Bikin Benih Gumitir, Mahasiswa Pertanian Unud Raih Emas di Taiwan

Mantap! Selamat ya dan semangat berjuang di Thailand

Denpasar, IDN Times – Tiga orang mahasiswa Universitas Udayana Fakultas Pertanian, I Putu Yudhi Arta Wijayakusuma (20) Program Studi Agribisnis, dan dua rekannya Mazroatul Khusni (20), serta Claudia Angel Marpaung (20) Program Studi Agroekoteknologi menggondol medali emas (Gold Medal) dalam lomba International Invention & Design EXPO, yang berlangsung tanggal 6 hingga 8 Desember 2019 lalu di Kaohsiung, Taiwan. Kira-kira apa ya inovasinya?

1. Angkat soal benih lokal yang mulai sedikit digunakan oleh petani Bali untuk produk budidaya

Bikin Benih Gumitir, Mahasiswa Pertanian Unud Raih Emas di TaiwanDok.IDN Times/Istimewa

Yudhi menjelaskan, idenya mengangkat masalah benih dalam karya ilmiah berjudul Bali Local Seeds Bank: Eco-Friendly And Conservation Inovation For Saving Local Seeds ini, lantaran selama ini petani banyak menggunakan benih GMO (Genetically Modified Organism) dan hybrid, dari yang awalnya menggunakan benih lokal.

“Banyak yang beralih ke benih-benih GMO dan hybrid. Budaya inilah yang menyebabkan benih-benih lokal khususnya di Bali semakin menghilang. Nah, Jadi kami di sini memiliki inovasi yang namanya Bali Local Seeds Bank: Eco-Friendly And Conservation Inovation For Saving Local Seeds. Jadi sebenarnya sudah beberapa kali ikut perlombaan,” jelasnya, Minggu (5/1).

Keunggulan benih lokal ini, ternyata dapat dibudidayakan lagi. Berbeda dengan benih GMO dan hybrid, yang hanya bisa dipakai sekali. Harapannya, petani tidak lagi bergantung dengan benih pabrikan. Jika banyak petani yang menggunakan benih lokal, maka kemandirian benih akan lebih mudah dicapai.

Karya yang dibimbing oleh dosen dr I Gede Setiawan Adi Putra tersebut diusung ke Taiwan dan berhasil menggondol medali emas. Mereka juga mendapatkan sertifikat penghargaan dari Kementerian Science Technology and Research Sri Lanka, setelah bertarung melawan 500 peserta dari 26 negara.

Sebelumnya, mereka mengikuti beberapa lomba karya ilmiah di Universitas Negeri Solo tahun 2018, dan Universitas Brawijaya Malang 2018. Tiga mahasiswa ini lantas mengikuti lomba di Taiwan bulan November 2019 lalu, dan akan berlanjut di Thailand Inventor’s Day Februari 2020.

2. Selain bunga gumitir (Bunga Tahi Ayam), mereka mengembangkan benih lokal yang berkaitan dengan keagamaan

Bikin Benih Gumitir, Mahasiswa Pertanian Unud Raih Emas di TaiwanDok.IDN Times/Istimewa

Mereka bersama tim melakukan pengadaan benih lokal. Lalu didistribusikan ke petani, akademisi dan masyarakat umum. Pendistribusian ini dilakukan dengan sosial preneur, jadi tidak hanya berpandang pada aspek bisnis, namun juga sosial.

“Pergeseran budaya, kami mencoba mengonservasi benih lokal. Dengan mengumpulkan beberapa benih lokal dari petani dan lembaga swadaya masyarakat. Nah setelah adanya benih lokal tersebut, mulai dibudidayakan di kebun percobaan Fakultas Pertanian pada Oktober 2018 lalu. Luasan sekitar satu are,” terang Yudhi.

Secara aspek bisnis, keuntungan akan dibagi menjadi tiga. Yaitu 25 persen untuk ekspansi sosial di antaranya pemanfaatan Bali Local Seeds Bank dan research. Sedangkan masyarakat umum menjadi media dan info dasar bercocok tanam, serta untuk kesediaan benih bagi petani yang dibagikan secara gratis.

“Benih lokal ini merupakan local wisdom kita. Yang kedua karena adanya Peraturan Gubernur kemarin (Pergub Nomor 99 Tahun 2018 Tentang Pemasaran dan Pemanfaatan Produk Pertanian, Perikanan dan Industri Lokal Bali), setiap hotel dan pariwisata harus memanfaatkan produk-produk lokal. Dan satu faktor pendukungnya, benih lokal itu sendiri,” ujarnya.

Selain berhasil mengembangkan benih lokal bunga gumitir, ada benih yang berkaitan dengan aspek keagamaan. Seperti mentimun, pisang kayu, sayuran hijau, dan sawi. Namun yang berhasil mereka kembangkan masih benih mentimun. Sejauh ini pihaknya mengupayakan sertifikasi benih dari Kementerian Pertanian Republik Indonesia.

3. Mereka tetap mengangkat isu soal benih di Thailand

Bikin Benih Gumitir, Mahasiswa Pertanian Unud Raih Emas di TaiwanDok.IDN Times/Istimewa

Menjelang lomba di Thailand pada 2 sampai 6 Februari 2020 mendatang, Yudhi mengaku sudah siap. Materi yang bakal diangkat juga masih seputar potensi benih lokal, yang bakal dikombinasi dengan teknologi.

“Kami ini nglakuinnya dengan sustainable agriculture dan mengarah ke pertanian organik. Jadi untuk benihnya sendiri sudah kami siapkan. Terus nanti kami punya pola dari Bali Local Seeds Bank ini untuk menyelamatkan benih lokal,” jelas Yudhi.

Timnya tetap akan mengangkat benih lokal ini karena berhubungan dengan keperluan keagamaan sustainable agriculture. Apalagi ajang Internasional Local Wisdom begitu menarik untuk diperbincangkan dalam forum.

“Karena generasi millennial di sektor pertanian tuh sudah semakin menipis dan mengalami degradasi. Sebenarnya pertanian itu gak selalu tentang hal yang berbau kotor. Tapi dengan inovasi dan kreativitas, kita bisa mengubah pertanian menjadi hal menarik dan bernilai ekonomi tinggi,” katanya.

Baca Juga: Menteri Yasin Ingin Ubah Image Petani yang Kusut dan Berkeringat

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya