Krisna Menangis, Was-was Anaknya Tak Diterima di SMP Negeri Denpasar

Banyak warga yang masih bingung soal PPDB

Denpasar, IDN Times - Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) di Denpasar meninggalkan sejumlah keluhan. Banyak orangtua siswa yang masih bingung dengan sistem zonasi kali ini meski sudah masuk tahap verifikasi faktual.

1. Masih banyak orangtua yang mengadu ke Rumah Pintar

Krisna Menangis, Was-was Anaknya Tak Diterima di SMP Negeri DenpasarIDN Times/Imam Rosidin

Kebingungan tersebut nampak terlihat saat puluhan orangtua siswa yang mendatangi Rumah Pintar di Jalan Kamboja Denpasar, Kamis (27/6). Mereka mengeluh, mengadu, dan menumpahkan kekesalannya.

Sedari pagi, pantauan di lokasi banyak orangtua siswa berdatangan. Mereka ada yang belum mengerti, dan ada yang mengadu karena sistem ini dianggap membebaninya. Mulai dari tidak bisa kerja hingga pusing memikirkan bagaimana anaknya bisa masuk ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) negeri.

2. Wayan Krisna mengadu sambil meneteskan air mata

Krisna Menangis, Was-was Anaknya Tak Diterima di SMP Negeri DenpasarIDN Times/Sukma Sakti

Wayan Krisna datang ke Rumah Pintar bersama anaknya yang kala itu mengenakan seragam putih merah Sekolah Dasar (SD). Ia meneteskan air mata saat bertanya ke seorang petugas.

Krisna mengaku anaknya yang hendak masuk ke SMPN 7 Denpasar sudah diterima oleh sistem pendaftaran. Namun saat verifikasi faktual di sekolah tujuan, ternyata alamatnya bergeser sekitar 150 meter. Alhasil, sang anak kemungkinan besar tak akan lolos di sekolah tersebut karena jarak antara rumah dan sekolah sudah lewat.

3. Keliru menunjuk titik koordinat, jarak rumahnya ada pergeseran jauh dari sekolahnya

Krisna Menangis, Was-was Anaknya Tak Diterima di SMP Negeri DenpasarANTARA FOTO/Galih Pradipta

Kesalahan memasukkan koordinat rumah tersebut bukan karena disengaja. Saat pengambilan token, ia salah menunjuk titik koordinat sehingga rumahnya menjadi lebih dekat dari sekolah. Namun, saat diverifikasi ulang, ada pergeseran jarak.

"Saat membuat token kita disuruh buat titik koordinat. Saya punya rumah memang dekat sekali. Akhirnya saya keterima. Kemudian saat verifikasi faktual saya menjadi agak di luar atau tak diterima," katanya di Rumah Pintar, Kamis (27/6).

4. Ia masih khawatir, berharap bisa masuk lewat zonasi kawasan

Krisna Menangis, Was-was Anaknya Tak Diterima di SMP Negeri DenpasarANTARA FOTO/Galih Pradipta

Sadar tidak akan lolos di jalur zonasi jarak, ia berniat mendaftarkan anaknya melalui zona kawasan. Namun saat ia mencoba token untuk masuk ke situs pendaftaran ternyata terkunci dan keterangannya masih lulus di SMPN 7 Denpasar. Ia khawatir apakah token tersebut bisa digunakan pada esok saat mendaftar zona kawasan.

"Akhirnya kami memilih zona kawasan. Yang saya tanyakan apakah token saya bisa dibuka pagi untuk mendaftar di zona kawasan. Terkunci karena dalam sistem sudah diterima," kata dia.

Baca Juga: Tak Lolos PPDB Jarak, Calon Siswa SMP Bisa Pilih Zonasi Wilayah

5. Kecewa dengan sistem PPDB tahun ini, padahal NEM anaknya terbilang tinggi

Krisna Menangis, Was-was Anaknya Tak Diterima di SMP Negeri DenpasarIDN Times/Imam Rosidin

Ia mengaku kecewa dengan PPDB tahun ini. Sosialisasi menurutnya tak sampai di telinga orangtua. Ia sendiri masih was-was apakah anaknya bisa diterima di zona kawasan besok. Padahal, menurutnya anaknya terbilang pintar dan memiliki NEM yang tinggi. Namun menjadi percuma karena nilai tersebut tak digunakan.

"Harusnya pemerintah memberikan pembelajaran jauh-jauh hari terkait ini. Saya awam juga terkait teknologi," keluhnya.

6. Sosialisasi harusnya jauh-jauh hari

Krisna Menangis, Was-was Anaknya Tak Diterima di SMP Negeri DenpasarIDN Times/Imam Rosidin

Di tempat yang sama, seorang warga lain bernama Gede Pasek asal Pemecutan, Denpasar, datang untuk memberi masukan. Menurutnya, ia mendukung saja setiap kebijakan dari pemerintah. Hanya saja sosialisasi harus benar-benar dilakukan hingga menyentuh ke masyarakat bawah.

Dari pengamatannya sebagai Kepala Lingkungan, banyak warganya yang mengeluh dan tak tahu bagaimana sistem PPDB kali ini. Antara masyarakat satu dengan lainnya mendapatkan informasi simpang siur.

"Masalah ini tak jelas di masyarakat soal sistem ini. Masyarakat dituntut agar rajin bertanya. Tapi kita lihat masih banyak masyarakat di bawah tak paham tentang hal ini dan bingung," ungkapnya.

PPDB kali ini menurutnya sangat menyita waktu dan tenaga orangtua. Belum lagi ada pengunduran waktu seperti saat pendaftaran zonasi jarak hari pertama yang mundur lima jam. Juga pengunduran pendaftaran zonasi wilayah selama satu hari. Menurutnya, pemerintah belum siap menjalankan PPDB tahun ini.

"Mereka korban waktu. Sampai token saja harus dua hari. Ini lagi diundur kan artinya tak ada kesiapan. Kacau balau di Denpasar," kata dia di hadapan petugas.

Baca Juga: Tahun Depan, PPDB Harus Akomodasi Siswa dengan NEM Tertinggi

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya