Dinkes Tabanan: 15 Remaja Terkena Hipertensi

Begini cara deteksi dini dan pencegahan hipertensi pada anak

Tabanan, IDN Times - Dinas Kesehatan Tabanan setiap tahunnya rutin menggelar skrining kesehatan di sekolah, mulai tingkat SD hingga SMA. Pada skrining tahun 2024, Dinkes Tabanan menemukan, 15 remaja yang masih duduk di bangku SMP mengalami hipertensi.

Sebenarnya apa penyebab hipertensi pada remaja dan bagaimana mendeteksi dan mengatasinya? Berikut pemaparan dokter RSUD Tabanan, Putu Verita Wulandari. 

Baca Juga: 2 Pasangan Bacalon Tabanan Lolos Tes Kesehatan

1. Hipertensi esensial pada remaja

Dinkes Tabanan: 15 Remaja Terkena Hipertensipixabay.com/canva

Verita memaparkan hipertensi pada remaja yang tidak dipicu oleh faktor luar atau murni biasanya disebut hipertensi esensial. Namun angka kejadiannya rendah, sekitar 1-3 persen saja.

"Hipertensi esensial pada remaja ini tidak serta-merta muncul, namun sebenarnya sudah ada sejak mereka masih usia anak-anak dan terbawa hingga dewasa. Hanya jarang terdeteksi saja,"  papar Verita.

Adapun hipertensi pada remaja adalah terjadinya kenaikan tekanan darah dengan batas atas melebihi 140 dan batas bawah di atas 90. Ada sedikit perbedaan dalam mengukur tensi pada orang dewasa dan remaja.

Untuk usia anak hingga remaja, tekanan darah biasanya akan ada indikator tinggi badan. "Lewat pembagian ukuran tekanan darah dan tinggi badan ini nanti akan diambil rata-ratanya masuk kategori hipertensi ringan, sedang dan berat," jelas Verita.

Selain hipertensi ensensial, penyebab hipertensi pada remaja juga bisa dikarenakan faktor luar, seperti obesitas, mengalami kelainan ginjal hingga kelainan pada jantung. Ada yang juga karena gaya hidup tidak sehat mulai dari pola makan yang banyak mengkonsumsi garam, jarang beraktifitas hingga merokok dan mengkonsumsi alkohol.

2. Cara mendeteksi dini hipertensi, pemeriksaan tensi secara rutin

Dinkes Tabanan: 15 Remaja Terkena Hipertensipixabay.com/Gadini

Menurut Verita, deteksi dini menjadi penting untuk mengecek apakah seorang anak kena hipertensi atau tidak agar nantinya tidak terbawa hingga dewasa. Sayangnya saat ini, pemeriksaan tensi di layanan kesehatan-- seperti puskemas dan dokter umum-- tidak dilengkapi dengan alat pengukur tensi untuk anak-anak.

"Ada pengukur tensi yang mansetnya khusus untuk bayi dan anak-anak. Nah, fasilitas ini yang jarang ada, sehingga hipertensi di usia dini ini jadi jarang terdeteksi dan ketahuannya ketika sudah dewasa," ujar Verita.

Lalu apa yang harus dilakukan orangtua? Menurutnya, orangtua harus waspada jika dalam garis keturunannya ada yang menderita hipertensi. "Kalau ada genetik mengalami hipertensi, maka anak-anak harus dicek rutin tensinya. Bisa dilakukan di dokter anak yang memiliki pengukur tensi untuk bayi dan anak-anak," kata Verita.

3. Anak-anak disarankan mengurangi makanan yang mengandung tinggi garam

Dinkes Tabanan: 15 Remaja Terkena Hipertensiilustrasi garam (vecteezy.com/maxskyohm276266)

Jika hipertensi pada anak itu dibiarkan, maka akan menyebabkan penyakit kronis seperti sakit jantung, pembuluh darah, ginjal hingga stroke. Lalu bagaimana cara mengatasinya?

"Tentunya dengan menerapkan pola hidup sehat terutama mengurangi makanan yang mengandung  banyak garam, seperti snack-snack ringan kemasan," kata dia. 

Batas konsumsi garam adalah dua gram per hari. Sementara snack makanan ringan kemasan itu, kandungan garamnya melebihi dua gram.

Selain mengurangi makanan yang mengandung banyak garam, kata dia, anak-anak juga perlu banyak beraktivitas dan juga istirahat. 

"Saat ini anak-anak jarang bergerak sehingga jarang beraktifitas fisik dan menyebabkan obesitas yang kemudian memicu terjadinya hipertensi," kata Verita.

Baca Juga: Kekurangan Murid, 6 SD di Tabanan Digabungkan

Topik:

  • Ita Lismawati F Malau

Berita Terkini Lainnya