3 Privilege yang Dimiliki Anak-Anak Generasi 2000-an Awal

Kelahiran 2000, 2001, 2002 pasti ikut ngerasain!

Seiring bertambahnya waktu, kehidupan ini akan terus berjalan. Sehingga tiap manusia di dunia hendaknya menyesuaikan dengan keadaan yang tak bisa diubah itu. Tiap generasi dari kehidupan manusia tentu mempunyai cerita yang berbeda-beda. Cerita kehidupan pada zaman dahulu, sekarang, bahkan di masa depan, tentu tidak akan sama. Pasti keunikan yang menyangkut kebiasaan serta pola pikir manusia yang hidup di zaman-zaman tersebut, tak terkecuali bagi siapa pun yang terlahir di tahun 2000-an awal.

Privilege, mendengar kata itu saja mungkin terasa seperti sesuatu yang menguntungkan bagi siapa pun yang memilikinya, serupa dengan mereka yang terlahir pada tahun 2000-an awal. Ada sebuah ‘keunikan’ yang mungkin hanya dimiliki dan dirasakan oleh mereka di dalam perjalanan hidupnya. Kalau pengin tahu, yuk, kita lihat sama-sama!

Baca Juga: 10 Frasa Baru yang Lahir dari KPop, Sudah Tahu Artinya?

Baca Juga: Viral Video Paus Beluga Suka Cilukba Anak Kecil

1. Terkena cipratan anak-anak kelahiran tahun 90-an

3 Privilege yang Dimiliki Anak-Anak Generasi 2000-an Awalilustrasi anak-anak kecil sedang bermain bersama (pixabay.com/sasint)

Berbicara soal kehidupan, otak kita seolah tidak pernah menghapus ingatan tentang betapa membahagiakannya kehidupan masa kecil yang dialami anak-anak kelahiran tahun 90-an. Tentu kita tidak asing dengan permainan petak umpet, maling dan polisi, kelereng, lompat tali karet, congklak, bola bekel, sampai engklek. Namun di satu sisi, kita juga enggan melupakan nama-nama seperti Peterpan, Letto, D’Masiv, Gigi, Cherrybelle, Sm#sh, sampai Kuburan Band yang bahkan setiap saat kita sampai harus membeli kaset CD untuk bisa mendengar musik-musiknya.

Kehidupan pada masa itu bisa dibilang segala sesuatunya tidak mudah. Menggunakan ponsel juga terbatas hanya SMS dan telepon, tidak ada yang namanya tethering atau numpang WiFi, internet 3G juga sudah dapat dibilang sangat cepat, mengirim file masih dengan bluetooth, yang saat proses mengirimnya harus mendekatkan dua ponsel agar dapat terkirim dengan lebih cepat.

Meskipun semua itu terlihat sulit dan terasa tak dapat dijumpai lagi di zaman sekarang, tetapi hal semacam itulah menyebabkan masa kecil anak-anak kelahiran tahun 90-an menjadi memorable dan tak akan pernah terlupakan.

Lantas apa kaitan itu semua dengan anak-anak kelahiran tahun 2000-an awal? Mereka yang terlahir di tahun-tahun itu masih sempat merasakan kehidupan yang dialami anak-anak kelahiran tahun 90-an sebelum era digitalisasi menyerang. Mereka masih ikut merasakan betapa bahagianya kehidupan di masa-masa itu.

2. Tidak terlalu muda dipanggil sebagai anak 90-an, dan tidak terlalu tua saat disejajarkan dengan anak generasi sekarang

3 Privilege yang Dimiliki Anak-Anak Generasi 2000-an Awalilustrasi sekelompok pemuda sedang ber-selfie (pixabay.com/Tungnguyen22)

Kehidupan masa kecil anak-anak kelahiran tahun 90-an pasti tidak jauh-jauh dari hubungan mereka dengan orang lain secara langsung. Mereka sering bermain dan bersosialisasi, menghabiskan waktu bersama dengan orang lain tanpa media penghubung apa pun. Bahkan bisa dikatakan, pola pikir anak-anak kelahiran tahun 2000-an awal tidak jauh berbeda dengan pola pikir anak-anak kelahiran tahun 90-an. Sehingga mereka seolah terlihat tak ada sekat saat bersosialisasi dan mampu membaur satu sama lain.

Berbeda dengan cara bersosialisasi anak muda di zaman sekarang. Mereka lebih sering menggunakan media lain hanya untuk bisa bersosialisasi atau mendapat perhatian dari orang lain. Tak dapat dipungkiri kalau itu semua juga merupakan efek dari perkembangan zaman dan teknologi yang terus maju.

Saat ini, anak-anak kelahiran tahun 2000-an awal sudah menginjak umur sekitar 21 sampai 23 tahun. Namun dalam segi paras dan penampilan, banyak dari mereka yang masih terlihat tidak terlalu tua jika disejajarkan dengan anak-anak yang lebih muda daripada mereka. Dalam hal ini, bisa dikatakan kalau anak-anak kelahiran tahun 2000-an awal ‘tidak kalah saing’ dengan anak-anak muda di zaman sekarang. Pede aja dulu, iya kan?

3. Tahun 2017, 2018, 2019 adalah kebahagiaan. Sedangkan 2022, 2023 adalah kesedihan

3 Privilege yang Dimiliki Anak-Anak Generasi 2000-an Awalilustrasi orang yang sedih (pixabay.com/vdnhieu)

Pernah melihat postingan di TikTok atau Instagram yang menayangkan sebuah video kalau sekitar tahun 2017, 2018, 2019 menunjukkan sebuah gambaran kehidupan yang menyenangkan. Sedangkan di tahun 2022, 2023 justru menunjukkan sesuatu yang tak jauh dari rasa sedih, depresi, hingga kesepian. Selain sebab pandemik COVID-19 yang sempat mengubah kebiasaan hidup masyarakat Indonesia, satu alasan yang mungkin menyebabkan hal itu adalah karena anak-anak generasi 2000-an awal sudah mulai menginjak fase terberat dalam hidup mereka, menjadi dewasa. Di saat yang bersamaan, anak muda di zaman sekarang sudah semakin berkembang dalam hal pola pikirnya, seiring semakin banyaknya informasi di tengah perkembangan teknologi yang melejit.

Kebanyakan dari anak-anak kelahiran tahun 90-an sampai 2000-an awal lebih sering memikirkan bagaimana menjalani hidup dengan bahagia. Meskipun pertengkaran, permusuhan, hingga perkelahian juga tak jarang terjadi di kalangan mereka, tetapi kalau sudah ‘berganti hari’, seolah itu semua mudah sekali hilang dari ingatan. Dengan kata lain, anak-anak pada zaman itu tidak berlarut-larut dalam memikirkan segala hal yang tidak membuat mereka bahagia. Lebih tepatnya mereka tidak peduli dengan itu semua.

Berbanding terbalik dengan anak muda zaman sekarang yang lebih aware dengan kejadian seperti itu, terlebih yang menyangkut kesehatan mental mereka. Meskipun di satu sisi hal itu baik, sebab mereka menjadi lebih peduli dan selalu ingin belajar untuk menjaga kesehatan mental, tetapi di lain sisi hal itu bisa menjadi bumerang di kehidupan mereka. Mereka yang terlalu berlebihan memikirkan segala sesuatunya dengan kesehatan mental, atau mereka yang tidak mampu memahami arti sebenarnya dari kesehatan mental, hanya akan kesulitan untuk menemukan kebahagian, berujung pada sebuah perasaan kesepian, stres, hingga depresi.

Jadi, di umur mereka yang sekarang, di zaman sekarang, anak-anak kelahiran tahun 2000-an awal, yang bisa dikatakan sebagai generasi terakhir dari anak-anak kelahiran tahun 90-an, mau tidak mau harus berhenti dengan pola pikir masa lalu mereka, yang semata hanya memikirkan soal kebahagiaan. Hal itu berbarengan dengan anak muda generasi sekarang yang sering menyelesaikan suatu masalah dengan masalah yang baru dengan pola pikir mereka. Oleh sebab itu, di tahun-tahun sekarang, seolah suasana kehidupan itu selalu dipenuhi dengan rasa sedih dibandingkan kebahagiaan.

Tulisan ini sama sekali tidak bermaksud untuk meninggikan atau merendahkan generasi kelahiran seseorang. Kelahiran adalah sesuatu yang bukan menjadi kehendak kita dan sepenuhnya datang dari Tuhan. Oleh sebab itu, semua orang di dunia ini pada dasarnya lahir di zaman atau tahun yang baik dan sesuai untuk diri kita masing-masing. Karena segala sesuatu yang datang dari Tuhan tidak akan memberikan keburukan bagi setiap yang diciptakan-Nya.

Sheinmu Ta Photo Community Writer Sheinmu Ta

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya