Trauma Buruk Masa Lalu Orangtua Pengaruhi Anak Jadi Tertutup

Merawat anak ternyata gak mudah ya

Mengasuh anak tak semudah yang dibayangkan. Belum tentu seluruh orangtua menerapkan pola asuh yang cukup baik di rumah untuk tumbuh kembang buah hati. Sebab terkadang orangtua juga memiliki trauma masa lalu yang belum selesai. Hal ini membawa dampak buruk terhadap pola asuh anak, misalnya menggunakan kekerasan secara verbal maupun nonverbal.

Belum lagi ketika orangtuanya sedang berkonflik di dalam rumah dan depan mata anaknya. Seringkali mereka tidak menyadari hal tersebut dapat menimbulkan kecemasan dan trauma yang terdalam bagi anaknya.

Yuk kenali dulu jenis-jenis trauma dalam rumah tangga dan cara mengatasinya, melansir dari rilis resmi acara webinar bersama Psikolog dan Konselor Pernikahan, Dr Adriana Soekandar Ginanjar MSc Psikolog, yang dimoderatori oleh Dokter Spesialis Anak sealigus Founder Tentang Anak Official, dr Mesty Ariotedjo SpA, tentang pola pengasuhan pada anak yang dipengaruhi oleh hubungan suami istri di masa lampau pada 20 Januari 2022 lalu.

1. Jenis trauma dalam berumah tangga

Trauma Buruk Masa Lalu Orangtua Pengaruhi Anak Jadi TertutupFoto hanya ilustrasi. (pexels.com/rodnae-prod)

Setiap manusia memang memiliki trauma, dan ia harus mengenalinya lebih awal. Tujuannya agar dia dapat memproses trauma menjadi bentuk emosi yang baik. Sehingga tidak sampai memengaruhi keluarga terdekatnya.

Menurut Psikolog dan Konselor Pernikahan, Dr Adriana Soekandar Ginanjar MSc, ada tiga jenis trauma di antaranya:

  • Trauma akut: terjadi satu kali tetapi intens. Seperti perceraian, bencana alam, dan pelecehan seksual yang terjadi di masa lampau atau masa kecil
  • Trauma kronis: terjadi berulang kali dalam jangka waktu panjang. Misalnya mendapatkan kekerasan dari orangtua atau orang sekitar, bullying, melihat kekerasan dan konflik orangtua
  • Trauma kompleks: kejadiannya beragam, terdiri dari kejadian traumatis yang berbeda-beda.

Baca Juga: 6 Cara Merawat Orang Hamil Menurut Ajaran Hindu Bali

2. Anak akan menjadi tertutup apabila orangtua tidak segera memperbaiki traumanya

Trauma Buruk Masa Lalu Orangtua Pengaruhi Anak Jadi TertutupIlustrasi anak-anak (IDN Times/Aryodamar)

Apabila tidak segera diperbaiki, maka trauma tersebut terus menghantui kehidupan sehari-harinya. Hal itu akan memengaruhi pola asuh terhadap anak ketika dia menjadi orangtua. Tentu saja orangtua tidak menginginkan hal yang sama atau hal buruk menurun ke buah hatinya.

“Ada beberapa faktor lainnya seperti orangtua yang tidak memahami anak, dan orangtua yang seringkali merasa paling tahu atau paling benar. Hal ini membuat anak menjadi rentan terkena trauma di kehidupannya. Misalnya sifat anak menjadi tertutup,” kata Dr Adriana.

Baca Juga: Doa Pengampun Dosa Menurut Hindu Bali

3. Inilah yang harus dilakukan orangtua agar anak tidak memiliki trauma:

Trauma Buruk Masa Lalu Orangtua Pengaruhi Anak Jadi TertutupAnak-anak bermain dan berenang di kolam Gua Lalayan, di daerah Gunung Kapur Klapanunggal (IDN Times/Dwi Agustiar)

Lalu, apa yang bisa dilakukan orang tua untuk meminimalisir anaknya tidak memiliki trauma dalam rumah tangga?Berikut ini yang harus dilakukan:

  1. Mengenal anak lebih baik, terbuka dengan anak agar dia lancar berkomunikasi dengan orangtuanya
  2. Hormati anak dari kecil dengan menghargai keputusannya, atau tidak menuntut anak terlalu sering
  3. Ajarkan anak bersuara dan berpendapat di setiap kondisi. Bisa dimulai dari hal-hal kecil dalam keseharian
  4. Orangtua sebagai detektif, dalam artian terus mencari tahu apa yang anak butuhkan
  5. Mindful parenting: orangtua mencerna dan mempelajari emosinya agar dapat membuahkan perilaku yang baik juga kepada keluarga.

Namun ada catatan penting, bahwa orangtua harus mengenali dirinya sendiri dan pasangan terlebih dahulu sebelum membantu kebutuhan anak.

“Tidak ada salahnya juga untuk berkonsultasi dengan ahlinya agar bisa mendapatkan masukan untuk setiap permasalahan. Kami berharap dapat membantu lebih banyak orangtua dalam melengkapi setiap kebutuhan sehari-hari di rumah tangga. Mulai dari memonitor kesehatan anakm hingga kebutuhan mental keluarga melalui konsultasi gratis dengan ahlinya, yaitu dengan para psikolog dan child educator yang telah bergabung dengan Tentang Anak,” jelas dr Mesty.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya