Belajar Menerima Kritikan dari ST Widya Bhakti Banjar Pegok

Generasi millennial harus memiliki wawasan terdepan

Penulis: Community Writer, Ari Budiadnyana

Sekeha Teruna (ST) Setia Remaja Banjar Pitik Pedungan, Denpasar Selatan mengadakan lomba baleganjur rangka hari ulang tahunnya. Lomba ini diadakan di Wantilan Banjar Pitik Pedungan, Sabtu (19/2/2022) lalu.

Satu peserta yang mengikuti lomba ini adalah ST Widya Bhakti, Banjar Pegok, Kota Denpasar. Anak muda dari Desa Sesetan ini bersemangat dan antusias untuk menjaga warisan budaya pendahulu mereka. Mereka menjadi juara dua dalam lomba tersebut. Ada kisah yang menarik selama mereka latihan. Sebab ST Widya Bhakti mendapat kritikan langsung dari seorang seniman, namun mereka menerima secara lapang dada tanpa emosi dan memperbaiki penampilannya.

Baca Juga: Bunuh Diri dalam Hindu dan Cara Pengabenannya

1. Mendapat kritikan tajam dari seniman asal Banjar Pegok, Sesetan

Belajar Menerima Kritikan dari ST Widya Bhakti Banjar PegokSekeha Baleganjur ST Widya Bhakti, Banjar Pegok. (dok. ST Widya Bhakti)

Dalam masa latihan yang dilakukan selama kurang lebih dua bulan, sekeha baleganjur ini mendapatkan kritikan tajam dari Bli Ciaaattt yang juga seniman asal Banjar Pegok, Sesetan. Satu kritikannya adalah meminta sekeha baleganjur ini untuk menampilkan original dan hal yang berbeda dari biasanya.

"Kalau bisa jangan meniru yang sudah ada, harus berani kreatif dengan menciptakan sesuatu yang baru. Tidak itu-itu saja, dan berupayalah mengeksplorasi lokal genius yang dimiliki oleh Banjar Pegok," ujar Bli Ciaaattt yang memiliki nama asli I Made Wardana ini.

Ia menyarankan agar latihan sesering mungkin untuk instrumen cengceng atau reong, dan selama latihan selalu direkam sebagai evaluasi secara berkala. Menurutnya, hal ini penting untuk meningkatkan kecermatan dan kemampuan masing-masing penabuh.

2. Generasi millennial harus menerima kritik dan masukan secara lapang dada

Belajar Menerima Kritikan dari ST Widya Bhakti Banjar PegokSekeha Baleganjur ST Widya Bhakti, Banjar Pegok. (dok. ST Widya Bhakti)

Menurut Bli Ciaaattt, ia kagum dengan anak-anak muda yang tergabung di ST Widya Bhati. Hal ini karena mereka mampu menerima kritikan secara lapang dada dan berupaya memperbaiki diri tanpa emosi. Hasilnya, dengan latihan yang giat, mereka keluar sebagai juara dua.

"Inilah yang dinamakan generasi millennial yang memiliki wawasan terdepan, tidak mudah tersinggung ketika diberikan saran maupun kritikan konstruktif untuk perbaikan," ungkap Bli Ciaaattt ketika dihubungi melalui telepon, Senin (21/2/2022).

3. Membawa konsep Janger Pegok dalam komposisi gendingnya

https://www.youtube.com/embed/IxNDsu_Xy1Y

Sekeha baleganjur ini membawakan ide unik, yaitu konsep warisan Janger Pegok dalam komposisi gendingnya. Hal ini menurut Bli Ciaaattt sangat menyatu kuat di antara penabuh. Karena sesungguhnya mereka adalah penari kecak dalam Janger Pegok yang dipentaskan dalam upacara atau odalan purnama kapat (Keempat) di Pura Kesuma Sari, Banjar Pegok, Sesetan.

Sementara itu Ketua ST Widya Bhakti sekaligus sebagai konseptor, I Putu Wahyu Surta, mengaku mereka berkarya mengacu pada pola-pola kekinian tanpa terlepas dari jejer pageh (Aturan-aturan) struktural baleganjur tradisi.

Selain itu, mereka mengajak penonton merasakan langsung bagaimana ST Widya Bhakti berperang melawan ego dan zaman untuk melestarikan warisan leluhur seni Janger Pegok.

Baca Juga: 7 Mantra Penangkal Leak, Bisa Digunakan Sehari-hari

4. Komposisi gending mengundang decak kagum penonton

Belajar Menerima Kritikan dari ST Widya Bhakti Banjar PegokSekeha Baleganjur ST Widya Bhakti, Banjar Pegok. (YouTube.com/Gus Widish)

Komposisi gending yang dibawakan mengambil judul Widya Bhakti. Pencipta komposisi gendingnya adalah seorang pemuda asli Banjar Pegok, I Made Sudiantara.

Sudiantara mengemas vokal janger dalam baleganjur yang 'nyentrik', sehingga terlihat unik sendiri. Sebagai koreografer atau penata geraknya adalah duet bapak dan anak, I Made Widiartha dan Kadek Denta Dwinadita. Gerak serentak yang menampilkan kekompakan ini terlihat sangat berpadu dengan komposisi gendingnya.

Respon penonton bergema dengan hiruk pikuk tepuk tangan selama perlombaan. Hal ini memacu adrenalin ST Widya Bhakti yang saat itu pentas di atas panggung.

5. ST Widya Bhakti berhasil menjadi juara dua

Belajar Menerima Kritikan dari ST Widya Bhakti Banjar PegokSekeha Baleganjur ST Widya Bhakti, Banjar Pegok. (YouTube.com/Gus Widish)

Lomba baleganjur ini diikuti oleh enam peserta yaitu dari Sekeha Teruna Banjar Menesa Pedungan, Banjar Gladag Pedungan, Banjar Kaja Sesetan, Banjar Gaduh Sesetan, Banjar Lantang Bejuh Sesetan, dan Banjar Pegok Sesetan. Dalam perjuangannya selama dua bulan latihan, ST Widya Bhakti berhasil mendapatkan juara kedua. Sedangkan juara pertama jatuh kepada Banjar Menesa Pedungan, dan juara ketiga adalah Banjar Lantang Bejuh.

Walaupun dalam masa pandemik yang tidak menentu ini, mereka mampu untuk tetap berkreasi menjaga seni dan budaya leluhurnya yang adi luhung. Hal ini patut terus digaungkan agar semangat berkarya ini tidak pudar ditelan pandemik.

Menurut Bli Ciaaattt, ia melihat pementasan sekeha baleganjur yang berlomba masih perlu peningkatan di beberapa teknik. Seperti teknik gegebug (Cara memukul alat), kebersamaan, pembaruan olah gerak dan vokal, dan penampilan istimewa yang bisa lebih spektakuler.

"Ada yang masih belum ditunjukkan yaitu unsur baleganjur komedi yang menghibur dan mengocok perut penonton, namun dengan teknik atau skill yang tinggi. Barangkali ada yang akan berkreasi di masa mendatang dengan hal yang menggelitik. Sehingga pertunjukan menjadi tidak tegang atau terlalu serius," ungkap Seniman Genggong Pegok ini menutup pembicaraan.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya