Mengupas Makna Tanaman Lateng di Bali, Tertulis dalam Dua Lontar Usada

Ungkapan lateng sempat ramai di media sosial

Belum lama ini masyarakat Bali ramai membahas tentang ungkapan lateng yang yang sempat viral di media sosial. Tanaman lateng diduga dikaitkan dengan perilaku masyarakat yang di masa pandemik ini meminta banyak hal kepada pemerintah. Apa sebenarnya simbol atau makna dari tanaman lateng ini? Adakah manfaatnya untuk obat atau sebagai sarana upacara?

Dosen Sastra Bali Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Udayana (Unud), Putu Eka Guna Yasa saat dihubungi IDN Times pada Kamis (1/10/2020) menegaskan bahwa ada dua lontar saja yang membahas persoalan lateng ini. Namun begitu, dalam sebuah lontar diungkapkan bahwa tanaman ini merupakan sarana untuk mengusir Bhuta Kala.

“Saya sudah cek 10 Lontar Usada yang biasanya dimanfaatkan oleh masyarakat Bali sebagai panduan mengobati penyakit. Tapi ya memang di dua ini (lontat) disebutkan lateng. Cuman memang kemanfaatannya sedikit,” jelasnya. 

1. Lateng digunakan sebagai ungkapan kekesalan dan kemarahan

Mengupas Makna Tanaman Lateng di Bali, Tertulis dalam Dua Lontar UsadaPexels.com/Moose Photos

Putu Eka Guna Yasa menyampaikan bahwa lateng dalam konteks pergaulan hidup masyarakat Bali identik dengan tumbuhan yang bisa menyebabkan gatal. Apabila seseorang dikatakan seperti lateng, artinya manfaatnya sedikit dan termasuk juga hanya bisa menyakiti orang lain dan sekitarnya.

“Kalau misalnya dalam konteks kebudayaan Bali ada yang bilang Awake Care Lateng (dirimu seperti lateng) gitu, ya artinya hanya bisa menyengsarai, atau hanya bisa menyakiti tanpa ada satu kebermanfaatan yang bisa didapatkan oleh orang. Nah itu secara umum,” ungkapnya.

Ungkapan ini biasa digunakan ketika seseorang merasa kesal, kecewa, ngedumel, atau bahkan marah. Jenis lateng yang dikenal di Bali adalah Lateng Ngiu (Lateng ukuran daunnya besar), yang jika mengenai permukaan tubuh yang berpori-pori, efeknya adalah gatal dan perihnya berhari-hari.

2. Dalam Lontar Usada sedikit menyebutkan Lateng sebagai sarana pengobatan

Mengupas Makna Tanaman Lateng di Bali, Tertulis dalam Dua Lontar UsadaDaun Jelatang (Dok.IDN Times/cafedetali.ru)

Mengupas lebih lanjut persoalan lateng, Putu Eka Guna Yasa sempat menelusuri sejumlah teks yang menyebutkan jenis tanaman ini. Didapatkan bahwa dalam Lontar Usada, tanaman ini sedikit sekali digunakan untuk sarana pengobatan.

“Sedikit tetapi ada. Jadi lateng sebagai satu jenis tumbuhan yang bisa membuat orang gatal dan juga perih. Itu juga ternyata ada terdokumentasi manfaatnya di dalam naskah-naskah Usada,” jelasnya.

Ia mengungkapkan, dalam Lontar Usada Kuranta Bolong ada jenis penyakit yang disebut dengan Rare Guam (penyakit mulut). Penyakit tersebut bisa diobati dengan menggunakan sarana sebatah yang hidup di Lateng Ngiu. Tanaman tersebut digoreng dan dijadikan minyak, kemudian dioleskan pada bagian yang terdapat guam.

Lateng Ngiu ini dijadikan tempat oleh sejenis binatang yang bernama sebatah gitu. Sebatah itu ulat kayu yang warnanya putih bentuknya mengecil ke belakang,” jelasnya.

Baca Juga: Ramai di Bali Soal Lateng si Daun Gatal, Jangan Sepelekan Manfaatnya!

3. Dalam Lontar Usada Pamugpug Lateng untuk mengusir Bhuta

Mengupas Makna Tanaman Lateng di Bali, Tertulis dalam Dua Lontar Usadapinterest.com/jldweb

Sementara itu dalam Lontar Usada Pamugpug, lateng justru sebagai mantra dan sarana untuk menjinakkan Bhuta Kala atau kekuatan negatif yang berasal dari dimensi niskala.

“Untuk sarana menolak ilmu hitam. Tapi dia tidak berdiri sendiri, ada mantranya, kemudian juga ada sarananya. Di sini disebutkan, dimanfaatkan untuk menjinakkan Bhuta atau kekuatan negatif yang berasal dari dimensi niskala," ungkapnya.

Topik:

  • Ni Ketut Sudiani

Berita Terkini Lainnya