Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
Pertahanan terhadap pendapat seseorang, meskipun keliru, sering kali menjadi fenomena yang menarik dalam interaksi manusia. Meskipun terdengar kontradiktif, banyak orang yang cenderung mempertahankan pendapat mereka, bahkan ketika bukti dan argumen yang mereka ajukan tidak tepat.
Dalam artikel ini, kita akan menyelidiki lima alasan mengapa seseorang mungkin selalu mempertahankan pendapat mereka, meskipun pendapat tersebut keliru. Dengan memahami alasan mereka, kita bisa menempatkan diri dan menghindarkan diri dari potensi konflik. Berikut ulasan selengkapnya.
1. Ego dan kehormatan
ilustrasi sedang berdebat (pexels.com/Liza Summer) Satu alasan utama seseorang sering kali mempertahankan pendapat mereka, bahkan ketika keliru, adalah karena keterikatan ego dan rasa kehormatan. Sering kali orang merasa terhina atau merasa bahwa integritasnya dipertanyakan ketika pendapat mereka ditantang.
Hal ini dapat mengakibatkan mereka merasa perlu untuk membela diri dan mempertahankan pendapatnya, meskipun bukti dan logika menunjukkan sebaliknya. Bagi sebagian orang, mempertahankan pendapat adalah cara untuk mempertahankan harga diri dan kehormatan mereka di mata orang lain.
2. Ketakutan akan kegagalan atau penolakan
ilustrasi suasana berdiskusi (pexels.com/Timur Weber) Ketakutan akan kegagalan atau penolakan juga dapat menjadi penyebab seseorang mempertahankan pendapat mereka bahkan ketika keliru. Beberapa orang mungkin khawatir bahwa mengakui bahwa mereka salah akan mengurangi citranya sebagai individu yang cerdas atau kompeten.
Oleh karena itu, mereka memilih untuk tetap pada pendapat mereka sebagai cara untuk menghindari konsekuensi negatif yang mungkin timbul dari pengakuan kegagalan atau penolakan. Dalam beberapa kasus, ketakutan ini dapat memengaruhi kemampuan seseorang untuk melihat dengan jelas dan objektif.
3. Keyakinan dan nilai yang tertanam
ilustrasi suasana berdiskusi (pexels.com/Vitaly Gariev) Keyakinan dan nilai-nilai yang telah ditanamkan dalam diri seseorang juga dapat memengaruhi kemungkinan mereka untuk mempertahankan pendapatnya, bahkan ketika keliru. Orang sering kali mengaitkan pendapat mereka dengan nilai-nilai atau keyakinan pribadi mereka, dan mempertahankan pendapat tersebut dianggap sebagai bentuk pembelaan terhadap nilai-nilai tersebut.
Misalnya, seseorang yang sangat memegang teguh keyakinan agama atau politik mungkin merasa bahwa menyerah pada pendapat mereka adalah menyerah pada nilai-nilai mereka secara keseluruhan. Oleh karena itu, mereka lebih memilih untuk mempertahankan pendapatnya meskipun dapat terbukti keliru.
4. Kurangnya keterbukaan dan fleksibilitas
ilustrasi suasana berdiskusi (pexels.com/RDNE Stock project) Kurangnya keterbukaan dan fleksibilitas mental juga dapat menjadi faktor yang menyebabkan seseorang sulit untuk mengakui bahwa mereka salah. Beberapa orang mungkin memiliki pandangan dunia yang sangat kaku dan tidak mau menerima informasi baru atau sudut pandang yang berbeda.
Mereka mungkin terjebak dalam pola pikir yang membenarkan pendapat mereka sendiri dan menolak informasi atau argumen yang bertentangan. Akibatnya, mereka cenderung mempertahankan pendapat mereka bahkan ketika bukti menunjukkan sebaliknya.