Filosofis Keberadaan dan Kesadaran saat Tidur Tanpa Mimpi

Apakah tidur tanpa mimpi, itu berarti kita tidak ada?

Pernahkah kamu terbangun setelah tidur tanpa bermimpi dan merasa seolah-olah waktu berlalu dalam sekejap? Selama beberapa jam, kamu benar-benar tidak sadar, terputus dari dunia, seakan-akan keberadaanmu dihentikan sementara. Fenomena ini memicu pertanyaan filosofis yang mendalam: apakah kita benar-benar ada ketika kita tidak sadar? Jika kesadaran adalah tolok ukur keberadaan, lalu apa yang terjadi pada diri kita saat tidur tanpa mimpi?

1. Kesadaran sebagai pusat eksistensi

Filosofis Keberadaan dan Kesadaran saat Tidur Tanpa MimpiPexels.com/Oleksandr P

Secara umum, keberadaan kita dipahami melalui kesadaran—sebuah aliran pengalaman yang berkelanjutan. Dalam kondisi terjaga, kita merasakan, berpikir, dan berinteraksi dengan dunia. Namun, dalam tidur tanpa mimpi, kesadaran kita seakan terhenti. Pikiran yang biasanya aktif menjadi sunyi. Apakah ini berarti keberadaan kita juga berhenti?

Filsuf Rene Descartes pernah berkata, "Cogito, ergo sum"—aku berpikir, maka aku ada. Jika keberadaan kita berakar pada aktivitas berpikir, maka saat kita tidak berpikir, apakah kita benar-benar ada? Kondisi tidur tanpa mimpi menantang gagasan ini, seolah-olah kita menjadi entitas yang tak ada ketika kesadaran berhenti bekerja.

2. Eksistensi yang terputus?

Filosofis Keberadaan dan Kesadaran saat Tidur Tanpa MimpiPexels.com/Andrea Piacquadio

Filsafat Barat tradisional sering mengasosiasikan keberadaan dengan kesadaran yang berkelanjutan. Namun, dalam konteks tidur tanpa mimpi, ada jeda dalam aliran kesadaran ini. Kita mengalami ketidaksadaran yang sepenuhnya tanpa memori atau persepsi. Bagi beberapa orang, ini seperti sebuah “kematian sementara,” di mana waktu berlalu tanpa jejak, tanpa bukti pengalaman pribadi.

Tetapi, apakah kita benar-benar menghilang? Tubuh kita tetap ada, proses biologis terus berfungsi, dan pikiran kita masih terjaga dalam bentuk yang berbeda. Filsuf seperti Thomas Nagel mempertanyakan sifat kesadaran yang bersifat episodik ini: apakah identitas kita terjaga dalam ketidaksadaran, atau apakah kita harus terus "menghidupkan" diri kita untuk tetap ada?

3. Pandangan Timur tentang ketidaksadaran

Filosofis Keberadaan dan Kesadaran saat Tidur Tanpa MimpiPexels.com/Shashiprakash Saini

Dalam beberapa tradisi filsafat Timur, seperti dalam ajaran Buddha, ada gagasan bahwa kesadaran adalah sesuatu yang fluktuatif dan tidak permanen. Hidup dilihat sebagai rangkaian pengalaman yang terus berubah, termasuk saat kita tidur tanpa mimpi. Daripada melihat tidur sebagai bentuk ketiadaan, filsafat Timur cenderung memandangnya sebagai fase alami dari eksistensi yang lebih luas.

Meditasi dalam Tradisi Zen sering kali menempatkan fokus pada kesadaran murni, di mana bahkan momen tanpa pikiran dipandang sebagai bagian dari pengalaman yang valid. Dalam konteks ini, tidur tanpa mimpi bukanlah ketiadaan, melainkan fase di mana pikiran mundur dan kesadaran menjadi “sunyi,” namun tetap ada dalam bentuknya yang paling dasar.

4. Apakah keberadaan terikat pada kesadaran?

Filosofis Keberadaan dan Kesadaran saat Tidur Tanpa MimpiPexels.com/ThisIsEngineering

Pertanyaan ini membawa kita pada dilema besar dalam filsafat: apakah kesadaran diperlukan untuk eksistensi? Jika kita tidak sadar, apakah kita masih “ada” sebagai individu, atau apakah keberadaan kita hanya menjadi sebuah fenomena fisik tanpa kehadiran subjektif?

Materialisme, satu aliran pemikiran dalam filsafat, memandang tubuh dan pikiran sebagai fenomena fisik murni. Dari perspektif ini, keberadaan tidak berhenti ketika kita tidur tanpa mimpi; otak kita terus bekerja, meskipun di luar kesadaran kita. Namun, dari perspektif eksistensialisme, di mana makna diciptakan melalui pengalaman subjektif, jeda dalam kesadaran ini bisa dianggap sebagai jeda dalam keberadaan yang sebenarnya.

5. Menemukan diri di antara mimpi yang hilang

Filosofis Keberadaan dan Kesadaran saat Tidur Tanpa MimpiPexels.com/Julia Avamotive

Pada akhirnya, tidur tanpa mimpi mengingatkan kita bahwa keberadaan manusia lebih kompleks daripada sekadar kesadaran. Meskipun kita mungkin tidak “ada” dalam pengertian berpikir atau merasakan selama tidur, keberadaan kita tidak benar-benar menghilang. Kita tetap merupakan bagian dari aliran waktu dan ruang, terhubung dengan dunia di sekitar kita meskipun dalam keheningan.

Fenomena tidur tanpa mimpi bukanlah akhir dari eksistensi, melainkan momen di mana kesadaran mundur sementara, memberikan jeda yang mungkin diperlukan dalam dinamika hidup kita. Ini adalah pengingat bahwa kita lebih dari sekadar pikiran; kita adalah bagian dari proses alam yang lebih besar, baik dalam kesadaran penuh maupun dalam keheningan tidur.

Muhammad Rizky Fajar Photo Community Writer Muhammad Rizky Fajar

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya