4 Pesan Bijak Tetua Bali yang Tidak Boleh Kamu Lupakan

Tutur orang bijak bisa jadi pedoman hidup buat kamu

Setiap daerah memiliki pepatah atau pesan bijak yang diwariskan oleh nenek moyangnya. Tidak terkecuali Bali, Pulau Dewata yang terkenal dengan seni budayanya. Ternyata, ada beberapa pesan bijak yang menginspirasi banget lho!

Pesan bijak ini merupakan cara nenek moyang mengajarkan bagaimana manusia menjalani kehidupan. Setidaknya ada empat pesan yang berkesan dari para tetua Bali. Rasanya kamu perlu tahu dan memahaminya. Berikut ini empat pesan bijak tersebut:

1. Eda ngaden awak bisa, depang anake ngadanin

4 Pesan Bijak Tetua Bali yang Tidak Boleh Kamu LupakanIDN Times/Imam Rosidin

Pesan bijak Eda ngaden awak bisa, depang anake ngadanin’ ini kalau diartikan ke dalam Bahasa Indonesia, bermakna jangan merasa kamu paling bisa, biarlah orang lain yang menamai atau menilai sendiri. Pesan ini tertuang dalam syair gending tradisional "Pupuh Ginada". Berikut syair dan terjemahannya:

Pupuh Ginada

Eda ngaden awak bisa (Jangan merasa diri paling bisa)

Depang anake ngadanin (Biarlah orang lain yang menilai)

Geginane buka nyampat (Seperti pekerjaan menyapu)

Anak sai tumbuh luu (Setiap hari selalu mendapati sampah)

Ilang luu buke katah (Sampah hilang, masih ada debu)

Yadin ririh (Walaupun kamu pintar)

Enu liu pelajahin (Masih banyak yang harus dipelajari)

Pada intinya, setiap manusia harus mampu mengendalikan diri. Jangan sombong. Serupa dengan pepatah bagai ilmu padi, semakin berisi semakin merunduk. Seseorang yang semakin pintar, cerdas, bahkan sakti sekalipun, harusnya semakin arif dan bijak dalam berperilaku. Betul gak?

2. Tong ngelah karang sawah, karang awake tandurin

4 Pesan Bijak Tetua Bali yang Tidak Boleh Kamu LupakanInstagram.com/laraschlez

Kalimat "Tong ngelah karang sawah, karang awake tandurin" merupakan kalimat pesan yang sangat mendalam. Jika ditelisik artinya dalam bahasa Indonesia, bermakna jika kamu tidak punya lahan sawah, maka lahan dalam diri (Jiwa) yang harus ditanami.

Kalimat ini merupakan hasil pemikiran seorang rohaniawan sekaligus pengarang besar di Bali, yakni Ida Pedanda Made Sidemen (1858-1984), yang tertuang dalam karya sastranya berjudul "Geguritan Salampah Laku".

Menanami lahan diri memiliki makna yang sangat dalam. Pesan ini sesungguhnya mengajak semua orang untuk introspeksi diri. Seperti halnya menanam lahan sawah, kita diajak merenung; Bibit apa yang sudah dan harus ditanam dalam lahan diri? Apakah sudah merawat lahan diri dengan baik?

Melalui kalimat ini, manusia diajak untuk melihat jauh ke dalam diri. Hendaknya menanamkan diri dengan ilmu pengetahuan, bibit sifat-sifat baik, hidup sederhana dan bersahaja.

Jadi, jangan menanam bibit kebencian dalam diri ya!

3. Raket sekadi sampat lidi

4 Pesan Bijak Tetua Bali yang Tidak Boleh Kamu LupakanIDN Time/Imam Rosidin

Istilah 'raket sekadi sampat lidi' jika diartikan ke dalam bahasa Indonesia bermakna rekat seperti sapu lidi. Pesan ini lebih menekankan, di dalam persatuan ada kekuatan.

Coba bayangkan, jika hanya satu tangkai lidi saja yang digunakan, kita tidak akan pernah menyelesaikan pekerjaan menyapu. Tapi ketika tangkai demi tangkai dikumpulkan, kemudian diikat menjadi satu, maka menyapu jadi lebih mudah dan pekerjaan pun cepat selesai.

Sepertinya halnya sapu lidi, begitulah seharusnya kita dalam hidup. Kalau dipikir-pikir, pesan ini juga cocok diterapkan untuk kita sebagai warga negara Indonesia. Meskipun berbeda-beda, tetapi persatuan harus kita junjung tinggi. Karena dengan bekerja bersama, kita bisa mengangkat nama Indonesia di mata dunia.

Persatuan adalah koentji, guys!

4. Sagilik Saguluk, Salunglung Sabayantaka, Paras Paros Sarpanaya, Saling Asah Asih Asuh

4 Pesan Bijak Tetua Bali yang Tidak Boleh Kamu LupakanInstagram.com/pande_adyy

Istilah ini sangat sering didengar dalam perbincangan masyarakat Bali. Tidak saja di warung kopi, tapi juga dalam sambutan-sambutan kepala daerah. Pesannya adalah cara hidup orang Bali yang menekankan kebersamaan dan persatuan.

Jika diartikan, kalimat "Sagilik Saguluk, Salunglung Sabayantaka, Paras Paros Sarpanaya, Saling Asah Asih Asuh" bermakna bersatu-padu, menghargai pendapat orang lain, memutuskan sesuatu secara musyawarah mufakat, saling mengingatkan, menyayangi, dan membantu.

Serupa dengan pesan "Raket sekadi sampat lidi", persatuan dan kebersamaan merupakan kekuatan untuk menghadapi suka duka kehidupan. Pesan ini bisa mulai diterapkan dari lingkungan kecil seperti rumah tangga, maupun dalam lingkungan yang lebih besar seperti desa, kecamatan, kabupaten, provinsi, negara, dan dunia.

Di sisi lain, bisa juga diterapkan untuk menguatkan kebersamaan yang menyangkut ideologi negara, keimanan atau agama.

Ini di Bali. Bagaimana pesan bijak dari tetua di daerahmu yang masih kamu ingat? Yuk, share di kolom komentar.

Baca Juga: 15 Ide Nama Bayi Perempuan Berbahasa India, Sesuai Ajaran Hindu

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya