TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Ide Menarik Pengolahan Sampah Organik, Bisa Jadi Tas Cantik

Bisa jadi sumber cuan lho!

ilustrasi sampah organik (pixabay.com/melGreenFR)

Indonesia sebagai negara agraris, dikenal dengan hasil pertaniannya yang melimpah. Buah-buahan dan sayuran dapat dipanen sepanjang waktu. Tingginya hasil panen, seiring juga dengan permasalahan baru yang timbul, yakni sampah organik. Menurut Kementrian Lingkungan Hidup, Indonesia dapat menghasilkan sampah organik sebesar 57 persen dari total sampah keseluruhan.

Sisa panen, sisa makanan, dan pengolahan hasil pertanian yang tidak baik, menyebabkan tingginya tumpukan sampah. Apabila tidak diolah dengan baik, tumpukan sampah yang kian meninggi, dapat melepaskan gas karbon ke atmosfer yang mengakibatkan menipisnya lapisan atmosfer sehingga terjadi pemanasan global.

Mengatasi kondisi itu, diperlukan aksi dari masyarakat agar sampah organik dapat diolah dengan benar dan tidak membusuk di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Negara tetangga Indonesia, seperti India, telah berhasil mengolah sampah organik sehingga memiliki nilai jual yang lebih.

Lalu apa saja solusi pengolahan sampah organik? Berikut ide menarik pengolahan sampah organik ala negara tetangga:

Baca Juga: [OPINI] Sampah Laut: Saat Buang Sampah Sembarangan Jadi Kebiasaan

1. Batang pisang menjadi pembalut

batang pisang menjadi pembalut (youtube.com/businessinsider)

Sebagai produsen pisang terbesar di dunia, India kerap bermasalah dengan sampah batang pisang. Berbeda dengan pohon buah lainnya, pisang hanya dapat berbuah satu kali, lalu tidak produktif lagi. Selama bertahun-tahun, para petani membakar sampah batang pisang untuk menghilangkannya. Namun siapa sangka, ternyata sampah batang pisang bisa diolah hingga memiliki nilai jual lho.

Dilansir dari Business Insider, Chirag Desai, seorang peneliti yang fokus pada limbah pisang, berhasil menciptakan produk pupuk cair, kain, permen, dan banyak lagi. Kolaborasinya dengan Kristin Kagetsu dan Tarun Botlia menghasilkan pembalut yang terbuat dari batang pisang. Bisnis mereka dinamakan Saathi dan saat ini pembalut biodegradable tersebut telah dijual di seluruh dunia.

Indonesia sebagai negara produsen pisang terbesar ketiga di dunia, sebenarnya juga bisa lho mencoba cara India untuk mengatasi permasalahan sampah batang pisang ini.

2. Eceng gondok menjadi tas

eceng gondok menjadi tas (youtube.com/businessinsider)

Eceng gondok yang sering ditemukan di sungai dan perairan, merupakan gulma air yang perkembangannya sangat cepat. Hanya saja keberadaan eceng gondok di air dapat menutupi permukaan air sehingga ikan-ikan yang berada di bawah air tidak mendapatkan akses sinar matahari dan berpotensi menyebabkan kematian. Selain itu, keberadaan eceng gondok juga menyulitkan transportasi air.

Bussines Insider melaporkan, masyarakat di Tonle Sap, Kamboja, akhirnya berhasil datang dengan solusi baru. Mereka mengumpulkan gulma air tersebut, mengeringkannya, dan menganyam menjadi kerajinan tangan nan estetik, seperti tas tangan.

Sebagai negara perairan yang luas, Indonesia juga sering dihadapkan dengan masalah eceng gondok. Apakah masyarakat Indonesia berani untuk mengambil aksi solutif dan kreatif mengatasi sampah eceng gondok ini?

3. Sisa mangga menjadi kulit vegan

mangga menjadi kulit (youtube.com/businessinsider)

Indonesia dinobatkan sebagai produsen mangga terbesar ke-5 di dunia. Mangga yang dijual, memang harus dalam kualitas bagus, sehingga banyak mangga yang cacat produksi, akhirnya menjadi timbunan sampah.

Dilansir dari Business Insider, Belanda berhasil menemukan solusi untuk mengatasi sampah mangga. Bagaimana caranya? Mangga yang telah menjadi sampah, kemudian diolah menjadi kulit vegan yang dapat digunakan sebagai bahan untuk pembuatan sepatu, tas, dompet, dan banyak produk lain dari kulit vegan.

4. Mahkota nenas menjadi piring kertas

ilustrasi nenas (pixabay.com/security)

Sama seperti mangga, nenas juga merupakan buah tropis dengan produksi tinggi di Indonesia, termasuk dalam peringkat 9. Mahkota nenas seringkali dibuang begitu saja tanpa ada proses pengolahan. Bahkan hanya sedikit petani dan penjual nenas yang mengolahnya kembali menjadi kompos.

Kolombia berhasil mengolah mahkota nenas menjadi piring lho. Bagaimana caranya ya? Mahkota nenas memiliki kandungan serat nenas yang tinggi. Nah serat nenas dapat menjadi bahan baku pembuatan piring kertas sekali pakai, menggantikan plastik atau staerofoam.

Verified Writer

Priscilla Olga

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Berita Terkini Lainnya