Fakta Stiff Person Syndrome, Diderita Celine Dion

Waspada jika alami kaku di bagian punggung bawah atau kaki

Tabanan, IDN Times - Baru-baru ini penyanyi Celine Dion memberitahu publik jika dirinya menderita Stiff Person Syndrome (SPS). Penyakit ini membuatnya harus membatalkan jadwal tur menyanyi. Apa sebenarnya SPS dan seberapa bahayakah penyakit ini?

Berikut penjelasan Dokter Spesialis Saraf Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD Tabanan), dr Made Domi Astika MBiomed SpS.

Baca Juga: Sering Bergerak Mondar-mandir Jadi Gejala Awal Alzheimer

Baca Juga: Penyebab Muncul Benjolan di Bawah Vagina, Harus Waspada

1. SPS adalah penyakit langka. Kejadiannya 1:1.000.000 individu

Fakta Stiff Person Syndrome, Diderita Celine DionCeline Dion (instagram.com/celinedion)

Menurut Domi, SPS adalah penyakit langka yang membuat otot menjadi kaku dan kejang. Penyakit ini menyasar sistem saraf, sehingga pengidapnya mengalami kejang otot dan penurunan kepekaan terhadap sentuhan.

"Kasusnya langka. Selama saya menjadi dokter saraf tidak pernah menemukan kasus ini. Kejadiannya satu berbanding satu juta individu dengan kejadian terbesar pada perempuan dibandingkan laki-laki," kata Domi, Senin (12/12/2022).

Hingga kini, penyebab pasti SPS masih terus diteliti. Namun sebagian besar para ahli menduga penyakit saraf ini disebabkan oleh gangguan autoimun. Kondisi ini terjadi ketika sistem kekebalan tubuh yang seharusnya melawan benda asing (bakteri dan virus) malah merusak sel-sel yang sehat.

2. Gejala awal SPS adalah tidak nyaman, kaku atau nyeri di punggung bawah atau kaki

Fakta Stiff Person Syndrome, Diderita Celine Dionilustrasi nyeri punggung bawah (pexels.com/Kindel Media)

Gejala utama SPS adalah otot kaku di bagian tubuh dan tungkai. Kekakuan ini biasanya sering terjadi bersamaan dengan kejang otot. Ada sejumlah faktor yang memicu kejang ini, satu di antaranya rangsangan lingkungan (seperti suara keras) atau tekanan emosional.

Dalam kasus yang cukup parah, kejang otot dapat membuat pengidapnya jatuh ketika otot-otot tersebut mengendur. Seiring berjalannya waktu, gejala ini bisa membuat pengidapnya sulit berjalan hingga lumpuh. Pengidap SPS juga berisiko mengalami depresi dan kecemasan.

Menurut Domi tidak mudah untuk mendiagnosis SPS. Dokter perlu mencari gejala khas sindrom ini dan melakukan pemeriksaan secara komprehensif. Dalam banyak kasus, SPS dimulai secara perlahan selama beberapa bulan atau tahun. Pengidap yang terkena awalnya akan merasa tidak nyaman, kaku atau nyeri di bagian punggung bawah atau kaki.

"Pada awalnya kekakuan mungkin datang dan pergi, tetapi secara bertahap akan tetap. Bahu, leher, dan pinggul juga dapat berpengaruh," terangnya.

3. Belum ada obat untuk SPS

Fakta Stiff Person Syndrome, Diderita Celine DionIlustrasi anggota tubuh (IDN Times/Mardya Shakti)

Kekakuan otot kaki ini seringkali lebih terasa di satu sisi tubuh saja. Hal ini menyebabkan cara berjalan pengidapnya lambat dan kaku. Pada saat kekakuannya semakin meningkat, postur tubuh pengidap akan membungkuk karena tulang belakang di bagian atas melengkung keluar.

"Atau punggung melengkung karena tulang belakang bagian bawah melengkung ke dalam. Pada beberapa individu, kekakuan dapat berlanjut hingga melibatkan lengan atau wajah," jelas Domi.

Sayangnya hingga kini belum ditemukan obat untuk SPS. Namun dokter meresepkan sejumlah obat-obatan untuk meredakan gejalanya. Misalnya obat penenang, pelemas otot, dan steroid. Imunoglobulin intravena dan plasmaferesis adalah imunoterapi yang kerap diresepkan untuk mengelola gangguan autoimun. Selain obat-obatan, pengidapnya juga dianjurkan untuk menjalani terapi fisik guna mencegah kelumpuhan.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya