Menguak Mitos Keperawanan Bisa Dilihat dari Cara Berjalan

Mitos berhubungan seks adalah bentuk cinta. Benar gak sih?

Membicarakan seks di kalangan remaja bukan sesuatu yang baru lagi, apalagi di era digital seperti sekarang, segala informasi bisa didapat secara mudah.

Hal ini juga yang menyebabkan para remaja mendapatkan informasi seks dari sumber yang tidak jelas. Sehingga banyak beredar mitos-mitos seks yang dipercaya kebenarannya di masyarakat.

Begitu juga dengan remaja di Bali, menurut Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Udayana (Unud) di Departemen Andrologi dan Seksologi, dr Oka Negara MBiomed FIAS, banyak sekali remaja yang menanyakan mitos tentang seks. Apa saja? Berikut ini mitos tentang seks yang sering ditanyakan remaja di Bali ke Ketua Asosiasi Seksologi Indonesia cabang Denpasar ini.

Baca Juga: 6 Informasi Keliru Tentang Masturbasi, Langsung dari Ahlinya

1. Apakah meloncat-loncat setelah berhubungan seks tidak akan menyebabkan kehamilan?

Menguak Mitos Keperawanan Bisa Dilihat dari Cara BerjalanIlustrasi loncat. (unsplash.com/bruce mars)

Meloncat-loncat setelah berhubungan seksual menyebabkan sperma akan jatuh dan tidak dapat masuk ke dalam vagina. Cara ini sering dipercaya untuk mencegah kehamilan.

Faktanya, ketika sudah memasuki vagina, maka sperma akan mencari sel telur yang telah matang untuk dibuahi. Loncat-loncat tidak akan mengeluarkan sperma, sehingga tetap ada kemungkinan terjadinya pembuahan atau kehamilan.

Baca Juga: 4 Cara Masturbasi Perempuan, Shower Bisa Berguna Juga Lho

2. Apakah berhubungan seks dengan pacar merupakan bukti cinta?

Menguak Mitos Keperawanan Bisa Dilihat dari Cara BerjalanIlustrasi cinta. (unsplash.com/Tyler Nix)

Laki-laki akan merayu pasangannya agar mau berhubungan seks sebagai bukti rasa cinta.

Faktanya, berhubungan seks bukan cara untuk menunjukkan kasih sayang ketika masih pacaran. Melainkan karena adanya dorongan seksual yang tidak bisa dikendalikan dan keinginan untuk mencoba-coba. Rasa cinta dan sayang bisa ditunjukkan dengan hal lain seperti bersikap baik atau romantis kepada pasangan.

3. Apakah keperawanan dapat ditebak dari cara berjalan dan bentuk pinggul?

Menguak Mitos Keperawanan Bisa Dilihat dari Cara BerjalanIlustrasi berjalan. (unsplash.com/Tri Vo)

Biasanya hal ini sering didiskusikan di sekolah maupun tempat nongkrong. Apakah benar bisa melihat keperawanan dari fisik luar seseorang?

Faktanya, keperawanan tidak dapat dilihat dari bentuk pinggul, cara berjalan, maupun bentuk fisik luar lainnya. Perempuan yang sudah pernah melakukan hubungan seksual tidak serta merta mengalami perubahan bentuk pinggul. Pun demikian dari cara berjalannya tidak ada yang berubah. Keperawanan hanya bisa diketahui melalui tes yang dilakukan di area alat vital perempuan, oleh seorang dokter.

4. Apakah perempuan berdada besar dorongan seksualnya besar?

Menguak Mitos Keperawanan Bisa Dilihat dari Cara BerjalanIlustrasi payudara. (unsplash.com/Valery Fedotov)

Faktanya tidak seperti itu. Secara medis, ukuran payudara dan dorongan seksual seseorang tidak ada hubungannya secara langsung.

Dorongan seksual lebih ditentukan oleh kepribadian masing-masing. Selain itu, dorongan seksual juga bisa muncul dari pola sosialisasi atau pengalaman seksual seperti melihat, mendengar, atau merasakan suara rangsangan seksual.

5. Apakah sering masturbasi menyebabkan lutut kopong dan mandul?

Menguak Mitos Keperawanan Bisa Dilihat dari Cara BerjalanIlustrasi lutut. (unsplash.com/semen zhuravlev)

Pernahkah temanmu mengalami sakit pada lutut, kemudian teman-teman lainnya menuduh lututnya kopong (lututnya berbunyi saat digerakkan sehingga kadang menimbulkan rasa sakit) karena kebanyakan masturbasi? Mitos yang beredar menyebutkan, bahwa lutut kopong terjadi karena kehabisan cairan yang keluar selama masturbasi.

Faktanya, masturbasi tidak menyebabkan lutut menjadi kopong karena sperma diproduksi oleh testis, bukan di dalam lutut. Justru seseorang menjadi lemas setelah masturbasi karena mengeluarkan banyak energi.

Masturbasi secara medis tidak mengganggu kesehatan fisik maupun reproduksi, selama dilakukan dengan cara yang aman benar (tidak sampai terluka atau lecet).

6. Kenapa bisa tertular IMS, padahal setelah berhubungan seksual sudah mencuci alat kelamin?

Menguak Mitos Keperawanan Bisa Dilihat dari Cara BerjalanIlustrasi mencuci. (unsplash.com/Yasin Arıbuğa)

Mitos ini perlu dibantah karena membawa efek yang tidak baik bagi kesehatan. Faktanya, tidak ada sabun atau disinfektan apa pun yang bisa mencegah infeksi menular seksual (IMS).

Justru perempuan yang terlalu sering membersihkan bagian dalam vaginanya akan meningkatkan risiko keputihan. Karena sabun dapat mengurangi kadar keasaman permukaan vagina, yang sebenarnya berfungsi untuk membunuh kuman. Satu-satunya cara adalah menggunakan kondom untuk melindungi diri dari penularan IMS.

Nah, itulah beberapa mitos tentang seks yang sering ditanyakan remaja di Bali, khususnya. Semoga artikel ini menambahk wawasan baru ya buat kamu. Kalau ada pertanyaan lain, tulis di kolom komentar ya!

Baca Juga: Pastikan 5 Hal Ini Sebelum Spill Kasus Kekerasan Seksual di Medsos  

Ari Budiadnyana Photo Community Writer Ari Budiadnyana

Menulis dengan senang hati

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya