terkini Lainnya