TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Dampak Buruk Anak Tidak Dapat Edukasi Seksual, Bisa Fatal!

Sekali lagi, hal ini bukan tabu untuk dibahas

Foto hanya ilustrasi. (Pexels.com/C Technical)

Anggapan bahwa edukasi seksual merupakan hal tabu tampaknya masih menjamur di kalangan orangtua, khususnya di Indonesia. Hal ini mengakibatkan sebagian besar anak tumbuh tanpa pengetahuan seksual dasar, yang seharusnya menjadi tanggung jawab orangtua mereka.

Padahal pendidikan seksual sangat dibutuhkan anak agar dia memahami akan anggota tubuhnya sendiri, khususnya organ reproduksi, fungsi dan cara menjaga kesehatannya. Minimnya edukasi seksual dapat membawa dampak buruk, di antaranya sebagai berikut.

Baca Juga: Selalu Waspada! Ini 5 Penyebab Terjadinya Kekerasan Seksual

Baca Juga: 15 Bentuk Kekerasan Seksual dan Artinya Versi Komnas Perempuan 

1. Berisiko terjebak dalam pelecehan seksual yang bisa dilakukan oleh siapa saja

Pexels.com/Rodnae Production

Kasus pelecehan seksual pada anak kerap dilakukan oleh orang-orang terdekat seperti tetangga, kakek, paman, ayah tiri, bahkan ayah kandung. Korban jarang ada yang melapor karena diiming-imingi sejumlah uang atau diancam oleh pelaku.

Sebagian besar korban tidak menyadari bahwa apa yang menimpa mereka adalah bentuk  kekerasan seksual. Maka di sinilah peran edukasi seksual sangat dibutuhkan, agar anak memahami apa yang dialaminya.

Edukasi seksual pada anak-anak dimulai dengan menjelaskan bagian-bagian tubuh mana saja yang boleh dan tidak boleh dipegang. Jadi, jika suatu saat si anak mengalami pelecehan seperti dipegang di daerah intimnya, dia langsung tahu bahwa itu salah dan segera melapor ke orangtua. Hal ini akan membuat anak tidak terus terjebak dalam pelecehan seksual.

Baca Juga: Pastikan 5 Hal Ini Sebelum Spill Kasus Kekerasan Seksual di Medsos  

2. Anak tidak mengenali organ tubuhnya sendiri dan bingung dalam mengambil sikap, terutama saat memasuki masa pubertas

Pexels.com/Andrea Piacquadio

Masih banyak orangtua yang tidak mengenalkan organ-organ reproduksi kepada anak-anaknya, khususnya pada saat memasuki masa pubertas. Masa pubertas dinilai sangat penting dalam perkembangan anak menuju dewasa, sehingga peran orangtua sangatlah dibutuhkan.

Pengetahuan dasar mengenai ciri-ciri pubertas seperti menstruasi pada perempuan, mimpi basah pada laki-laki, perubahan hormon yang akan mengubah kondisi tubuhnya seperti tumbuh rambut halus di area tertentu, tumbuh jerawat dan pertumbuhan payudara adalah hak setiap remaja. Terlebih pada remaja perempuan yang sudah mendapatkan menstruasi pertamanya. Pengetahuan tentang cara menjaga kebersihan daerah kewanitaan harus diberikan untuk menjaga kesehatan alat reproduksi sebagai investasi di masa depan.

3. Rasa penasaran akan seks membuat anak mencari jawabannya ke sumber yang kurang tepat

Pexels.com/Tim Samuel

Rasa penasaran yang tinggi terhadap seks umumnya dialami oleh para remaja. Adanya  paparan adegan romansa di film dan pengaruh lingkungan pergaulan membuat rasa keingintahuan mereka semakin memuncak. Hal ini semakin mendorong mereka untuk mencari tahu lebih jelas dan detail.

Nah, proses pencarian ini akan berbahaya jika tak didampingi orangtua. Pasalnya, mereka bisa mendapatkan informasi namun hanya setengah-setengah. Mereka mendapatkan informasi mengenai aktivitas seksual dari internet, namun tak mengetahui dampak dari aktivitas tersebut.

4. Rentan terjebak perilaku seks bebas

Unsplash.com/Charles Deluvio

Paparan konten dewasa yang bersumber dari internet akan membuat para remaja semakin penasaran. Perasaan itu bisa mendorong hasrat seksual mereka dan keinginan untuk mencoba seks seperti yang ditayangkan dalam film dewasa. Terlebih jika lingkungan pergaulan mendukung untuk itu, bukan tak mungkin mereka akan terjerumus dalam seks bebas.

Verified Writer

Lula Lula

you can reach me on my IG @lulumaryamah23

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Berita Terkini Lainnya