Kisahkan Arca Dewa Tajen, Penari Muda Asal Solo Menari Bersama Ayam

Razan Wirjosandjojo terus melakukan eksplorasi seni tari

Gianyar, IDN Times – Pada Juli 2022 lalu, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi melalui Direktorat Perfilman, Musik, dan Media, Direktorat Jenderal Kebudayaan menggelar Temu Seni Tari yang berlangsung di Ubud, Kabupaten Gianyar. Kegiatan ini menampilkan 18 koreografer muda seni tari.

Satu-satunya penampilan yang melibatkan hewan, dibawakan oleh koreografer tari asal Solo, Razan Wirjosandjojo (24). Saat itu, ia menari dengan mengajak ayam Bali berbulu putih. Tarian tersebut dirasa tidak asing karena merepresentasikan tajen di Bali, yakni budaya adu ayam (tajen). Bagaimana gagasan di balik tarian itu?

Baca Juga: Mengenal Jafro Megawanto, Atlet Paralayang yang Dapat Bonus Jadi PNS

1. Sebelumnya hanya tampil menggunakan celengan ayam

Kisahkan Arca Dewa Tajen, Penari Muda Asal Solo Menari Bersama AyamKoreografer muda Razan Wirjosandjojo. (IDN Times/Ayu Afria)

Penampilan koreografer asal Desa Plesungan, Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah, Razan Wirjosandjojo (24), dalam Temu Seni Tari di Pura Samuan Tiga Banjar Bedulu, Blahbatuh Gianyar pada bulan Juli lalu memang cukup menarik perhatian. Pasalnya ia menari bersama ayam dan itu bukan peliharaannya. Ayam tersebut ia pinjam dari masyarakat setempat.

Ia mengungkapkan bahwa komposisi tarian yang berjudul Ayam tersebut, mengkisahkan tentang sebuah Arca Dewa Tajen dan Tradisi Sabung Ayam. Termasuk soal prediksi tentang ketidakpastian atas pemenang di arena.

“Saya memang senang binatang. Jadi pengalaman menari dengan ayam misalnya, pasti menarik perhatian saya,” jelasnya pada Selasa (13/9/2022).

Kedekatan dengan binatang saat menari ini ia ungkapkan pertama kalinya dilakukan. Sebelumnya ia tampil menggunakan celengan ayam yang kemudian akan dibanting diakhir tariannya.

2. Tertarik seni tari saat menonton film dan belajar otodidak

Kisahkan Arca Dewa Tajen, Penari Muda Asal Solo Menari Bersama AyamKoreografer muda Razan Wirjosandjojo. (IDN Times/Ayu Afria)

Laki-laki kelahiran 10 Maret 1998 ini menari sejak di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP). Saat itu ia tinggal di Jakarta dan menonton film yang menyajikan tarian Hip-Hop. Akhirnya ia termotivasi untuk latihan menari dan bergabung dengan sanggar. Namun sanggar tempat ia bergabung mengajarkan teknik menari balet, tari barat, dan teknik lainnya.

“Menari awalnya Hip Hop, otodidak karena nonton film Hip Hop gitu. Oh bagus ya pengin nari gitu,” ungkapnya.

Ia kemudian pindah ke Solo saat memasuki jenjang perguruan tinggi sekaligus untuk belajar Tari Alus Surakarta. Ia juga belajar bagaimana menyikapi panggung, performance, dan lainnya yang mendukung penampilannya saat ini.

Dari pihak keluarga, terutama ayahnya sangat mendukungnya berkarier sebagai seniman tari. Dukungan ini yang membuat Razan kian bersemangat dalam berkesenian.

“Salah satu dukungan yang penting bagi saya dari keluarga, khususnya dari ayah. Saya rasa ayah cukup mendukung dan kritis, dalam artian dia mencoba memahami bagaimana, apa yang dibutuhkan untuk saya ketika saya cukup jelas menekuni seni, menekuni tari,” ungkapnya.

3. Temukan kebahagiaan dalam berkesenian

Kisahkan Arca Dewa Tajen, Penari Muda Asal Solo Menari Bersama AyamKoreografer muda Razan Wirjosandjojo. (IDN Times/Ayu Afria)

Anak ketiga ini menganggap bahwa seni tari sebagai jembatan tubuhnya untuk berekspresi, menjembataninya, mengenal perluasan tubuh, hingga memperlakukan tubuh. Di usianya yang masih muda, semangat belajarnya pun tinggi. Ia berlatih tari setiap hari dan kerap mendapatkan kesempatan untuk tampil menari dalam berbagai kesempatan. Pada Selasa (13/9/2022), ia tampil dalam sebuah acara di Candi Borobudur, Provinsi Jawa Tengah.

“Belajar banyak dari praktik saya sebagai penari dan dari tari itu sendiri. Sebetulnya di satu sisi pada umumnya tari itu juga menjembatani saya untuk mengenal sedikit lebih dekat dengan kehidupan saya sendiri,” jelasnya.

Lalu bagaimana pandangannya terkait keberadaan tari agar tetap berkembang ke depannya? Terkait hal ini, ia mengungkapkan perlunya pendekatan dan pemahaman kepada anak-anak. Harapannya agar dalam diri mereka timbul kebahagiaan dalam melakukan kesenian, serta tidak membuat batasan-batasan tertentu dalam berkesenian.

Topik:

  • Ni Ketut Sudiani

Berita Terkini Lainnya