Efek Buruk Bikin Konten Anak Ditakuti Suara Kuntilanak

Kelihatannya lucu ya, padahal gak asyik lho

Tabanan, IDN Times - Media sosial (medsos) kini sedang ramai bikin konten menakut-nakuti anak dengan suara kuntilanak, lalu ditinggal sendirian. Beberapa anak menangis setelah pintunya ditutup dan ia ditinggal sendirian di dalam ruangan. Tindakan ini mungkin terlihat lucu dan menghibur, namun efeknya pada anak tidak demikian.

Anak yang mengalaminya bisa saja menjadi berpengaruh secara emosional dan jadi penakut. Hal ini lama kelamaan membuat anak kehilangan rasa percaya diri dan tidak dapat mandiri. Berikut ini penjelasan Konsultan Psikologi Tabanan, Ni Ketut Jeni Adhi SPsi MPsi Psikolog.

Baca Juga: Waspada Kanker Lambung, Gejala Mirip Maag Tak Sembuh-Sembuh

1. Anak bisa menggeneralisasi hal yang membuatnya takut dan trauma

Efek Buruk Bikin Konten Anak Ditakuti Suara KuntilanakFoto hanya ilustrasi. (Pixabay.com/Mandyme27)

Anak-anak memiliki sensitivitas terhadap suara. Ia tahu mana suara yang membuatnya nyaman, dan tidak nyaman atau takut. Seperti konten yang lagi viral tersebut, mendengarkan suara kuntilanak saat sendirian tentu saja membuat anak jadi tidak nyaman. Jika setelah aksi candaan itu, orangtuanya tidak memberikan penjelasan secara jelas kepada anak dan malah mengulang perbuatan itu, maka membuat sang anak menggeneralisasi semua hal yang menakutkan dengan kuntilanak.

"Jangankan suara, dengar namanya disebut saja anaknya bisa ketakutan. Apalagi jika misalnya suasana gelap atau anaknya sendirian, ia langsung memikirkan kuntilanak tersebut," ujar Jeni.

Hal ini tidak hanya berlaku ketika mendengarkan suara kuntilanak saja, tetapi juga menakut-nakuti anak dengan cerita hantu atau hal menyeramkan lainnya. Karena sering ditakuti, misalnya gelap itu menakutkan, maka akan membuat anak jadi takut pada kegelapan.

"Secara tidak sadar orangtua sering menakuti anak dengan hal di luar nalar. Misalnya saat hari sudah mulai gelap, anak ditakut-takuti akan diambil hantu atau hal menyeramkan lainnya" jelasnya.

Baca Juga: Ciri-ciri Orang yang Punya Beban Masa Lalu dan Cara Berdamai

2. Anak bisa tidak percaya diri dan tidak mandiri

Efek Buruk Bikin Konten Anak Ditakuti Suara KuntilanakIlustrasi anak-anak (IDN Times/Ayu Afria)

Menakuti anak dengan hal yang menakutkan atau membuatnya tidak nyaman seperti ini tidak boleh disepelekan. Tanpa disadari, tumbuh kembang anak bisa saja menjadi terganggu seiring berjalannya waktu. Anak bisa menjadi tidak percaya diri, penakut, dan tidak mandiri. Contoh paling kecil saja, dari pengalaman Jeni ketika memberikan konsultasi ke seorang anak. Orangtuanya mengaku sang anak jadi penakut ketika malam tiba.

"Kata orangtuanya, anak ini dulu berani pergi ke kamar mandi yang kebetulan berada di luar rumah saat malam tiba. Namun kemudian jadi penakut dan harus selalu ditemani jika harus ke kamar mandi," cerita Jeni.

Setelah dicari akar permasalahannya barulah diketahui, bahwa sang anak sering ditakuti-takuti temannya jika di gelap malam ada makhluk menyeramkan seperti hantu.

Selain cerita tersebut, ada juga kasus anak yang sangat takut dengan anjing. Dari hasil diagnosa baru diketahui, jika orangtuanya suka menakut-nakuti sang anak, jika pergi sendirian ke rumah saudara akan digigit anjing. Tanpa disadari orangtua, anaknya menjadi takut anjing karena sering ditakut-takuti seperti itu. Lama kelamaan jika dibiarkan, anak menjadi tidak percaya diri dan tidak mandiri.

"Apa-apa takut dan harus ditemani," katanya.

3. Berikan penjelasan logis atas sumber ketakutannya

Efek Buruk Bikin Konten Anak Ditakuti Suara Kuntilanakpexels.com/dhivakaran s

Untuk mengatasi ketakutan anak, Jeni menyarankan orangtua agar memberikan penjelasan logis mengenai sumber ketakutannya. Misalkan, anak takut gelap. Berikan penjelasan secara logis kenapa malam hari itu gelap. Yaitu malam hari bisa gelap karena matahari tenggelam. Namun gelap bisa ditangani dengan cahaya lampu. Jadi sebaiknya hidupkan lampu pada saat gelap, dan tidak ada hal yang menakutkan di kegelapan.

Termasuk juga konten viral yang menakuti anak dengan suara kuntilanak. Orangtua tidak boleh membiarkan anak ketakutan tanpa memberikan penjelasan logis, apalagi tujuannya hanya untuk konten belaka dan lucu-lucuan.

"Kalau sudah terlanjur menakuti anak, setelahnya berikan penjelasan jika suara yang didengarkan itu cuma suara biasa, dan bukan hal perlu ditakutkan," saran Jeni.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya