Belajar Green Living ala Yummy Bites 10 di Bali, Dapat Uang

Kamu pernah makan di Yummy Bites 10 Pantai Mertasari lum?

Denpasar, IDN Times – Kepedulian lingkungan kini tengah menjadi sorotan dan pembahasan hangat di berbagai kegiatan diskusi. Tidak hanya membutuhkan kesadaran masyarakat saja, banyak juga yang berharap kepada pemerintah agar berbagai kebijakan terkait sustainable living yang dibuatnya tidak berupa solusi semu.

Namun di tengah problematika masalah sampah di Indonesia, ada seorang perempuan di Kota Denpasar yang menerapkan green living dalam bisnisnya. Ia membuka usaha kecil-kecilan bernama Yummy Bites 10 di pinggiran Pantai Mertasari. Baginya, apalah arti keuntungan tanpa memedulikan kesehatan lingkungan melalui sampah-sampah yang dihasilkan. Siapakah perempuan ini, sampai bersedia mengedukasi pelanggannya untuk bergaya hidup ramah lingkungan?

Baca Juga: [OPINI] Thrifting Semakin Ngetren, Mending Tukar Baju

1. Berawal dari keisengan pada saat pandemik COVID-19, dan hobi anaknya main ke pantai

Belajar Green Living ala Yummy Bites 10 di Bali, Dapat UangYummy Bites 10, warung di Pantai Mertasari yang menerapkan dan mengedukasi green living kepada pelanggannya. (IDN Times/Ayu Afria)

Namanya Wulanjani. Ia iseng merintis usahanya di tengah pandemik COVID-19. Ia yang saat itu tidak bekerja mencoba berjualan makanan seperti churros, waffle, chicken cheese rolls, kentang spiral, dan thai tea di pinggir Pantai Mertasari, Kelurahan Sanur. Lokasi ini dipilih karena anak semata wayangnya menyukai berkegiatan di pantai. Sehingga ia memanfaatkan waktu untuk berjualan sembari membawa anaknya bermain ke pantai.

“Awalnya berjualan karena pandemik saya gak ada pekerjaan, dan pada akhirnya saya memutuskan untuk berjualan. Awalnya iseng-iseng,” katanya saat ditemui di lokasi, Selasa (28/2/2023).

Tak berselang lama, usaha yang dirintisnya berkembang hingga berjalan sudah lebih dari setahun. Pelanggannya kebanyakan kalangan pengunjung Pantai Mertasari mulai anak-anak, remaja, hingga dewasa.

“Untuk kalangan menengah ke bawah. Mengapa saya lebih memilih seperti itu? Biar kalangan menengah ke bawah tahu juga rasanya churros sama waffle. Tahu makan makanan internasional,” ceritanya.

2. Ia menyediakan sedotan bambu dan gelas daur ulang

Belajar Green Living ala Yummy Bites 10 di Bali, Dapat UangYummy Bites 10, warung di Pantai Mertasari yang menerapkan dan mengedukasi green living kepada pelanggannya. (IDN Times/Ayu Afria)

Wulan bukan sekadar berbisnis untuk mencari keuntungan. Ia menerapkan gaya hidup yang ramah lingkungan dalam bisnisnya. Sejak awal berjualan, ia berkomitmen menggunakan sedotan bambu, dan gelas daur ulang untuk minumannya. Ia bersikeras menolak memberikan sedotan plastik. Upaya ini dilakukan karena rasa terenyuhnya melihat sampah yang sering ia temui di sekitar pantai.

“Saya peduli sama lingkungan. Terutama lingkungan area pantai. Kenapa ya? Karena sudah terlalu banyak sampah plastik di pinggiran pantai,” ungkapnya.

Ia mengamati bagaimana sebagian besar masyarakat saat ini sulit sekali diberikan pemahaman agar membuang sampah di tempat yang tersedia. Namun ia optimis, langkah kecilnya tersebut akan membantu orang-orang mengurangi sampah. Sebab sedotan bambu dan gelas daur ulang dari Yummy Bites masih bisa digunakan kembali di rumah pelanggannya masing-masing. Pesan inilah yang coba ia sampaikan kepada para pelanggannya yang didominasi millennials, dan Gen Z tersebut.

“Biar dia (sedotan bambu dan gelas daur ulang) bisa dipakai lagi di rumah.”

3. Pelanggan yang mengembalikan sedotan bambu dan gelas daur ulang ke Yummy Bites 10 akan menerima uang Rp2 ribu

Belajar Green Living ala Yummy Bites 10 di Bali, Dapat UangYummy Bites 10, warung di Pantai Mertasari yang menerapkan dan mengedukasi green living kepada pelanggannya. (IDN Times/Ayu Afria)

Tak hanya memberikan produk berupa sedotan bambu, dan gelas daur ulang. Wulan juga membuat program pengembalian sedotan bambu, dan gelas daur ulang yang dihargai Rp2 ribu. Hal ini untuk mengantisipasi para pelanggan yang enggan membawa pulang sedotan bambu, dan gelas daur ulang tersebut.

Rata-rata pelanggan anak-anak yang lebih suka mengembalikan sedotan bambu, dan gelas daur ulang ke container booth miliknya untuk ditukar uang Rp2 ribu.

“Satu, dua orang anak-anak kecil. Karena mereka (dewasa) gak peduli. Kadang ditinggal aja. Itu sengaja (program Rp2 ribu) supaya pelanggan peduli lingkungan, tidak terlalu banyak sampah. Gelas dan sedotan kembali, saya kasih Rp2 ribu. Biar mereka peduli lingkungan juga,” jelasnya.

4. Wulan juga mengedukasi pekerjanya agar peduli sampah plastik di sekitar

Belajar Green Living ala Yummy Bites 10 di Bali, Dapat UangYummy Bites 10, warung di Pantai Mertasari yang menerapkan dan mengedukasi green living kepada pelanggannya. (IDN Times/Ayu Afria)

Selain mengedukasi pelanggan, Wulan juga memberikan pemahaman kepada para pekerjanya agar bijak dalam memberikan bungkus plastik, serta peduli dengan sampah plastik di sekitar tempat usahanya.

“Pekerja saya kasih tahu. Apalagi kalau weekend terlalu ramai orang ke pantai. Sudah disediain tong sampah pun tidak mau membuang sampah ke tempatnya. Ya saya minta (pekerjanya) bantu ambilin sampah plastik,” kata Wulan.

Wulan berharap agar pengusaha lainnya juga memiliki pandangan serupa untuk membantu mengurangi sampah plastik di Bali. Toh, ini juga untuk kepentingan kenyamanan bersama.

“Banyak orang jualan pikirannya untung saja. Gak peduli dengan lingkungannya. Saya usaha, tapi saya peduli dengan lingkungan. Ini kan untuk kepentingan bersama. Untuk turis, untuk kenyamanan kita, juga pariwisata. Bali kan pariwisata,” harapnya.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya