TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Belajar Bahasa Bali Kruna Polah dan Contohnya

Kruna polah itu artinya kata imbuhan, guys. Belajar yuk

ilustrasi seseorang menggunakan laptop (unsplash.com/Christin Hume)

Bahasa Balinya kata adalah kruna. Bahasa Bali terdapat berbagai jenis kruna, satu di antaranya dibagi menurut cara pembentukan katanya.

Kruna ini terdiri dari kruna lingga (kata dasar), kruna tiron (kata jadi/kata yang sudah berimbuhan), kruna polah (kata berimbuhan yang berubah bentuk), kruna dwi lingga (kata ulang), dan kruna satma atau kata majemuk. Kali ini yang akan dibahas dalam tulisan ini adalah kruna polah. Berikut ini Bahasa Bali kruna polah.

Baca Juga: 10 Lagu Rock Bahasa Bali, Cocok Untuk Menemani Kerja

Baca Juga: 10 Bahasa Bali Berkaitan Sepak Bola, Sederhana Kok

1. Makna kruna polah

Foto ilustrasi belajar. (freepik.com/freepik)

Kruna polah berasal dari kruna lingga atau kata dasar yang telah mendapatkan imbuhan. Imbuhan yang dimaksud adalah mendapatkan awalan atau pengater yang disebut dengan anusuara. Anusuara, dalam Bahasa Indonesia disebut dengan suara nasal atau suara yang berasal dari hidung.

Setelah mendapatkan anusuara, bentuk katanya akan berubah menyesuaikan dengan anusuara-nya. Imbuhan yang termasuk dalam anusuara adalah ny, m, n, dan ng.

Tidak semua kata bisa mendapatkan anusuara. Hanya kata-kata dengan huruf awal berikut saja yang dapat menjadi kruna polah yaitu j, c, s, p, b, w, t, d, k, g, h, dan semua huruf vokal.

2. Awalan atau pengater ny

Foto hanya ilustrasi. (Pexels/Kaboompics .com)

Kruna polah dengan anusuara ny juga disebut dengan nama kruna polah talawia. Awalan atau pengater ny hanya digunakan untuk tiga huruf yang menjadi huruf awal suatu kata yaitu j, c, dan s. Contoh penggunaan anusuara ny sebagai berikut:

  • Juang menjadi nyuang (mengambil)
  • Jaljal menjadi nyaljal (memaki atau bertengkar)
  • Jagur menjadi nyagur (memukul)
  • Jagjag menjadi nyagjag (mendekati atau datang mendekat)
  • Jaring menjadi nyaring (menyaring)
  • Jambak menjadi nyambak (menjambak)
  • Jemak menjadi nyemak (mengambil)
  • Jait menjadi nyait (menjahit)
  • Jaga menjadi nyaga (menjaga)
  • Jemuh menjadi nyemuh (menjemur)
  • Cacad menjadi nyacad (mengejek atau menghina)
  • Cacah menjadi nyacah (memotong menjadi bagian kecil-kecil)
  • Cakcak menjadi nyakcak (memukul berkali-kali)
  • Campur menjadi nyampur (mencampur)
  • Cawis menjadi nyawis (menjawab)
  • Sopin menjadi nyopin (menyuapi)
  • Sampat menjadi nyampat (menyapu)
  • Silih menjadi nyilih (meminjam)
  • Sikut menjadi nyikut (memukul pakai siku tangan)
  • Simpen menjadi nyimpen (menjadi menyimpan)
  • Suahin menjadi nyuahin (menyisir)
  • Sambung menjadi nyambung (menyambung).

3. Awalan atau pengater m

foto ilustrasi sedang belajar (pexels.com/Liza Summer)

Kruna polah dengan anusuara m juga disebut dengan nama kruna polah ostia. Awalan atau pengater m hanya bisa digunakan untuk tiga huruf yang menjadi huruf awal suatu kata yaitu p, b, dan w. Contoh penggunaannya:

  • Pragatang menjadi mragatang (menyelesaikan)
  • Pesu menjadi mesu (keluar)
  • Pireng menjadi mireng (mendengarkan)
  • Panting menjadi manting (mencuci)
  • Payasin menjadi mayasin (merias)
  • Penek menjadi menek (naik)
  • Pedih menjadi medih (marah)
  • Bubut menjadi mubut (mencabut)
  • Bongkar menjadi mongkar (membongkar)
  • Bungkus menjadi mungkus (membungkus)
  • Wales menjadi males (membalas)
  • Wetu menjadi metu (keluar).

4. Awalan atau pengater n

ilustrasi belajar (Pixabay/klimkin)

Kruna polah dengan anusuara n juga disebut dengan nama kruna polah dantia. Awalan atau pengater n hanya bisa digunakan untuk dua huruf yang menjadi huruf awal suatu kata yaitu t dan d. Contoh penggunaan anusuara n sebagai berikut:

  • Tegul menjadi negul (mengikat)
  • Tingting menjadi ningting (mengangkat)
  • Timpalin menjadi nimpalin (menemani)
  • Tingalin menjadi ningalin (melihat)
  • Tolih menjadi nolih (menengok)
  • Tembus menjadi nembus (menembus)
  • Telahang menjadi nelahang (menghabiskan)
  • Tagih menjadi nagih (menagih)
  • Tebih menjadi nebih (memotong)
  • Takonin menjadu nakonin (bertanya)
  • Tumpuk menjadi numpuk (menumpuk)
  • Dingeh menjadi ningeh (mendengarkan);
  • Dongsok menjadi nongsok (mendorong)
  • Daldal menjadi naldal (memukul berkali-kali).

Verified Writer

Ari Budiadnyana

Menulis dengan senang hati

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Berita Terkini Lainnya