Mengenal Yayasan Sahabat Bumi Bali, Cari Dana dengan Berjualan Baju

Meski anggotanya muda, tapi kiprah mereka tak diragukan lagi

Buleleng, IDN Times – Kiprah para pemuda Indonesia sudah tidak diragukan lagi di zaman sekarang. Contohnya Gede Praja Mahardika (30), Founder Yayasan Sahabat Bumi Bali. Yayasan yang dibangun bersama dua orang temannya, Made Agoes Janardana dan Gede Bakti Pratama, ini berawal dari komunitas tahun 2006 silam. Ketiganya dipertemukan dalam kegiatan Pramuka Kwartir Cabang Buleleng. Saat itu mereka iseng membuat komunitas yang akhirnya berkembang menjadi yayasan.

“Kami iseng-iseng membuat komunitas. Komunitas ini sebenarnya hanya untuk say hello saja. Gitu. Untuk melepas kepenatan, nama komunitasnya ya Sahabat Bumi Bali gitu. Kenapa kami namakan Sahabat Bumi Bali? Ada kata sahabat di sana, artinya siapa pun bisa masuk di dalam komunitas ini. Silakan berkreativitas di komunitas ini dengan profesinya masing-masing,” jelasnya, Jumat (23/10/2020).

Baca Juga: Komunitas Cineclue Klungkung, dari Lokal Menuju Go Internasional

1. Berawal dari keisengan, komunitas kini banyak yang mengurus bidang lingkungan hingga pendidikan

Mengenal Yayasan Sahabat Bumi Bali, Cari Dana dengan Berjualan BajuKolaborasi pemanfaatan ecobrick untuk dinding kamar mandi (Dok.IDN Times/Gede Praja)

Komunitas ini mengusung konsep Tri Hita Karana, yaitu keselarasan antara manusia dengan manusia, manusia dengan alam, dan manusia dengan Tuhannya. Selain itu mereka juga mengusung konsep Tri Guna, diartikan sebagai kegiatan pikiran yang ditempatkan secara layak.

“Kepedulian kami otomatis karena basic saya ke lingkungan dengan komunitas ini mengambil filsafat Tri Hita Karana,” kata Praja.

Beberapa kegiatan yang ia lakukan berkolaborasi dengan beberapa pihak di antaranya:

  • Bidang lingkungan: karena basic keilmuannya Kesehatan Lingkungan dan Masyarakat, jadi hanya berkolaborasi dengan Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia Buleleng. Kemudian Bank Sampah Galangpanji, serta rekanan Bumdes yang mau bekerja sama dengan Yayasan Sahabat Bumi Bali. Kegiatannya adalah pemasangan biopori, pembuatan eco enzim, pembuatan briket dari sampah plastik, dan disinfektan alami. Kegiatan terbarunya adalah kerja sama pembuatan sabun cuci dari minyak jelantah
  • Bidang pangan lokal: bekerja sama dengan Koperasi Pangan Bali Utara, di mana Praja sebagai pengurusnya. Koperasi ini sudah berjalan dua tahun, yang beberapa kegiatannya adalah mepatung (Iuran) daging babi hitam menjelang Hari Raya Galungan.

“Artinya tradisi iuran sebelum Hari Raya Galungan itu kami nabung kayak arisan itu. Nah, nanti ada beli babi hitam untuk dibagi-bagikan.”

  • Bidang kesehatan masyarakat
  • Bidang pendidikan: bekerja sama dengan Yayasan Project Jyoti Bali yang beralamat di Desa Mengening, Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng.

Setiap kegiatannya melibatkan pemuda-pemudi yang ada di Bali, dan aware terhadap lingkungannya. Hampir setiap bulan paling tidak ada 10 hingga 30 peserta bergabung dengan rentang usia dari 18-30 tahun. Anggota yang masih aktif berjumlah 20 orang, tersebar di wilayah Kota Singaraja dan Kota Denpasar.

Baca Juga: Mengenal Emick, Petani Bali yang Jadi Pengajar di Desa Terpencil Buya

2. Mereka mendanai kegiatannya dari berjualan baju hingga mencari CSR

Mengenal Yayasan Sahabat Bumi Bali, Cari Dana dengan Berjualan BajuSemangat Tri Hita Karana dari pemuda di Buleleng (Dok.IDN Times/Gede Praja)

Komunitas ini lalu berubah menjadi Yayasan Sahabat Bumi Bali pada tahun 2019. Ketiganya kompak ingin memiliki badan hukum dan legal standing yang jelas.

“Kami bukan main-main lagi gitu. Tapi kami punya role model yang jelas. Kami buatlah Yayasan Sahabat Bumi Bali, yang hari ini juga genap berjalan di tahun kedua,” ungkap Praja.

Selama merintis program di yayasan, faktor pendanaan diakuinya menjadi tantangan tersendiri. Bagaimana mereka menjalankan kegiatan tanpa ada dana. Ia mengambil langkah sumber pendanaan sebisanya. Seperti menjual baju, produk, menyisihkan uang pribadi, hingga bekerja sama dengan corporate social responsibility (CSR).

Konsistensi masing-masing individu juga menjadi tantangan selanjutnya. Karena sebisa mungkin ia menghindari intervensi anggotanya. Cara menyikapinya adalah setiap koordinator yang ingin mengadakan kegiatan harus jadi penanggung jawab. Sedangkan lainnya hanya bersikap backup.

“Tantangan-tantangan kami seperti itu. Nah, tantangan kami ke depan adalah kami ingin membuka volunteer-volunteer di berbagai daerah kabupaten yang ada di Bali. Itu sih tantangan kami ke depan. Ke depannya kami akan membuka volunteer di Negara (Kabupaten Jembrana) dan Karangasem gitu,” jelasnya.

Ia mengakui hubungannya dengan pemerintah mendapatkan respon yang baik, baik dari Dinas Kepemudaan dan Olahraga Provinsi Bali maupun Dinas Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Buleleng. Yayasan Sahabat Bumi Bali mampu menjadi oposisi yang baik di pemerintahan.

“Kalau kami dengan pemerintah lumayan baik ya. Khususnya pemerintah dalam Dispora Bali, Dispora Kabupaten Buleleng itu sangat mengapresiasi kami. Sangat merespon kami dengan baik,” ungkapnya.

3. Kondisi saat ini lingkungan dan pemuda di Buleleng lebih aware

Mengenal Yayasan Sahabat Bumi Bali, Cari Dana dengan Berjualan BajuSalah satu kegiatan dengan generasi muda (Dok.IDN Times/Gede Praja)

Praja menilai, lingkungan di Kabupaten Buleleng cukup aware dengan kegiatan-kegiatan yang ia lakukan sekarang ini. Mereka menyambut baik teman-teman komunitas dan mulai sadar.

"Apalagi dengan pandemik ini, lingkungan sekitar mulai sadar bahwa kegiatan lumbung pangan keluarga itu sangat penting. Kita mempunyai sayur-sayuraan atau tanaman obat keluarga di rumah, itu sangat penting sekali. Sebagai P3K di rumah tangga kita gitu.”

Ia menilai, pemuda di Buleleng membutuhkan kreativitas agar menuju Indonesia emas di tahun 2045. Tetapi jika pemuda-pemudanya tidak memiliki talenta, Indonesia emas ini akan berlalu begitu saja.

“Apalagi pemudanya tidak punya talenta yang hanya disibukkan dengan bermain game. Artinya pemuda hari ini harus berkreativitas, punya inovasi, bertalenta dan berani menyuarakan,” jelasnya.

“Kalau kita mengutip dari Bung Karno, berpikirlah seperti orang Padang, bekerjalah seperti orang Jawa dan berbicaralah seperti orang Batak. Itu yang saya kutip dari buku yang pernah saya baca dari Bung Karno saat pidatonya. Artinya apa? Kita sebagai pemuda harus berkarya, bertalenta, dan mandiri. Jangan selalu mengharapkan bantuan pemerintah. Tetapi sebisa mungkin kita yang memberikan bantuan kepada pemerintah atau berkolaborasi dengan pemerintah.”

Lalu apa yang bisa dilakukan untuk pengembangan diri para pemuda ke arah yang lebih positif? Menurutnya adalah memperbanyak tempat-tempat diskusi, ruang baca, dan meningkatkan kreativitas setiap bulannya.

Baca Juga: 4 Pesan Bijak Tetua Bali yang Tidak Boleh Kamu Lupakan

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya