5 Luka Masa Kecil Bibit Avoidant Personality Disorder Dewasa

Terbiasa menghindari sosial karena takut dihakimi

Pernahkah kamu menghindari situasi sosial karena takut dihakimi atau ditolak? Jika ya, kamu mungkin memiliki avoidant personality disorder. Beberapa kejadian di masa kecil ternyata dapat menyebabkan "avoidant attachment" ketika beranjak dewasa. Hal ini dapat berkembang menjadi avoidant personality disorder jika terlalu lama dibiarkan.

Penasaran, apa saja kejadian yang berpotensi timbulkan avoidant personality disorder? Yuk, simak penjelasan berikut ini agar lebih paham.

1. Trauma pelecehan seksual saat kecil

5 Luka Masa Kecil Bibit Avoidant Personality Disorder Dewasailustrasi avoidant personality (pexels.com/ cottonbro studio)

Pernahkah kamu bertanya-tanya mengapa seseorang memilih untuk menarik diri dari hubungan dekat? Satu alasannya bisa jadi karena trauma pelecehan seksual di masa kecil. Trauma ini dapat memicu rasa malu dan bersalah yang mendalam pada korban. Hal ini membuat mereka enggan menjalin hubungan dekat. Karena mereka takut akan menghadapi perasaan negatif terkait pengalaman traumatis tersebut (Child Maltreatment, 2005).

Akibatnya, mereka akan terjebak dalam mekanisme coping "avoidant attachment" dan berisiko mengembangkan avoidant personality disorder di masa depan.

2. Parenting yang terlalu overprotective pada anak

5 Luka Masa Kecil Bibit Avoidant Personality Disorder Dewasailustrasi avoidant personality (pexels.com/ Noelle Otto)

Orangtuamu suka melarang dan overprotective padamu? Pola asuh seperti ini ternyata bisa memicu avoidant personality disorder, lho!

Anak-anak yang dibesarkan dengan pola asuh overprotective berisiko mengembangkan "avoidant attachment". Hal ini terjadi karena mereka terbiasa dilindungi dari segala bahaya dan tidak didorong untuk mandiri.

Akibatnya, mereka tumbuh menjadi orang dewasa yang memiliki skema kognitif dan emosional. Seperti merasa bahwa diri sendiri tidak penting, dan berpendapat bahwa emosi mereka salah serta tidak perlu dihiraukan. Di mana traits tersebut khas sekali pada avoidant personality disorder (Clinical Psychology Review, 2004).

3. Kesepian

5 Luka Masa Kecil Bibit Avoidant Personality Disorder Dewasailustrasi anak kesepian (pexels.com/ Pixabay)

Saat kecil, apakah kamu ceria atau justru kesepian dan tersisihkan? Pengalaman kesepian ternyata dapat meningkatkan risiko avoidant personality disorder, lho!

Kurangnya interaksi dengan orang lain di masa kecil dapat menyebabkan avoidant attachment. Hal ini membuat anak-anak mengembangkan kecenderungan seperti subjugation, di mana mereka merasa tidak berharga dan tidak layak dicintai (Cognitive Therapy and Research, 2009).

Kecenderungan ini dapat terbawa hingga dewasa dan menjadi faktor utama dalam pengembangan avoidant personality disorder.

4. Penelantaran secara emosional pada anak

5 Luka Masa Kecil Bibit Avoidant Personality Disorder Dewasailustrasi avoidant personality (pexels.com/ cottonbro studio)

Anak-anak yang ditelantarkan atau diperlakukan kasar secara emosional akan merasa asing dan sulit nyaman dengan orang lain. Perasaan ditelantarkan tersebut membuat mereka tidak menganggap orangtua ataupun orang terdekat sebagai tempat yang aman untuk bersandar.

Akibatnya, mereka akan mudah merasa insecure, mencoba untuk mandiri lebih awal, dan menghindari interaksi dengan orangtua maupun orang lain. Hal ini dapat berkembang menjadi avoidant attachment dan berujung pada avoidant personality disorder di masa dewasa (Psychology Press, 1978).

5. Terpapar kekerasan secara fisik saat kecil

5 Luka Masa Kecil Bibit Avoidant Personality Disorder Dewasailustrasi korban kekerasan (pexels.com/ cottonbro studio)

Pengalaman kekerasan secara fisik saat kecil memiliki efek besar hingga dewasa untuk korbannya. Yaitu potensi timbulnya avoidant personality disorder di masa depan. Pengalaman traumatis ini membuat mereka menjadi lebih takut dan cemas. Ketakutan dan kecemasan mendorong mereka untuk selalu menghindari kemungkinan bahaya yang akan terjadi.

Akibatnya, mereka menjadi terbiasa menghindar dari berbagai situasi sosial dan menjalin hubungan erat, yang merupakan ciri khas avoidant attachment dan avoidant personality disorder (Current psychology (New Brunswick, N.J.), 2022).

Pengalaman masa kecil memang tidak bisa diubah. Tapi, bukan berarti kamu terjebak dalam avoidant personality disorder selamanya.

Dengan memahami akar permasalahannya, kamu bisa lho cari solusi dan melangkah maju. Yuk, atasi avoidant attachment-mu dan berubah menjadi lebih baik!

Referensi:

Negrao C, Bonanno GA, Noll J G, Putnam F W, & Trickett P K (2005, November). Shame, Humiliation, and Childhood Sexual Abuse: Distinct Contributions and Emotional Coherence. Child Maltreatment, 10(4), 350–363.
Rapee RM, & Spence S H (2004, November). The etiology of social phobia: empirical evidence and an initial model. Clinical Psychology Review, 24(7), 737–767.
Carr SN, & Francis AJP. (2009, May 2). Do Early Maladaptive Schemas Mediate the Relationship Between Childhood Experiences and Avoidant Personality Disorder Features? A Preliminary Investigation in a Non-Clinical Sample. Cognitive Therapy and Research, 34(4), 343–358.
Ainsworth MDS. (1978, January 1). Patterns of Attachment : a Psychological Study of the Strange Situation. Psychology Press.
Bahmani T, Naseri NS, & Fariborzi E. (2022). Relation of parenting child abuse based on attachment styles, parenting styles, and parental addictions. Current psychology (New Brunswick, N.J.), 1–15. Advance online publication.

Masrurotul Hikmah Photo Community Writer Masrurotul Hikmah

A girl with ADHD and still learn to manage it!

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya