TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Tradisi Unik Umat Katolik pra-Paskah, Perenungan Dosa

Sekarang waktunya untuk perenungan

Ilustrasi berdoa (https://pixabay.com/users/geralt)

Umat Katolik telah merayakan Hari Rabu Abu tanggal 22 Februari 2023 lalu. Hari Rabu Abu merupakan tanda bahwa masa pra-Paskah dimulai. Artinya, umat Katolik sudah mulai puasa dan berpantang selama 40 hari ke depan sampai siang hari Sabtu Suci, kecuali Minggu. Minggu tidak dihitung karena termasuk Hari Kebangkitan Yesus.

Masa pra-Paskah berlangsung selama 40 hari karena dianggap sebagai waktu untuk mendisiplinkan dan mempersiapkan diri. Berdasarkan kisah di Alkitab, Musa berada di gunung Allah selama 40 hari, Elia berkelana selama 40 hari sebelum Ia mendapat penglihatan di sebuah gua, masyarakat Niniwe diberikan waktu 40 hari untuk bertobat. Lalu yang paling utama adalah Yesus berpuasa selama 40 hari di padang gurun.

Masa pra-Paskah dipercaya umat Katolik sebagai momen untuk bertobat. Mereka merenungi dosa yang telah mereka perbuat, dan menata kehidupan mereka agar layak merayakan kebangkitan Tuhan di Hari Raya Paskah. Ada beberapa tradisi unik yang dijalani umat Katolik selama masa pra-Paskah. Berikut adalah lima tradisi unik masa pra-Paskah Katolik.

Baca Juga: Rabu Abu adalah Hari Peringatan Pra-Paskah, Ini Penjelasannya

1. Ada abu di kepala selama perayaan Rabu Abu

Abu yang diberikan pastor (pixabay.comamplitudy)

Dalam setahun, ada satu hari di mana umat Katolik memiliki abu bergambar salib di dahinya, yaitu pada Rabu Abu. Abu di dahi diperoleh ketika umat Katolik mengikuti ibadah misa di gereja. Abu yang digunakan berasal dari daun palma kering yang sudah diberkati pada saat Minggu Palma di tahun sebelumnya. Daun palma kering ini dibakar hingga menjadi abu.

Ketika umat menerima abu, pastor akan mengucapkan: “Bertobatlah dan percaya kepada Injil.” Itu karena abu di dahi dipercaya sebagai tanda pertobatan. Artinya, orang yang telah diolesi abu siap untuk memulai puasa dan pantang di masa pra-Paskah. Penggunaan abu didasari oleh kisah penciptaan di kitab kejadian, di mana manusia diciptakan lewat debu, dan akan kembali menjadi debu (Kej 2:7). Manusia dapat dipanggil Tuhan sewaktu-waktu, maka manusia harus berjaga-jaga, bertobat, dan percaya kepada injil.

2. Puasa dengan makan satu kali sehari

Ilustrasi puasa umat atolik (pixabay.comcongerdesign)

Ketika kebanyakan masyarakat Indonesia mengira puasa adalah tidak makan dalam jangka waktu tertentu sampai waktunya berbuka, konsepnya berbeda di Katolik. Cara berpuasa ala umat Katolik adalah makan kenyang satu kali sehari. Puasa dilakukan saat Rabu Abu dan Jumat Agung. Tetapi diperbolehkan jika ada yang ingin melakukan puasa selama 40 hari sepanjang masa prapaskah.

Tidak semua orang Katolik wajib berpuasa. Hanya orang dengan rentang umur 18-60 tahun yang wajib berpuasa. Jika ada kondisi kesehatan yang tidak memungkinkan puasa, bisa mendapatkan dispensasi dari imam. Tujuan puasa bukan sekadar menahan diri untuk makan, tetapi bertahan dari kenikmatan dunia yang berujung pada dosa.

3. Pantang makan daging, kecuali ikan

Ilustrasi pantang makanan (pixabay.com/blende12)

Selain puasa, umat Katolik diwajibkan berpantang setiap hari Jumat. Umumnya, orang hanya tahu berpantang itu hanya tidak memakan daging. Tetapi, pantang dalam agama Katolik bukan sekadar tentang makanan, tetapi hal-hal duniawi seperti berfoya-foya, bergosip, atau merokok.

Sama seperti puasa, berpantang memiliki tujuan agar manusia belajar mengendalikan dirinya dari nafsu duniawi. Ketika Yesus berpuasa, Ia digoda oleh iblis dan ditawarkan dengan makanan, keistimewaan, dan kekuasaan. Tetapi, Yesus tetap berpegang teguh kepada Tuhan. Itulah yang menjadi teladan umat Katolik dalam berpuasa dan berpantang.

4. Tidak ada pesta, lagu gereja lebih sederhana

Ilustrasi pernikahan di gereja (https://pixabay.com/users/jatocreate)

Selama pra-Paskah, segala bentuk kemeriahan ditiadakan. Hiasan di altar dibuat lebih sederhana, dan hiasan bunga juga ditiadakan. Iringan alat musik tidak dimainkan secara meriah. Lagu Kemuliaan dan Alleluia tidak dinyanyikan karena termasuk dalam lagu meriah.

Karena pra-Paskah masuk dalam nuansa pertobatan, segala bentuk perayaan tidak dianjurkan untuk diadakan. Contohnya adalah pemberian sakramen perkawinan dan sakramen imamat. Sederhananya, sakramen perkawinan adalah pemberkatan nikah, sedangkan sakramen imamat adalah penahbisan para imam.

Tak hanya pesta pernikahan, umat Katolik yang lain juga tidak dianjurkan untuk mengadakan perayaan lain, misalkan perayaan ulang tahun. Terkadang, umat Katolik memindahkan perayaannya di hari lain setelah Paskah. Biasanya itu dilakukan apabila ulang tahunnya berada di bulan Paskah, namun di hari sebelum Paskah.

Writer

Kristina Jessica

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Berita Terkini Lainnya