5 Alasan Ingin Selalu Bahagia Justru Tak Dianjurkan

Terkadang bahagia bisa membuatmu terlena

Menurut kebanyakan orang, kebahagiaan menjadi hal mutlak yang perlu diraih dalam hidup ini. Bahagia kerap dimaknai dengan perasaan sukacita, gembira, nyaman, menyenangkan, dan perasaan terbebas dari beban yang menakutkan. Sehingga tak heran jika banyak orang yang menjadikan bahagia sebagai tujuan dalam hidup mereka.

Sejatinya, memiliki tujuan demikian merupakan hal yang wajar, sebab definisi bahagia menurut orang-orang pun beragam. Namun terkadang banyak yang tidak menyadari jika punya keinginan untuk selalu bahagia bukanlah perkara yang baik. Sebab segala emosi punya porsinya masing-masing yang perlu diseimbangkan. Berikut beberapa alasannya.

Baca Juga: 5 Cara Menikmati Hidup Apa Adanya, Sederhana Tapi Bahagia

1. Kamu perlu disadarkan kembali, bahwa dunia itu berisi hal yang tidak pasti

5 Alasan Ingin Selalu Bahagia Justru Tak Dianjurkanunsplash.com/Pietra Schwarzler

Tidak ada yang bisa memastikan semua hal yang ada di dunia ini. Dunia dan semua isinya memiliki waktu yang terbatas. Begitu pula dengan rasa bahagia. Mustahil kamu akan merasa bahagia selamanya.

Jika ingin bahagia terus-menerus, justru dikhawatirkan kamu akan lupa dengan sifat ketidakpastian dari dunia ini. Sehingga apabila nanti mengalami rasa sedih, kamu akan jatuh dan berlarut-larut di dalamnya lantaran kesulitan untuk menerima apa yang tak sesuai dengan keinginan.

Baca Juga: 5 Cara Mengatasi Depresi, Jangan Sampai Semakin Parah Ya!

2. Kamu sulit berkembang jika hanya merasakan satu emosi saja

5 Alasan Ingin Selalu Bahagia Justru Tak Dianjurkanunsplash.com/Matthew Ye

Ketidaknyamanan mampu memberikan pelajaran berharga untuk menjadi seseorang yang lebih baik lagi. Kamu perlu ditempa dengan rasa sakit untuk mengetahui hal-hal yang tidak kamu ketahui, juga untuk mengerti beratnya penderitaan, atau bahkan untuk mengubah pikiran dan perilaku guna membentuk versi lain dari dirimu yang lebih hebat.

Dari situlah titik yang dinamakan berkembang untuk mencari pemaknaan hidup yang sebenarnya.

3. Terkadang bahagia bisa membuatmu terlena

5 Alasan Ingin Selalu Bahagia Justru Tak Dianjurkanpexels.com/Andrea Piacquadio

Kebahagiaan merupakan perasaan yang membuat orang-orang merasa senang. Sehingga terkadang banyak yang sering terlena karenanya. Biasanya mereka cenderung terlena dengan kebahagiaan yang bersifat duniawi. Kemudian tak jarang dari mereka akan mengabaikan hal penting lain misalnya keluarga, teman, atau bahkan Tuhan.

Coba cek dirimu, apakah kamu lebih sering mengingat Tuhan di waktu sedih atau bahagia?

4. Akan ada masanya jenuh dengan hal yang berlangsung terus-terusan

5 Alasan Ingin Selalu Bahagia Justru Tak Dianjurkanpexels.com/Thuanny Gantuss

Sesuatu yang dilakukan secara berkelanjutan bisa menimbulkan rasa jenuh. Begitu pula dengan perasaan bahagia yang terus-menerus. Tanpa disadari, kamu sebenarnya membutuhkan kesedihan, kehampaan, kehilangan, dan perasaan lainnya agar hidupmu tak monoton.

Semua emosi juga memberikan pelajarannya masing-masing melalui makna di balik suatu kejadian.

5. Kamu cenderung kurang peka dengan kesedihan orang lain

5 Alasan Ingin Selalu Bahagia Justru Tak Dianjurkanunsplash.com/Brad Pearson

Perasaan bahagia membuatmu merasa tercukupi. Akhirnya, kamu cenderung kurang bisa memahami penderitaan orang lain. Misalnya, ketika temanmu sedih karena mengalami kegagalan. Kamu yang tak pernah merasa 'jatuh' akan kesulitan menghadapi situasi tersebut bahkan bingung harus bersikap apa dengan temanmu itu. Hingga tak jarang, banyak yang memilih untuk diam saja.

Itulah lima alasan logis mengapa punya keinginan untuk selalu bahagia justru tidak dianjurkan. Mulai sekarang, jangan menutup diri dengan perasaan yang lainnya. Sambut emosi-emosi itu dengan lapang selayaknya kamu menyambut kebahagiaan. Karena terkadang kesedihan itu menjadi awal terciptanya kebahagiaan yang tak terduga. Tetap semangat, ya!

Izah Cahya Photo Community Writer Izah Cahya

Menulis untuk menghidupkan -do the best- ig : @izahcahya_

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya