Para Pencetak Anjing Pelacak di Polda Bali, Harus Jalin Chemistry

Perlu keahlian cetak anjing yang piawai dukung tugas kepolisian

Bekerja dengan satwa tentu bukanlah hal yang mudah, namun sesungguhnya juga tak begitu sulit. Misalkan saja ketika harus bekerja sama dengan anjing. Apalagi untuk membentuk karakter dan melatih kemampuan khusus mereka dalam mengendus bahan peledak, narkotika, dan barang bukti lainnya. Perlu keahlian dan waktu ekstra untuk mencetak anjing-anjing tersebut sehingga piawai dalam mendukung tugas kepolisian.

 

Gianyar, IDN Times - Kanit Pol Satwa Polda Bali, AKP I Wayan Nuaba, menyampaikan bahwa saat ini Unit Polisi Satwa Polda Bali memiliki 27 ekor anjing pelacak dan 11 ekor kuda. Mereka terdiri dari berbagai ras, baik jantan maupun betina, dan ditempatkan di Kantor K9 Batubulan, Kabupaten Gianyar.

Anjing-anjing ini didatangkan dari Belanda. Terdiri dari ras Golden, Labrador, dan Malenois untuk mendeteksi bahan peledak, narkotik, serta Search and Rescue (SAR). Sedangkan untuk tangkal cegah, anjing-anjing Dalmas (pengendalian massa) memakai anjing yang memiliki ketahanan fisik yang bagus dengan karakter yang agak keras semisal Rottweiler dan German Shepherd Dog (GSD).

Para anjing ini memiliki kepekaan mengendus bahan peledak, misalkan black powder alias mesiu, hingga bahan peledak terbaru jenis gel. Anjing dengan kemampuan ini harus responsif dan kondisinya bagus. Sedangkan untuk anjing narkotika, memang harus memiliki karakter agresif.

Anjing-anjing tersebut sudah lengkap dengan namanya masing-masing sesuai dengan buku lahirnya atau stamboom, yang mencatat silsilah keturuan dan saudara sekandung anjing-anjing berbakat tersebut.

Baca Juga: Polresta Denpasar dan Fans BU Doa Bersama untuk Korban Kanjuruhan

Perawatan khusus untuk anjing di Unit Satwa Polda Bali

Para Pencetak Anjing Pelacak di Polda Bali, Harus Jalin ChemistryIDN Times/Ayu Afria

Anjing-anjing tersebut ditempatkan di kamarnya masing-masing. Kamar mereka terdiri dari tempat tidur dan area umbaran. Meskipun diletakkan sejajar, anjing-anjing ini tetap rukun. Mereka disekat dengan trali besi.

Penempatan anjing dalam kandang ini juga dipilih sesuai dengan karakternya. Apabila ada anjing yang kerap jealous dan suka bertengkar, dicarikan yang bisa mengimbangi karakter tersebut, terutama dengan jenis kelamin yang berbeda. Dengan cara itu, biasanya mereka tidak akan bertengkar.

Nuaba menyampaikan bahwa memang benar tidak ada pengaruh terhadap jenis kelamin dalam segi pembentukan karakter satwa-satwa tersebut. Namun hanya ada satu kendala, yakni saat anjing betina dalam fase lope (menstruasi) yang dialami enam bulan sekali, sehingga saat itu berisiko anjing jantan terganggu konsentrasinya.

“Anjing jantan ingin nyari betina itu,” ungkapnya kepada IDN Times, Selasa (18/9/2022).

Satwa ini diberi makan dua kali dalam sehari, yakni pukul 07.00 Wita sebelum apel dan sore hari. Jumlah sekali makan untuk anjing-anjing itu mencapai 300 gram. Kemudian ditambah dengan ekstra pudding yang diberikan selesai latihan. Ekstra pudding dibuat dari telur ras dan susu. Terkadang jika anjing mendapat penugasan yang banyak, maka diberi kornet beef.

“Minum berupa air putih selalu sedia. Harus selalu sedia,” jelasnya.

Unit Satwa Polda Bali akan terjunkan 12 ekor anjing pelacak untuk KTT G20

Para Pencetak Anjing Pelacak di Polda Bali, Harus Jalin ChemistryIDN Times/Ayu Afria

Khusus untuk pengamanan KTT G20 nantinya, Unit Satwa Polda Bali akan menugaskan 12 ekor anjing pelacaknya di kawasan ITDC, Nusa Dua, Kabupaten Badung. Puncak kegiatan Presidensi KTT G20 pada pertengahan November 2022 mendatang. Pola pengamanan oleh petugas gabungan juga telah dibentuk, baik dari unsur TNI, Polri, dan beberapa pihak terkait lainnya.

Dengan tugas penting ini, kesehatan 12 ekor anjing tersebut lebih diperhatikan agar kebugarannya tetap terjaga. Selanjutnya juga diperhatikan pola makan, dengan tambahan asupan vitaminnya.

“Pelacak bahan peledak yang banyak, ada 12 ekor anjing," ungkap Nuaba. 

Saat bertugas membantu fungsi kepolisian, anjing-anjing tersebut akan tampil gagah dengan tali leher dan arnes, yakni bentuk rompi anjing dengan simbol K-9. Tak dipungkiri, chemistry antara pawang dan satwa anjing memang harus terjalin dengan baik. Hal tersebut sangat berguna, baik dalam momen pelatihan pembentukan karakter maupun pada saat sang pawang dan anjing sedang melaksanakan tugas sesuai keahliannya masing-masing.

Nuaba menyampaikan bahwa pawang harus bisa membaca kondisi fisik anjingnya dari banyaknya tugas, sehingga jangan sampai justru tidak mampu mengontrol.

“Yang tahu bener itu ya pawangnya sendiri. Kalau memang sekiranya kondisi fisiknya sudah jenuh, ya memang harus diistirahatkan. Minimal ya satu jam istirahat. Diberikan kesempatan dia minum. Itu penting untuk kembalikan kebugarannya dia,” jelas Nuaba.

Setelah itu barulah satwa anjing bisa dioperasionalkan lagi. Tanpa diistirahatkan, risikonya sangat besar.

Beberapa anjing, di antaranya dengan tugas di bidang narkotika. Satu di antaranya adalah Chiphas jenis Labrador jantan dengan pawang Brigadir Putu Eka Pratnyana. Lalu untuk anjing pengendus bahan peledak, Charlie, jenis Golden jantan dengan pawang Ipda I Komang Widiana. Sementara anjing dengan tugas pengendalian massa (Dalmas) bernama Rocky, jenis Rottweiler dengan pawang Brigadir Nyoman Setiawan.

Selain itu, ada pula GSD yang bertugas melacak kasus kriminal, bernama Edward, dipawangi Brigadir Nyoman Jatmika yang biasanya ditugasi untuk membantu mengungkap kasus pencurian.

“Semasih dia bisa dioperasionalkan, ya dioperasional kan. Makanya semasih dia hidup, itu pawangnya melekat. Diajukan pawangnya juga nggak mau, karena sudah ada semacam chemistry,” ucapnya.

Membangun chemistry antara pawang dan anjing

Para Pencetak Anjing Pelacak di Polda Bali, Harus Jalin ChemistryIDN Times/Ayu Afria

Bagaimana membangun chemistry antara pawang dan anjing? Dalam menjalin kedekatan antara pawang dan satwa, masing-masing satwa memiliki satu pawang. Namun sesungguhnya satu anjing seharusnya diawaki oleh dua orang pawang.

“Cuma dalam operasional sehari-hari diawali dari latihan-latihan itu. Ini sudah include artinya. Jadi pawangnya adalah si A, si B akan memback-up si A. Sehingga si B ini secara tidak langsung paham cara kerjanya anjing C ini. Dalam tugas di lapang, kalau pawangnya berhalangan, si B masih bisa handle,” ucapnya.

Melalui tahapan-tahapan latihan tersebutlah pawang dituntut harus paham cara kerja anjingnya. Masing-masing satwa memiliki cara kerja yang berbeda, meskipun ras anjingnya dan tahap pendidikan, pembentukan sama. Karakterikstik inilah yang membedakan satu sama lainnya.

“Cuma nanti ada bakat-bakat alami yang dia bawa. Artinya, insting dia sendiri itu menunjukkan bahwa cara kerjanya dia begini kalau dia berhasil. Jadi tidak sama dengan anjing-anjing yang lain,” terangnya.

Para satwa senjata Polda Bali ini dilatih tiga kali dalam seminggu. Bentuk latihan tersebut bertahap, misalnya anjing yang baru, terlebih dahulu akan dilatih simbiosis. Artinya bergaul antar pawang dan anjingnya. Sehingga dari pergaulan tersebut, pawang akan tahu karakter anjingnya. Dengan begitu, tentunya akan memudahkan pelatihan berikutnya.

Sang pawang juga harus memiliki kemampuan membaca sinyal yang diberikan anjing saat dalam tugas pemeriksaan. Hal ini diungkapnya tidaklah sulit. Anjing akan memilih menunggui benda yang dicurigainya hingga kode tersebut diterima dan dapat dibaca sang pawang. Pun tak dipungkiri, memang beberapa anjing memberikan sinyal dengan mengibas-ngibaskan ekornya, namun tetap menunggui sesuatu yang dicurigai tersebut.

“Itu ya dibentuk dari latihan ya. Jadi secara umum untuk kita di Indonesia, kalau itu untuk bahan peledak, jadi tingkat kemampuannya dia mahir. Begitu dia mencium adanya bahan-bahan kimia yang mengandung unsur bahan peledak itu, dia akan tungguin di sana. Ditungguin di sana. Dipanggil juga ngak mau,” terangnya.

Sesudah menemukan benda yang dicurigai tersebut, anjing tidak akan mau bergerak ataupun diajak pergi sebelum diberikan hadiah oleh sang pawang, yaitu mainan atau makanan kesukaannya.

Saat mati, anjing Unit Satwa Polda Bali juga diupacarai

Para Pencetak Anjing Pelacak di Polda Bali, Harus Jalin ChemistryIlustrasi Polisi. Dok. IDN Times/bt

Usia keseluruhan anjing milik Pol Satwa Polda Bali beragam. Anjing dengan usia yang sudah tua, tetap dalam perawatan dan pemeliharaan. Bagaimana pun, sekian tahun yang lalu, anjing tersebut bergelut dengan personel dan membantu tugas-tugas personel Polda Bali.

“Jadi tetap kami lakukan perawatan. Tetap kami ajak bermain semampunya dia. Kalau toh nanti harus mati, ya otomatis kami harus buatkan prosesinya. Apa tahapan-tahapan yang harus kami lakukan, ya kami lakukan,” terangnya.

Prosesi yang harus dilakukan sebelum hingga penguburan satwa, di antaranya pengambilan gambar, otopsi, bedah bangkai, hingga organ-organ yang diambil untuk dibawa ke laboratorium Balai Penyidikan Penyakit Hewan (BPPH).

Kerja sama dengan BPPH ini sangat penting untuk mengetahui penyebab kematian satwa anjing. Misalkan kematian karena unsur usia atau sakit yang diderita oleh anjing. Sementara prosesi penguburan tetap dilakukan secara layak dan tidak semena-mena, walaupun satwa anjing. Artinya, dibuatkan kuburan yang bagus dan diberikan penghormatan atas jasa-jasanya kepada anggota.

Pada tahun 2019 lalu, jumlah anjing di Unit Satwa Polda Bali ada 30 ekor. Lalu 3 ekor mati sehingga saat ini tersisa 27 ekor. Sementara itu untuk satwa kuda, saat ini Polda Bali memiliki 11 ekor dengan rincian 4 ekor kuda Belanda dan 7 ekor kuda lokal.

Nuaba menyebutkan bahwa Unit Satwa Polda Bali sebelumnya hanya memiliki 2 ekor kuda Belanda. Kemudian mendapat tambahan 2 ekor Kuda Belanda dengan jenis kelamin jantan dengan rentang usia 7-8 tahun. Satwa tersebut diberikan oleh Mabes Polri.

Topik:

  • Ni Ketut Sudiani

Berita Terkini Lainnya