10 Bahasa Bali Tentang Kegiatan Adat di Masyarakat
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Masyarakat Bali dikenal memiliki beragam kegiatan yang berkaitan dengan adat istiadat. Kegiatan ini biasanya dilakukan secara bersama-sama oleh masyarakat desa atau banjar setempat. Masing-masing kegiatan adat ini memiliki istilah tersendiri dalam Bahasa Bali.
Jika kamu sedang berada di Bali atau tinggal di Bali, wajib mengetahui istilah-istilah yang berhubungan dengan kegiatan adat masyarakat di Bali. Yuk, simak penjelasannya berikut ini!
Baca Juga: Apa itu Cecimpedan Bahasa Bali, Contoh dan Jawabannya
1. Sangkep Bahasa Indonesianya rapat
Dalam kegiatan adat, rapat atau sangkep selalu dilaksanakan secara rutin. Biasanya diadakan di balai banjar, balai desa, atau pura. Peserta rapat atau sangkep resmi wajib menggunakan pakaian adat Bali (pakaian adat madya).
2. Ngayah artinya kerja bakti atau gotong royong
Dalam kegiatan adat di Bali, kamu akan sering mendengar kata ngayah. Ngayah dilandasi oleh semangat gotong royong secara tulus, dan ikhlas dalam kegiatan adat maupun membantu sesama masyarakat. Ngayah biasanya dilakukan saat upacara di pura, rumah, waupun kegiatan lainnya.
3. Mapatung sama dengan patungan atau iuran
Mepatung lebih sering dihubungkan dengan Hari Penampahan Galungan. Mepatung dilakukan oleh masyarakat yang urunan atau bersama-sama membeli seekor babi. Nantinya, babi ini disembelih dan dipotong-potong secara merata kepada warga yang ikut mepatung.
4. Catus Pata artinya perempatan utama yang ada di desa
Catus Pata tidak terlepas dari kegiatan adat desa. Sebagian besar kegiatan seperti mecaru (upacara persembahan kepada kekuatan atau unsur negatif atau Bhuta Kala), tradisi-tradisi tertentu, dan kegiatan lainnya dilaksanakan di Catus Pata atau perempatan utama desa. Masing-masing desa akan menentukan perempatan yang dianggap sebagai Catus Pata, untuk menyelenggarakan upacara tersebut.
5. Pisaga Bahasa Indonesianya tetangga
Setiap masyarakat pasti memiliki tetangga di sekitar rumahnya. Biasanya dalam kegiatan adat yang dilakukan oleh masyarakat akan berkaitan dengan pisaga atau tetangga sekitarnya. Misalnya ada kedukaan di rumah masyarakat.
Maka, tetangga dekatnya juga akan terkena kasebelan (istilah untuk orang uang tidak diperbolehkan masuk area pura atau bersembahyang ke pura, karena sedang ada keluarga meninggal atau keadaan lainnya).
6. Mebat artinya membuat hidangan secara gotong royong atau bersama-sama
Mebat merupakan kegiatan ngayah atau gotong royong. Mebat biasanya dilakukan saat ada upacara tertentu, entah itu di pura atau rumah. Masyarakat akan secara bergotong royong membuat hidangan untuk persembahan upacara maupun dikonsumsi. Saat mebat, mereka wajib membawa alat-alat mebat seperti pisau, blakas (pisau yang lebih besar, mirip golok), dan golok.
7. Mapatus artinya urunan untuk dana tertentu
Masyarakat adat akan mapatus untuk keadaan tertentu. Biasanya mapatus dilakukan ketika ada masyarakat yang meninggal. Masing-masing masyarakat di banjar adat akan mengeluarkan barang atau dana dengan jumlah yang telah ditentukan. Patus ini nantinya disetor kepada perangkat banjar, kemudian diserahkan kepada keluarga yang sedang berduka.
8. Mapeed artinya beriringan secara bersama-sama sambil membawa sarana persembahan
Kamu sering melihat iring-ringan masyarakat Bali yang membawa sarana persembahan seperti foto di atas. Kegiatan inilah yang disebut dengan mapeed. Para perempuan akan merias dirinya dan memakai pakaian yang seragam.
Mereka tidak hanya berjalan beriringan, tetapi juga harus membawa sarana upacara/banten/gebogan yang dibawa di atas kepalanya atau nyuun banten.
9. Kena dosan artinya kena denda
Dalam suatu kegiatan adat, masing-masing banjar memiliki ketentuan tersendiri dengan kehadiran masyarakatnya. Misalnya dalam kegiatan sangkep atau rapat atau kegiatan gotong royong. Jika ada yang tidak hadir, maka masyarakat tersebut terkena denda atau kena dosan. Denda ini wajib dibayar pada sangkep bulan berikutnya.
10. Makemit artinya kegiatan untuk menginap di pura untuk tujuan tertentu
Masyarakat melakukan makemit secara bergantian untuk menjaga lingkungan pura di setiap malam. Selain itu, makemit juga dapat diartikan bermalam saat mengunjungi pura. Misalnya, saat mengunjungi Pura Mandhara Giri Semeru Agung di Lumajang, Jawa Timur. Setelah bersembahyang, umat Hindu akan bermalam di pura tersebut.
Kegiatan-kegiatan adat masih tetap lestari hingga saat ini. Walaupun hidup di kota dan modern, namun masyarakat Bali masih memegang teguh adat istiadatnya. Mereka melakukan penyesuaian dengan mengikuti perkembangan zaman.
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.