TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

4 Bait Tembang Bali yang Menyelipkan Pesan Kehidupan, Biar Bijaksana

Budaya Bali memang gak ada habisnya untuk dibicarakan

ilustrasi budaya Bali(denpasarkota.go.id)

Budaya Bali memang gak ada habisnya untuk dibicarakan. Setiap budaya yang diwariskan selalu mengandung nilai-nilai yang relevan dengan kehidupan. Satu di antaranya tembang Bali jenis pupuh atau biasa disebut tembang macepat.

Tembang Bali dibedakan menjadi empat yakni sekar rare (Lagu anak), sekar alit (Tembang macepat), sekar madya (Kidung), dan sekar agung (Wirama atau cerita tentang kepahlawanan). Nah, pada jenis tembang macepat biasanya menyelipkan pesan-pesan tentang kehidupan yang dijadikan sebagai pegangan dalam berperilaku di masyarakat.

Pada pupuh atau tembang macepat ini, seseorang biasanya bisa membuat bait-bait baru, asal berpatokan pada aturan yang sudah menjadi pakemnya. Sehingga setiap bait yang ditulis tentu memiliki makna berbeda, sesuai dengan maksud dan interpretasi penulisnya.

Namun selama ini sudah ada beberapa bait tembang Bali yang terkenal dan memiliki arti mendalam. Berikut di antaranya:

Baca Juga: 4 Pesan Bijak Tetua Bali yang Tidak Boleh Kamu Lupakan

1. Bait Pupuh Ginada menyelipkan pesan, bahwa jangan cepat berpuas diri karena dalam hidup harus terus belajar

pexels.com/Helena Lopez

Satu bait Pupuh Ginada terkenal mengajarkan kita jangan merasa diri paling pintar. Sebab semakin banyak belajar, kita akan merasa banyak juga yang belum kita ketahui. Ilmu pengetahuan itu luas dan tidak akan pernah ada habisnya untuk dipelajari. Berikut ini bait Pupuh Ginada yang menyelipkan pesan tersebut:

Eda ngaden awak bisa

Depang anake ngadanin

Geginane buka nyampat

Anak sai tumbuh luu

Ilang luu buke katah

Yadin ririh

Enu liu peplajahan

Artinya:

Jangan pernah menilai diri pintar/bisa

Biarkan orang lain yang menilai

Ibarat kebiasaan menyapu

Sampah akan selalu ada

Kalaupun sampah habis, masih ada debu yang tetap berkeliaran

Biarpun merasa pintar

Masih banyak yang harus dipelajari.

2. Satu bait Pupuh Ginanti mengajarkan, bahwa pengetahuan adalah senjata atau bekal dalam mengarungi kehidupan

Unsplash/Duy Pham

Pupuh Ginanti menyelipkan pesan tentang keutamaan ilmu pengetahuan dalam kehidupan seseorang. Dengan ilmu pengetahuan, seseorang bisa mendapatkan sesuatu. Makanya selalu dinilai sebagai senjata utama dan bekal seseorang untuk mengarungi kehidupan. Berikut bait Pupuh Ginanti yang menyelipkan pesan tersebut:

Saking tuhu manah guru

Mituturin cening jani

Kaweruhe luir senjata

Ne dadi prabotan sai

Kaanggen ngeruruh merta

Saenun ceninge urip

Artinya:

Sang Guru dengan penuh kesungguhan

Memberikan petuah pada muridnya

Pengetahuan itu bagaikan senjata

Yang dapat dipergunakan sehari-hari

Terutama untuk mencari penghidupan

Selagi kamu masih hidup.

3. Satu bait Pupuh Pucung mengajarkan, bahwa keutamaan hidup adalah pencapaian kesucian dan kebijaksanaan melalui disiplin yang tinggi

Instagram.com/zippyzipeng

Sebait Pupuh Pucung menyelipkan pesan, bahwa hidup di dunia ini selain kecerdasan ilmu pengetahuan, seseorang juga harus memiliki kebijaksanaan. Bijaksana ini maksudnya adalah pandai menggunakan akal, budi, pengalaman, dan pengetahuannya untuk sesuatu yang lebih baik. Termasuk juga kebijaksanaan untuk meningkatkan kesuciannya.

Semua itu bisa dicapai dengan disiplin yang tinggi. Berikut ini sebait Pupuh Pucung yang menggambarkan pesan itu:

Bibi Anu

Lamun payu luas manjus

Antenge tekekang

Yatnain ngabe masui

Tiyuk puntul

Bawang anggen pasikepan

Artinya :

Bibi Anu menunjuk kepada semua umat manusia

Kalau mau mandi (Mandi berarti mencari bersih atau suci/kesucian diri)

Rajin yang erat/kuat (Harus memiliki disiplin yang tinggi)

Waspada terhadap musuh (Merujuk pada musuh dalam diri)

Jangan gunakan kecerdasan untuk membodohi dan menipu orang lain

Gunakan kebijaksanaan dan welas asih dalam melakukan sesuatu.

Berita Terkini Lainnya