4 Bait Tembang Bali yang Menyelipkan Pesan Kehidupan, Biar Bijaksana
Budaya Bali memang gak ada habisnya untuk dibicarakan
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Budaya Bali memang gak ada habisnya untuk dibicarakan. Setiap budaya yang diwariskan selalu mengandung nilai-nilai yang relevan dengan kehidupan. Satu di antaranya tembang Bali jenis pupuh atau biasa disebut tembang macepat.
Tembang Bali dibedakan menjadi empat yakni sekar rare (Lagu anak), sekar alit (Tembang macepat), sekar madya (Kidung), dan sekar agung (Wirama atau cerita tentang kepahlawanan). Nah, pada jenis tembang macepat biasanya menyelipkan pesan-pesan tentang kehidupan yang dijadikan sebagai pegangan dalam berperilaku di masyarakat.
Pada pupuh atau tembang macepat ini, seseorang biasanya bisa membuat bait-bait baru, asal berpatokan pada aturan yang sudah menjadi pakemnya. Sehingga setiap bait yang ditulis tentu memiliki makna berbeda, sesuai dengan maksud dan interpretasi penulisnya.
Namun selama ini sudah ada beberapa bait tembang Bali yang terkenal dan memiliki arti mendalam. Berikut di antaranya:
Baca Juga: 4 Pesan Bijak Tetua Bali yang Tidak Boleh Kamu Lupakan
1. Bait Pupuh Ginada menyelipkan pesan, bahwa jangan cepat berpuas diri karena dalam hidup harus terus belajar
Satu bait Pupuh Ginada terkenal mengajarkan kita jangan merasa diri paling pintar. Sebab semakin banyak belajar, kita akan merasa banyak juga yang belum kita ketahui. Ilmu pengetahuan itu luas dan tidak akan pernah ada habisnya untuk dipelajari. Berikut ini bait Pupuh Ginada yang menyelipkan pesan tersebut:
Eda ngaden awak bisa
Depang anake ngadanin
Geginane buka nyampat
Anak sai tumbuh luu
Ilang luu buke katah
Yadin ririh
Enu liu peplajahan
Artinya:
Jangan pernah menilai diri pintar/bisa
Biarkan orang lain yang menilai
Ibarat kebiasaan menyapu
Sampah akan selalu ada
Kalaupun sampah habis, masih ada debu yang tetap berkeliaran
Biarpun merasa pintar
Masih banyak yang harus dipelajari.