Pakai Sex Toys Bergantian Berisiko Menularkan IMS

Baca baik-baik dan pahami

Tabanan, IDN Times - Peningkatan kasus Infeksi Menular Seksual (IMS) dari waktu ke waktu masih menjadi permasalahan kesehatan yang sangat serius. Namun di satu sisi, kelompok rentan remaja yang memahami bagaimana IMS itu menular atau tidak, masih minim. Untuk itu, edukasi dini mengenai kesehatan reproduksi terhadap remaja, khususnya tentang IMS, dianggap penting.

Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tabanan, dr Ni Made Indah Puspasari SpKK FINSDV, termasuk aktif memberikan edukasi kesehatan reproduksi kepada remaja. Beberapa waktu lalu, ia memberikan edukasi mengenai IMS di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Kediri, Kabupaten Tabanan. Ada yang menarik nih dalam pembahasan ini, khususnya tentang penggunaan sex toys secara bergantian. Berikut ini ulasannya.

Baca Juga: Bayi yang Udelnya Bodong Berisiko Kekurangan Hormon Tiroid

Baca Juga: Sering Bergerak Mondar-mandir Jadi Gejala Awal Alzheimer

1. Banyak para pelajar tidak paham apa itu IMS

Pakai Sex Toys Bergantian Berisiko Menularkan IMSfoto hanya ilustrasi (Unsplash/Harli Marten)

Indah Puspasari berkesempatan menjadi pembicara acara pelaksanaan penyuluhan yang melibatkan tim PKMRS (Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit) RSUD Tabanan, dan mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Warmadewa yang melaksanakan stase Kedokteran Klinik Madya di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD Tabanan. Acara itu diadakan di aula SMAN 1 Kediri Tabanan, Rabu (2/11/2022) lalu.

Selama acara itu, Indah melihat kebanyakan para pelajar di sana tidak paham mengenai apa itu IMS. Nama penyakit maupun cara penularannya saja mereka belum tahu. Tentu saja edukasi IMS pada remaja menjadi penting.

Berdasarkan data profil kesehatan Kabupaten Tabanan, remaja yang mengalami Human Immunodeficiency Virus (HIV) sebanyak 1,2 persen. Sedangkan remaja yang mengalami Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) sebanyak 15,9 persen. Menurut hasil laporan dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017, sekitar 8 persen laki-laki dan 2 persen perempuan rentang usia 15 sampai 24 tahun mengakui pernah berhubungan seksual sebelum menikah. Data ini  menjadikan kelompok usia remaja sangat rentan mengalami IMS.

2. Sex toys yang terkontaminasi dan dipakai secara bergiliran berisiko tularkan IMS

Pakai Sex Toys Bergantian Berisiko Menularkan IMSilustrasi penggunaan sex toy (unsplash.com/We-Vibe toys)

Indah Puspasari menjelaskan, IMS merupakan infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri, parasit, protozoa, dan jamur yang ditularkan melalui hubungan seksual. IMS semakin berisiko apabila melakukan hubungan seksual secara berganti-ganti pasangan baik melalui vagina, oral, maupun anal. Terlebih, kalau tidak menggunakan pengaman seperti kondom.

"Pengaman seperti kondom memang tidak 100 persen aman dari infeksi IMS. Tetapi efektif untuk mencegah penularan IMS," ujarnya, Selasa (8/11/2022).

Selain hubungan seksual yang berganti-ganti pasangan dan tanpa pengaman, IMS juga bisa menular melalui jarum suntik yang terkontaminasi, dari ibu ke anak yang dikandung, pemakaian sex toys, melalui cairan tubuh (darah, cairan vagina, sperma, saliva), serta alat mandi seperti handuk yang terkontaminasi.

"Untuk jarum suntik dan sex toys biasanya yang terkontaminasi dan dipakai secara bergiliran," jelas Indah Puspasari.

Beberapa penyakit yang termasuk dalam IMS adalah:

  • Penyebabnya bakteri kemungkinan terjadi gonore, klamidiosis, sifilis, ulkus mole, granuloma inguinale
  • Penyebabnya virus kemungkinan terjadi HIV/AIDS, herpes genitalis, kondiloma akuminata, hepatitis virus, moluskum kontangiosum
  • Penyebabnya adalah protozoa kemungkinan mengalami trikomoniasis
  • Penyebabnya adalah jamur kemungkinan mengalami kandidiasis
  • Penyebabnya parasit kemungkinan mengalami pedikulkosis pubis dan skabies.

3. Pengobatan dan pencegahan IMS

Pakai Sex Toys Bergantian Berisiko Menularkan IMSdr Ni Made Indah Puspasari SpKK FINSDV saat memberikan penyuluhan mengenai IMS di SMAN 1 Kediri. (Dok.IDN Times/Istimewa)

Menurut Indah Puspasari, cepat atau lambatnya pengobatan IMS tergantung dari ringan beratnya IMS yang dialami oleh pasien. Misalkan, penyebabnya karena bakteri seperti gonore yang merupakan infeksi akut, maka akan lebih cepat sembuh pengobatannya. 

"Untuk sifilis, apabila gejalanya diketahui dengan cepat, hasil pengobatan akan lebih baik. Begitu juga IMS yang disebabkan protozoa dan jamur. Tetapi jika penyebabnya virus, untuk kasus ini masih belum ada obatnya," jelasnya.

Kasus paling banyak yang ditangani di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD Tabanan adalah IMS jenis gonore dan sifilis. Supaya tidak terkena IMS, maka remaja dan masyarakat lainnya perlu menerapkan ABCD. Yaitu abstinences atau tidak melakukan hubungan seksual sampai saatnya menikah, be faithful atau setia kepada satu pasangan, condom atau memakai pengaman selama berhubungan seksual, dan no drugs dalam hal ini menggunakan narkoba jarum suntik.

Setelah diberikan edukasi oleh Indah Puspasari, para pelajar yang awalnya tidak tahu apa itu IMS menjadi lebih paham. Hal ini dibuktikan dari pelaksanaan post test di SMAN 1 Kediri yang nilainya jauh lebih baik dari pre test.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya