Wapres RI Apresiasi Pulau Bali, Berhasil Turunkan Stunting 16 Persen

Kasus stunting di Pecatu saja hanya ada lima orang saja

Badung, IDN Times – Wakil Presiden Republik Indonesia, Ma’ruf Amin, mengapresiasi kinerja Provinsi Bali yang mampu menurunkan angka stunting jauh di bawah standar angka nasional. Pernyataan ini ia sampaikan saat mengunjungi Puskesmas Pecatu, Kamis (31/10) pagi. Dalam kunjungannya, ia menyebut angka stunting di Bali mencapai 16 persen dari standar nasional 27 persen. Angka yang dicapai Bali juga berada di bawah standar angka stunting secara internasional, yaitu 20 persen. Stunting di Bali sendiri sudah ditangani sejak perempuan sedang mengandung hingga bayinya berusia 1000 hari.

“Saya meninjau ke sini untuk memperoleh gambaran seperti apa penanganan, terutama itu soal kesehatan masyarakat dan pencegahan stunting, kami melihat upaya-upaya pencegahan stunting itu dilakukan secara sistematis. Udah 16 persen padahal angka nasional itu masih 27 persen ya. Standar internasional itu 20 persen. Sini di bawah standar internasional dan jauh di bawah nasional. Nah ini. Kami ingin juga mengembangkan penanganan stunting seperti di Bali ke seluruh Indonesia,” kata Ma'ruf.

Lalu apa langkah-langkah awal yang akan dilakukan Ma’ruf? Ia mengaku akan melakukan koordinasi terkait dana yang awalnya masih tersebar, untuk disatukan dengan mengedepankan penanganan secara bersama-sama, bukan sekadar ego sektoral, dan pola-pola penanganannya supaya seragam, sehingga capaiannya jelas.

“Termasuk penggunaan dana desa juga. Termasuk penanganan stunting juga, dan kita lihat dana-dana yang lain. Semua sektor yang di situ ada dana stunting akan kami koordinasikan sinkronisasi ya," terangnya.

1. Remaja pranikah sudah dibekali pengetahuan stunting

Wapres RI Apresiasi Pulau Bali, Berhasil Turunkan Stunting 16 PersenIDN Times/Ayu Afria

Ma'ruf menyatakan, remaja di daerah Pecatu sudah dibekali pengetahuan terkait stunting atau lambat pertumbuhan. Termasuk pembekalan kepada ibu hamil, dan juga ketika ada anak yang diketahui stunting di usia satu bulan, sudah dilakukan intervensi untuk menurunkan stunting itu.

“Pemahaman tentang stunting itu dari remaja pranikah. Sebelum nikah itu sudah paham, dan bagaimana penanganan masalah stunting itu,” ucapnya.

2. Pemerintah berharap pencegahan stunting yang dilakukan oleh Bali bisa diterapkan di Indonesia

Wapres RI Apresiasi Pulau Bali, Berhasil Turunkan Stunting 16 PersenIDN Times/Ayu Afria

Berkaca dari Bali, ke depannya Ma’ruf menginginkan masalah kesehatan berfokus pada pencegahannya, bukan lagi kepada pengobatan. Pihaknya melihat, upaya pencegahan di Bali sudah dimulai sejak pemeriksaan awal, baik sebelum atau sesudah terkena penyakit. Bali disebut telah memanfaatkan puskesmas dengan baik untuk melakukan pencegahan stunting.

“Dan kami ingin yang 27 itu bisa kami turunkan menjadi 20, sesuai dengan standar internasional. Kita harus bisa menjadi seperti itu, dan Bali sudah 16 persen. Apa yang sudah dilakukan itu akan kami teruskan. Tetapi kami juga mencari inovasi-inovasi baru, cara-cara baru,” jelasnya.

Pihaknya menegaskan, bahwa langkah antisipasi ini jauh lebih baik, daripada datang berobat ke rumah sakit dalam keadaan stadium penyakitnya sudah tinggi, dan menyebabkan biaya berobatnya menjadi lebih mahal.

3. Angka stunting di Pecatu hanya lima persen

Wapres RI Apresiasi Pulau Bali, Berhasil Turunkan Stunting 16 PersenKepala Puskesmas Kuta Selatan, dr IG Ngurah Bagus Satrawanjaya. (IDN Times/Ayu Afria)

Ditemui usai kunjungan Wakil Presiden RI selesai, Kepala Puskesmas Kuta Selatan, dr IG Ngurah Bagus Satrawanjaya, mengungkapkan kasus stunting di Desa Pecatu hanya ada lima orang. Dari delapan faktor determinan, kelimanya tidak memiliki faktor determinan, yang ada adalah karena penyakit penyerta.

Beberapa faktor yang membuat lima orang itu mengalami stunting karena orangtuanya menderita TBC (Tuberkulosis) selama masa hamil, dan satu orang lagi karena kesalahan pola asuh.

“Jadi untuk penanganan stunting di seluruh Badung dan khususnya di Kecamatan Kuta Selatan, khususnya Desa Pecatu ini, kami sudah mengembangkan yang disebut Garba Sari (Gerakan Sehat pada 1000 hari Pertama Kehidupan),” jelasnya.

Program ini dimulai sejak remaja, ibu hamil, balita sampai ke kelas balitanya. Program ini memanfaatkan dana desa untuk penyelenggaraan Posyandu di desa dan BOK (Bantuan Operasional Kesehatan).

“Di Desa Pecatu ini sudah 5,57 persen untuk stuntingnya. Malah lebih di bawah lagi. Karena di sini pola-pola kesejahteraan masyarakat di sini sudah bagus. Kemudian kami juga dari kesehatan selalu mendampingi tentang pola asuhnya,” terangnya.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya