Tips Menjadi Tua Biar Gak Kaget, Waspada Post Power Syndrome

Tenyata bahagia di hari tua itu butuh persiapan

Dalam melewati setiap fase kehidupan, manusia selalu menjalani adaptasi dan penerimaan diri terhadap perubahan. Dari masa anak-anak beradaptasi ke masa remaja. Dari masa remaja beradaptasi menuju masa dewasa. Begitu juga masa-masa menuju lanjut usia (Lansia) memerlukan langkah-langkah adaptasi yang tepat agar di masa tua tak merasa depresi dan tak berguna.

Mempersiapkan masa tua juga memerlukan kesiapan yang matang. Sebab tidak mudah untuk beradaptasi, dari yang biasanya produktif bekerja kemudian perlahan beristirahat karena mengalami penurunan fungsi fisik, mental, dan spiritual. Persiapan menuju lansia pun harus benar-benar dipikirkan pada saat pra-lansia, yakni umur 45-59 tahun.

Bagaimana beratnya beradaptasi untuk menjadi lansia yang bahagia di masa tua? Berikut ini fakta dan tips menyiapkan masa tua di masa pra-lansia menurut Dosen Departemen Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Dr dr Cokorda Bagus Jaya Lesmana SpKJ (K) MARS, ketika mengisi Dialog Lintas RRI Denpasar Siang beberapa waktu lalu:

Baca Juga: 4 Tips Jadi Lansia Bahagia dan Sehat, Wajib Dibaca Anaknya!

1. Golongan pekerja formal rentan terkena post power syndrome, paling berat persiapannya menuju lansia

Tips Menjadi Tua Biar Gak Kaget, Waspada Post Power SyndromeFoto hanya ilustrasi. (Unsplash/maltewingen)

Golongan pra-lansia yang paling berat untuk mempersiapkan diri menuju lansia adalah mereka yang sebelumnya memiliki pekerjaan formal baik negeri maupun swasta. Karena ketika memasuki usia lanjut tentu akan pensiun, dan otomatis tidak mengerjakan rutinitas seperti biasanya.

Sedangkan pekerja di luar sektor formal, misalnya jadi petani atau nelayan, kemungkinan tidak seberat mereka yang bekerja di sektor formal.

“Ini menjadi permasalahan yang cukup besar. Karena yang tadinya punya pekerjaan, menjadi tidak ada pekerjaan. Yang tadinya punya kekuasaan, menjadi tidak punya kekuasaan. Sehingga kami sering menjumpai para lanjut usia dari golongan pekerja formal yang mengalami post power syndrome,” ungkap Dr Jaya.

Post power syndrome merupakan kondisi psikologis seseorang yang memasuki masa pensiun karena kehilangan kekuasaan, jabatan, bahkan pekerjaan rutinitasnya. Biasanya dialami oleh orang yang pensiun, kena pemutusan hubungan kerja, atau popularitasnya menurun.

Apabila post power syndrome tidak ditangani dengan baik dan tidak disiapkan, maka akan mudah jatuh ke kondisi depresi.

“Kalau sudah depresi, akan muncul masalah lain yaitu mudah mengalami demensia atau pikun. Kalau sudah pikun, maka hidup di dunia ini tidak akan ada artinya. Karena mereka hidup, tetapi tidak merasakan hidup itu. Karena tidak tahu siapa diri mereka, dan tidak tahu siapa yang ada di sekitar mereka,” jelasnya.

Baca Juga: 4 Pesan Bijak Tetua Bali yang Tidak Boleh Kamu Lupakan

2. Sangat penting meluangkan waktu untuk menyiapkan diri menuju lansia

Tips Menjadi Tua Biar Gak Kaget, Waspada Post Power SyndromeFoto hanya ilustrasi. (IDN Times/Wayan Antara)

Menurut dr Jaya, akan sangat menjadi beban kalau tidak meluangkan waktu yang cukup untuk mempersiapkan diri menuju lansia. Sebab seiring penurunan secara fisik, mental, dan spiritual, kebanyakan juga akan disertai dengan penurunan ekonomi, sehingga menjadi beban tersendiri.

“Yang dulunya punya gaji full, sekarang cuma dapat gaji pensiun. Bahkan sering gak cukup untuk kebutuhan sehari-hari. Jika ada beban lain selain kebutuhan sehari-hari, maka juga menjadi beban tersendiri buat lansia,” katanya.

3. Siapkan kegiatan dan network lima tahun sebelum pensiun

Tips Menjadi Tua Biar Gak Kaget, Waspada Post Power SyndromeFoto hanya ilustrasi. (pexels/Cliff Booth)

Dr Cok Jaya menyarankan harus menyiapkan diri sejak lima tahun sebelum pensiun atau umur lansia. Pra-lansia sudah harus memikirkan kesibukan baru untuk mengisi masa tua nanti. Termasuk menjaring network, atau ikut berorganisasi. Untuk membangun kesibukan dan network baru, tentunya memerlukan waktu yang tidak singkat.

“Kami menyarankan luangkan waktu dari tiga sampai lima tahun sebelumnya untuk mempersiapkan menuju lansi. Mulai mencari alternatif pilihan kegiatan yang akan dilakukan, mulai membangun jejaring mungkin dengan kelompok-kelompok lanjut usia dan sebagainya. Sehingga mereka tidak kebingungan ketika sudah tidak ada aktivitas yang mereka lakukan,” ucapnya.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya